PRIORITAS

1K 154 5
                                    


kamu bukan dean yang harus saya prioritaskan.

                                                         "

"Dek, itu makanannya enggak mau dimakan?" perempuan paruh baya itu sedari tadi memperhatikan anaknya yang hanya mengaduk aduk makanan tanpa berniat memakannya.
"Dimakan kok mah," jawab sang anak acuh. Ia sedang tidak dalam mood yang bagus pagi ini.
"Kalau dimakan ya cepetan dimakan atuh dek. Keburu dingin nanti kan enggak enak." Perempuan itu kembali menasehati namun hanya dibalas anggukan mengerti dari remaja di depannya yang berstatus anaknya itu.

Tak ada suara lain setelah itu. Ibu dan anak itu fokus pada makanannya masing-masing. Di rumah sederhana ini mereka tinggal. Bukan rumah yang besar dan bukan rumah yang tergolong kecil juga. Rumah yang di cat dengan warna pastel itu berukuran sedang namun masih tampak elegan dengan gaya bangunan yang modern.

Hanya dua orang yang tinggal di rumah itu. Sepasang ibu dan anak yang menjalankan aktivitas rutin mereka yaitu sarapan pagi. Mereka hanya tinggal berdua disana sejak 3 tahun lalu. Semenjak sosok kepala rumah tangga yang sering mereka sebut ayah itu meninggalkan mereka dan lebih memilih tinggal bersama istri barunya. Tanpa sekalipun mengunjungi Dean dan Ibunya walau hanya untuk sekedar menanyakan kabar sang anak.

"Dean, mama pulang agak maleman ya hari ini. Nanti kalau kamu butuh apa-apa bilang Andri aja, nanti dia dateng kesini nemenin kamu. Mama udah bicara sama Andri tadi malem." Perempuan yang dipanggil mama oleh Dean itu berucap sambil membereskan bekas makanan yang sudah habis mereka makan tadi.

"Kok Andri sih mah!? Lagian aku bisa sendiri kok. Enggak perlu ditemenin juga," Dean memprotes tindakan mamanya itu. Dean masih kesal dengan kejadian beberapa hari lalu tentang Andri yang memberikannya uang seratus ribuan. Dean merasa diremehkan.

"Ya terus siapa lagi? wong temenmu cuma dia doang yang mama tau."

"Ya tapi kan mah-"

"Udah enggak ada tapi-tapian. Sana kamu mandi dulu. Kebiasaan bangun tidur bukannya mandi dulu malah makan dulu"

Dean memutar bola matanya malas. Namun tetap menjalankan perintah mamanya. Dean bangkit dari duduknya, berjalan kek kamar mengambil handuk untuk mandi.

                                                        ""

"Ndri, Bagian lu udah selesai belum?"

"Kenapa? Lu mau ngopy?"

"Nanya doang sat. Lagian kita satu tim bego."

Andri tertawa singkat melihat respon rekan se timnya itu. Andri memang beberapa hari ini disibukkan dengan urusan project software aplikasinya. Kegiatan itu sedikit banyak membuat Andri stress. Andri membuka hp miliknya. Ia mengerutkan alisnya melihat missed call dari tante nina. Ingatanya kembali saat kemaren malam diamana mama Dean itu menghubunginya untuk meminta Andri menemani anaknya dikarenakan perempuan paruh baya itu sibuk bekerja.

"Gas, kayanya gua enggak bisa ikut kumpul deh sore sampe malem nanti" Andri melirik Bagas yang masih berkutat dengan laptop berlogo buat apel separuh itu.

"Kenapa? nanggung banget lu. Lagian dikit lagi ini, palingan nanti malem juga beres."  Bagas selaku rekan satu tim Andri jelas protes. Project mereka hampir selesai dan deadlinenya itu besok dan Andri dengan tidak tau malunya meminta absen.

"Ck. Gua ada urusan penting. lu bagi gua aja codingannya, nanti gua terusin dirumah"

"Urusan penting apa dah?

"Kepo lu,"

"Serius nanya gua sialan. Biar gua bisa jawab pas ditanya kakom."

"Dean."

Andri melenggang pergi ninggalin rekan satu timnya yang menatapnya penuh tanya.

"Sebenernya pacar lu siapa sih anjir." Bagas menggelengkan kepalanya heran. Bukan sekali dua kali saja Andri meminta absen di waktu yang enggak tepat kayak gini. Dan alasan terbanyak dibalik absennya Andri adalah Dean. Sepertinya rumor yang tersebar itu benar.

Dean adalah 'teman' yang selalu diprioritaskan bagi rekan satu timnya itu.



To be continue..


DENIAL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang