Aurora mengerjapkan mata sambil memijat dahi dengan kedua tangan. Kepalanya terasa sangat pusing. Ia berusaha mengingat. Saat pandangannya mulai jelas, ia tersadar sudah berada di tempat tidur.
"Sudah sadar?"
Aurora melirik ke sisi kiri tempat tidur dan mendapati Abu yang sedang bertelanjang dada berada dalam satu selimut dengannya. Wajahnya tersenyum meledek. Dengan langsung beralih pada tubuhnya, ia menghela napas karena ternyata piamanya masih lengkap."Aku juga tidak sejahat itu memanfaatkan wanita yang sedang mabuk." Abu mengusap puncak kepala Aurora. "Bersiaplah, aku akan membuatkanmu sarapan dan osmanthus lemon untuk menghilangkan pengar..." kata Abu seraya turun dari teman tidur.
Rasanya telinga Aurora memerah karena malu. Ia duduk memeluk lututnya. Ia sama sekali tidak mengingat kejadian semalam. Yang ia ingat hanyalah ketika ia memutuskan untuk meminum sebotol bir.
***
"Inikah osmanthus lemon?" Rasa segar dan manis menyelimuti indranya. "Ini sangat menyegarkan, terima kasih."
Abu tersenyum. "Habiskan omeletmu, ya, aku juga membawa banyak pilihan film untuk kita tonton, jadi kamu tidak akan bosan."
"Hah? Kenapa bosan? Bukankah aku bebas mengajakmu pergi berjalan-jalan? Berkencan?"
Abu mengernyit. "Konsepnya tidak seperti itu."
Mata Aurora membelalak. "Haish, memangnya kamu boneka sex yang dipakai selama 10 hari? Terjebak tidak keluar dari apartemen sama sekali?"
Wajah Abu memerah dan terlihat enggan membalas perkataan Aurora.
Aurora menghela napas sambil berdecak. "Konsepku akan berbeda dengan orang lain, enak saja, huh!" Aurora meletakkan minumannya dan mulai melahap omelete di hadapannya. "Aku mau pergi ke taman hiburan."
Abu memandang Aurora. "Bukan hanya masalah konsep, tapi pergi ke tempat ramai melanggar privasi. Bagaimana jika ada orang yang mengenalimu dan mengenaliku? Yang kita bangun adalah relasi profesional murni pekerjaan."
"Begitukah? Menyebalkan sekali harus berada dalam apartemen sempit ini..." Aurora merajuk. "Padahal aku sama sekali tidak punya kenalan di kota ini, apa yang harus kukhawatirkan? Bahkan orang-orang yang melihat kita akan beranggapan aku kakakmu. Apa sih yang jadi masalah?"
Abu tampak berpikir sejenak. "Kenapa kamu selalu kehilangan percaya diri?"
"Apa maksudmu?"
"Sudahlah. Aku akan membawamu ke tempat yang lebih baik daripada taman hiburan. Habiskan saja sarapannya, aku akan menunggumu di mobil," kata Abu sambil mengusap puncak kepala Aurora.
Aurora menatap Abu kebingungan, tapi kemudian ia tetap melahap sarapannya, lantas turun menyusul Abu ke mobil.
Abu keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Aurora.
Aurora tersenyum. "Di sini tidak ada orang, kamu tidak perlu repot-repot begini."Abu menundukkan kepalanya. "Aku bertugas memuaskanmu, bukan orang lain." Ia memencet lembut hidung Aurora. "Masuklah."
Aurora salah tingkah. Ia tidak terbiasa dengan perlakuan Abu padanya. Seingatnya, Reino memang sosok yang baik dan penyayang. Seolah pernikahan adalah akhir dari pencarian cintanya, bahagia seumur hidup. Tapi, ternyata lelaki itu bukanlah jodohnya.
Sepanjang perjalanan, Aurora sibuk membuka media sosial. Ia memang masih sering 'stalking' medsos Clara. Tentu saja...."Kenapa harus melihat hal-hal yang tidak kamu sukai? Wanita itu aneh."
"Ish, kepo banget lihat-lihat!" Aurora memasukkan kembali handphone-nya ke dalam tas. "Mau ke mana, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gentleman's sugar baby
RomantikKisah tentang Aurora, wanita berusia 33 tahun. Kehidupan cinta nya berubah ketika Reino suaminya memutuskan untuk menikah lagi demi mendapatkan buah hati yang tidak bisa Aurora berikan. sebagai Wanita, hidupnya pernah sempurna. Tapi bukan sebagai Ib...