40 | MENYERAH

291 21 8
                                    

"Sal?"

Perlahan Salsa membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk pada retina matanya. Mendapati seseorang dengan pandangan prihatin begitu melihatnya, terduduk di sisi ranjang tempatnya berbaring.

"Kenapa Steff?" tanya Salsa dengan suara serak karena merasakan seperti ada sesuatu yang menahan suaranya untuk keluar dari tenggorokan.

"Lo sakit kenapa gak ngomong ke gue?" tanya Steffi dengan nada cemas yang tidak bisa disembunyikan. Tangannya terjulur menyentuh dahi Salsa untuk mengecek seberapa tinggi demam yang dikatakan mama Salsa saat dia tiba disini.

Steffi tidak bisa menampik rasa khawatirnya begitu mendengar salah satu sahabatnya jatuh sakit tanpa memberitahunya. Bahkan Steffi mengetahui hal tersebut dari Cassie tadi pagi, alhasil Steffi langsung menjenguk Salsa.

Semenjak pulang dari kemah, Steffi jadi sangat jarang bertemu Cassie, bahkan jika dipikir-pikir mungkin hanya bertemu satu kali dan itu pun dengan Salsa untuk menghibur dirinya yang masih shock dengan perbuatan Iqbaal.

Steffi memang sangat beruntung mempunyai dua sahabat yang sangat pengertian dan selalu ada disaat dirinya sedih atau terpukul, bukankah memang seperti itu peran seorang sahabat?

Salsa menggeleng lalu tersenyum tipis, bahkan untuk berbicara saat ini terlalu sulit untuk Salsa, lalu bagaimana dia sanggup mengatakan jika bukan Iqbaal dalang dari semuanya, melainkan mantan kekasihnya yang selalu dia bela dan membuatnya memandang remeh Iqbaal.

Tadi malam sebelumnya Salsa terbangun dengan tubuh demam, Iqbaal menelponnya untuk tidak mengatakan semuanya kepada Steffi dengan alasan supaya dirinya saja yang berusaha untuk berbicara yang sesungguhnya dengan Steffi, walaupun Iqbaal tahu hal tersebut sangat sulit dilakukan.

Salsa juga sudah memberi tahu Cassie saat tadi pagi menjenguk dirinya, dengan alasan gabut dirumah karena liburan kenaikan kelas kali ini kedua temannya sedang dalam kondisi baik untuk diajak keluar menghibur diri.

"Lo kalau ada masalah cerita sama gue dong Sal, jangan diam gini," bujuk Steffi merasa jika Salsa menyembunyikan sesuatu hal darinya.

Salsa kembali menggeleng. "Gue gak papa Steff," jawab Salsa dengan suara lirih.

"Bilang sama gue ada apa Sal, biar gue bisa bantu lo kalau lo ada masalah," ujar Steffi tetap membujuk Salsa.

"Enggak papa Steffi," kata Salsa dengan suara serak.

"Cewe kalau bilang 'gak papa' itu pasti ada sesuatu yang disembunyikan, ditambah sama kondisi tubuh lo yang kayak gini masih ngeyel buat bilang gak papa?" ucap Steffi menatap salsa penuh selidik.

Salsa ingin bangkit duduk tetapi pusing di kepalanya teramat besar sehingga membuatnya mau tidak mau tetap berbaring dengan tubuh dibungkus selimut.

"Gue baring aja gak papa ya?" izin Salsa merasa sedikit tidak enak.

Steffi mengangguk, menatap Salsa tanpa kedip menunggu jawaban. Biarkan saja dikata egois karena memaksakan Salsa untuk menjawab dalam keadaan sekarang tetapi itu juga kan untuk kesehatan psikis Salsa sendiri.

"Lo tanya aja sama kak Iqbaal ya?"

Steffi melongo tidak mengerti dengan jawaban Salsa yang sama sekali di luar tebakannya. Kenapa jadi menyangkut pautkan Iqbaal untuk hal ini?

"Hah? Iqbaal? Kenapa harus dia?" tanya Steffi yang masih belum paham.

Salsa tersenyum tipis. "Nanti kalau lo ngomong sama dia pasti ngerti kok," jelas Salsa.

"Gue gak akan pernah mau ngomong sama dia," ujar Steffi menggeleng tegas, memalingkan wajahnya begitu teringat dengan Iqbaal.

Sebelah tangan Salsa beringsut pada tangan Steffi yang berada didekatnya. Menggenggamnya pelan karena tubuhnya saat ini benar-benar lemas.

Iqbaal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang