ABOUT US

3.1K 224 9
                                    


aku enggak ada maksa kamu buat bales perasaanku. jadi temen kamu aja aku udah bersyukur.

                                                    ""

Sudah menjadi rahasia umum jika aku dan Andri adalah sepasang partner yang ke mana-mana selalu berdua. Dimana ada aku, disitu juga ada Andri. Kami sudah bersama sejak Sekolah Menengah Pertama sampai sekarang. Dan selama itu juga kami selalu berbagi tempat duduk.

Aku masih ingat saat Andri masuk kelas dengan malas-malasan dan bahkan kelas sudah berlangsung hampir sepuluh menit, tapi dia dengan santai memasuki kelas dan mencari tempat duduk. Kebetulan semua bangku sudah terisi penuh. Ya, terkecuali bangku di sebelahku tentu saja. Dan aku menawarkan tempat duduk padanya waktu itu. Pada saat itu aku berusaha untuk mengakrabkan diri kepada tablemate ku itu.
Dan sampai sekarang, terhitung sudah 5 tahun Andri menjadi tablemate ku yang membuat aku tahu betul bagaimana sifat remaja itu.

"Ndri yang ini gimana?"

"Andri?"

"Heh! Lu denger gua apa kagak sih Ndri?" aku sudah meninggikan volume suaraku, tapi remaja yang berstatus tablemate ku itu masih saja tidak bergeming dari posisinya. Aku sempat berfikir bahwa dia sedang tertidur. Mengingat manusia satu itu memang sangat hobi tertidur apalagi jika sudah berada di dalam Lab dengan AC yang menyala seperti ini. Itu benar-benar menjadi tempat ternyaman lelaki itu.

Aku mendekatkan wajahku padanya, mengikis jarak antara kami. Dengan jarak sedekat ini mungkin orang lain akan salah paham. Tapi aku tidak perduli, lagian kami juga duduk di bangku paling belakang.
Aku menatapnya. Andri begitu damai ketika sedang seperti ini, tetapi ketika terbangun ia akan berubah menjadi orang yang menyebalkan dengan wajah yang tidak bersahabat. Andri adalah tipe orang yang tidak terlalu perduli dengan anggapan orang lain, dia pernah bilang kepadaku kalau karakternya memang seperti ini. Jika orang lain tidak menyukainya itu bukan urusanya. Andri bilang dia hidup untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain. Dan aku tidak pernah mempersalahkan itu. Andri adalah Andri dengan segala sikap menyebalkanya. Dan aku sudah terbiasa.

Aku masih menatapnya hangat. Sedetik kemudian aku dapat mendengar dengkuran halus disana, dan benar saja Andri sedang tertidur pulas dengan laptop seharga 12 juta itu yang masih menyala di depannya.

"Ck. kebiasaan," Gunamku sembari menggelengkan kepalaku pelan. Aku memundurkan lagi wajahku darinya, dan beralih menatap Laptop Andri penuh tanya.
"Project nya udah selesai emang?" ucapku penuh tanya. Aku meraih laptop itu dan memangkunya dipaha. Terlihat deretan source code yang cukup rumit tertulis disana.

Aku mulai menelisik barisan code rumit itu. Tampaknya itu sudah selesai. "Coba gua run deh ya," Aku mencoba menjalanlan Aplikasi buatan Andri tersebut. Dan benar saja setelah di run memang aplikasi tersebut dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan mock up yang telah kami buat sebelumnya.

"Lu emang paling bisa di andelin Dri," gunamku dengan diiringi tawa ringan.

Andri memang tergolong pandai dalam mata pelajaran produktif  jadi enggak heran kalau dia bisa menyelesaikan program kecil semacam 'aplikasi pembayaran SPP' dengan singkat. Aku mengambil flashdisk di saku dan mulai meng-copypaste hasil kerjaan Andri sambil tersenyum bahagia.


Andrean atau biasa dipanggil Dean adalah representasi dari cowok manis yang biasa muncul dalam serial manga yaoi. Mata sipit dengan bola mata cenderung kecoklatan dan tubuh yang tidak terlalu tinggi untuk ukuran remaja lelaki sebayanya. Mempunyai lekuk tubuh yang ideal dam cemderung seperti wanita dan dengan tatanan rambut bagian depan yang dibiarkan memanjang hingga menjuntai kebawah mendekati daerah mata dan wajahnya yang oriental dipadu gingsul di gigi bagian kirinya yang membuat remaja itu sungguh manis kala tersenyum. Dengan visualisasi seperti itu tentu saja Dean menjadi idola para kaum hawa, apalagi bagi para perempuan pengagum 'cowok manis'.

Sayangnya tidak ada yang cukup berani untuk mendekati remaja itu karena sosok Andri yang terlalu posesif untuk ukuran teman. Andri memang selalu ikut campur dalam masalah percintaan Dean. Ialah yang menentukan apakah Dean dapat menerima atau menolak ajakan kencan orang-orang yang menyukainya.
Terkesan egois memang. Mengingat sosok Andri yang tidak ingin masalah pribadinya terutama percintaanya di ikut campuri orang lain termasuk Dean malah bersikap otoriter dengan kisah percintaan remaja manis itu. Tapi Dean tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Lagipula Dean tidak ingin berpacaran.

Menurutnya berpacaran adalah hal yang tidak terlalu important di kondisinya sekarang. Jika hanya mengingatkan Dean makan, tidur, dan ibadah, Ibunya juga bisa. Dean tidak terlalu butuh sosok 'pacar' untuk menemaninya ini itu, menurutnya sosok Andri saja sudah cukup.
Andri tidak ada bedanya dengan sosok 'pacar' bagi Dean. Andri dapat mengantar Dean kemanapun Dean mau, Andri dapat membantu Dean ngoding dan Andri juga loyal. Itu cukup sempurna bukan untuk ukuran teman dekat.
Dean benar-benar bersyukur dapat dipertemukan dengan remaja tinggi itu. Menjadi sedekat ini dengan Andri adalah hal yang patut ia syukuri. Terlepas dari apakah Andri mempunyai pacar atau tidak. Jika Andri masih dapat Dean 'monopoli' itu tidak masalah.










To be continue..

Note: ini adalah story pertama gua dan gua enggak espek banyak sebagai seorang pemula. Gua harap kalian suka dan beri gua dukungan itu aja. Thx.

See u next chap y'all..

DENIAL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang