"Iqbaal!"
"Iqbaaall!"
"Iqbaaaalll!"
"Ayo semangat baaall!"
"Woouuuhh!'
Teriakan heboh para murid yang rata-rata berasal dari SMA HATER SCHOOL. Ralat! Bukan rata-rata lagi melainkan hampir seluruh siswa yang meneriaki nama Iqbaal, tidak pria ataupun wanita tetapi lebih didominasi oleh kaum hawa yang terpikat pesona Iqbaal yang memabukkan. Entah karisma apa yang ada pada tubuh Iqbaal sehingga membuatnya begitu populer.
Sementara diseberang lapangan yang tak begitu jauh dari tempat Iqbaal memamerkan pesona memikatnya ada seorang gadis yang menatap muak kejadian yang sudah bukan hal asing lagi menurutnya. Siapa lagi jika bukan Steffi yang merupakan pujaan hati Iqbaal, kurang lebih setahun sudah mereka menjalin hubungan.
Steffi menatap malas kearah lapangan basket yang berada dihadapanya sekarang, tetapi berbeda dengan teman temanya yang justru semangat 45 untuk menyoraki pemain yang mewakili sekolah mereka terutama Iqbaal. Steffi sendiri heran dibuatnya sebenarnya apa yang membuat hampir seluruh siswi disekolahnya menyukai seorang Iqbaal yang tidak ada baiknya sama sekali. Steffi yang menjabat sebagai seorang kekasih pun hanya pernah mengetahui sisi negatif dari Iqbaal, mungkin ada sisi positifnya tetapi menurut Steffi hanya 0,01% saja sisi positif Iqbaal.
"Steff, kok lo malah diem aja sih," ucap sesorang dengan logat bule yang khas, duduk disamping kanan steffi.
"Terus gue harus gimana Cass?" tanya Steffi malas.
Cass? Iya Cassandra Sharly atau biasanya dipanggil Cassie. Cantik, bawel tapi kadang lemot, dan keturunan bule jadi tak heran jika dia berbicara pasti ada campuran logat bule dan indonesia. Terkadang steffi saja tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Cassie padanya.
"Iya nih gak ngasih semangat, padahal pacar sendiri loh yang main. Bukanya dikasih semangat malah diem aja. Ayo dong kasih semangat, tuh liat dia lemes gitu ga dapet semangat dari Lo, lo gak mau semangatin dia sih," sahut sesorang disebelah kiri Steffi, mengkompori supaya sahabatnya sadar dari mata rabunnya selama ini sambil menunjuk ke arah Iqbaal.
"Iya iya Sal," ucap Steffi sedikit kesal lantaran mendapat paksaan. Tuh kan karena Iqbaal lagi dirinya dipaksa seperti ini memang dasar minta dihujat.
Salshabila Andriani, sahabat Steffi, cantik, sedikit cerewet, gampang emosian, tetapi baik dan dewasa. Itulah yang dapat digambarkan dari seorang yang kerap disapa Salsa.
Dan benar saja ketika Steffi memfokuskan matanya kearah lapangan basket dimana Iqbaal tengah bermain. Terlihat jelas dia tidak seaktif seperti permainan awal tadi, entah mengapa Iqbaal terlihat lemas dan lesu tidak bertenaga.
Saat Steffi akan mengalihkan pandanganya tiba-tiba Iqbaal melihat kearah Steffi, sehingga kedua mata mereka bertemu cukup lama, Iqbaal mengukir senyum manis dibibir pinknya itu dan tanpa Steffi sadari sudut bibirnya juga tertarik keatas dan membentuk senyuman yang manis.
Entah dorongan darimana Steffi berkata pada Iqbaal tanpa mengeluarkan suara sehingga hanya bibirnya saja yang bergerak.
"Semangat," ucap steffi tanpa suara dan tersenyum manis, dan Iqbaal membalas ucapan Steffi dengan menempelkan jari kanan telunjuk dan tengah pada bibirnya kemudian memberikanya kearah Steffi. Sontak para siswi disekolahan mereka berteriak histeris.
"Aaaa iqbaaall!"
"Senyumanya manis bangeett!"
"Gilaa tambah ganteng tau gak!"
"Bebeb gue itu!"
Kira kira seperti itulah suara yang didengar oleh Steffi, terbukti saat Steffi memberikan semangat pada Iqbaal, dia kembali bergerak lincah dan dengan sekali tembakan bola yang dipegangnya tepat jatuh di ring lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iqbaal [TERBIT]
Teen Fiction"Mulai detik ini lo harus jadi pacar gue." "Lo gila ya! Gue gak kenal sama lo. Dan gue gak mau jadi pacar lo." Berawal dari sebuah paksaan yang justru membuat mereka bisa merasakan manisnya masa bangku sekolah. Membuat mereka mengerti pedihnya pen...