Iqbaal berjalan santai memasuki sekolahan megah bertingkat tiga. Dan tidak terasa juga, sudah hampir tiga tahun dirinya mencari ilmu di sini. Eh ralat! Bukan mencari ilmu! Mungkin kata yang lebih tepat mencari onar dan dengan ditambah mencari pengisi hatinya.
Setelah memarkirkan motor ninja hitam kesayanganya diparkiran yang berada diluar sekolah. Kenapa diluar? Karena jumlah murid yang sangat banyak tidak memungkinkan untuk parkir disekolahan dan mengingat juga lahan yang terbatas jika membangun parkiran didalam sekolah. Walaupun di sekolahnya ada sebuah parkiran, tetapi itu hanya parkiran untuk para guru saja.
Bisa dibilang sekolahan Iqbaal adalah sekolah terbaik yang ada di Jakarta, ibu kota tercinta yang jika kumat macetnya bisa bikin ngelus dada prihatin alias miris. Sekolah SMA HATER SCHOOL merupakan sekolahan favorit dan bahkan hanya orang tertentu saja yang bisa masuk ke sekolah tersebut, tidak sembarang orang melainkan berdasarkan tingkat kecerdasanya. Tidak perlu diragukan lagi kecerdasan seorang Iqbaal yang di klaim sebagai murid biang rusuh bin gaduh itu, mengingat segudang prestasi yang sudah ditorehkan olehnya sehingga dia dengan mudah bisa masuk ke sekolahan tersebut.
Iqbaal berjalan dengan santainya seolah dia adalah murid yang berangkat tepat waktu walau faktanya itu sebaliknya. Jarum jam kini sudah menunjukkan pukul sembilan lewat. Padahal tadi Steffi sudah membujuknya mati-matian supaya dirinya segera bergegas berangkat tetapi jika memang tidak dari kemauan Iqbaal sendiri percuma Steffi menyuruhnya bahkan sampai suaranya tak terdengar lagi Iqbaal tidak akan peduli.
Banyak murid yang keluar dari kelasnya dan berdiri didepan balkon kelas mereka masing-masing hanya untuk melihat seorang Iqbaal yang berjalan dengan sok-cool dan rata-rata adalah murid perempuan, ntah dikarenakan tidak ada guru yang mengisi pelajaran mereka atau ingin melihat ketampanan seorang Iqbaal. Sangat alay bukan? Jika Steffi tau mungkin Iqbaal akan kena siraman rohani dan tabokan yang luar biasa syahdunya.
Iqbaal yang menyadari menjadi pusat perhatian para siswi pun hanya bersikap acuh sembari sesekali mengunyah permen karet strowberi kesukaanya dan memasukan kedua tanganya disaku celanana. Karena dihatinya hanya ada Steffi seorang, tidak ada yang bisa menggantikan Steffinya dihati Iqbaal.
Para siswi berteriak histeris saat Iqbaal melintas didepan mereka. Sembari mengunyah permen karet yang ada didalam mulutnya, Iqbaal terus berjalan dan tidak menghiraukan mereka semua, tetapi bukan kearah kelasnya Iqbaal berjalan. Bukan kearah kelasnya?.
Iya! bukan kearah kelasnya melainkan kekelas Steffi. Iqbaal dan Steffi memang tidak satu kelas, bagaimana bisa satu kelas sedangkan Iqbaal saja kakak kelas Steffi atau bisa dibilang sekarang dia adalah senior dan Steffi masih junior.
Kenapa Steffi tidak memanggilnya dengan sebutan kak Iqbaal?.
Jika tidak keras kepala bukan Steffi namanya, dan memang Iqbaal tidak mengharuskan Steffi memanggilnya dengan sebutan 'kak'. Hanya untuk Steffi, jika kedua sahabat Steffi juga memanggil Iqbaal hanya dengan nama saja tanpa ada embel embel 'kak', maka Iqbaal langsung menatap keduanya dengan tajam. Sehingga kedua sahabat Steffi langsung menciut dan tidak berani lagi memanggilnya hanya dengan nama, melainkan harus dengan embel embel 'kak'.
Saat Iqbaal melewati koridor banyak siswi perempuan yang menyapanya bahkan menggodanya tetapi Iqbaal hanya membalas mereka dengan senyum tipis, sangat tipis, selain itu dia memasang wajah datarnya, dan berjalan santai sembari mengunyah permen karet yang mulai tidak manis lagi dimulutnya. Karena memang itu lah ciri khas seorang Iqbaal Dhiafakhri.
Sesampainya didepan kelas Steffi yaitu kelas X IPA I, Iqbaal melangkahkan masuk kekelas Steffi, dan dengan beruntungnya dikelas Steffi sedang tidak ada guru, melainkan kosong.
Sontak seluruh orang yang ada dikelas Steffi menengok kearah Iqbaal, kesempatan yang tidak bisa disiasiakan begitu saja melihat pangeran sekolah berada dikelas mereka. Terlebih lagi hanya ada anak perempuan, anak laki laki dikelas Steffi mungkin sudah kelayapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iqbaal [TERBIT]
Fiksi Remaja"Mulai detik ini lo harus jadi pacar gue." "Lo gila ya! Gue gak kenal sama lo. Dan gue gak mau jadi pacar lo." Berawal dari sebuah paksaan yang justru membuat mereka bisa merasakan manisnya masa bangku sekolah. Membuat mereka mengerti pedihnya pen...