Matahari telah memancarkan sinarnya, menunjukkan bahwa hari telah berganti. Jam telah menunjukkan pukul 06.30 pagi.
Siska POV
"Sial gue kesiangan."
Gue pun langsung mandi, selama gue kerja gk pernah telat bangun. Pasti ini gara-gara gue kecapekan ngelilingi mall kemarin. Selesai mandi gue langsung ganti baju, gue langsung ambil dress putih dengan sedikit motif bunga, gue gk sempet buat milih2 baju lagi.
Setelah selesai make up tipis2, gue langsung cabut, taxi online yang gue pesen tadi juga udah dateng. Gue nggak sempet sarapan, apalagi buat nyedot susu gue.
"Nanti aja pas istirahat makan siang, gue sedot sekalian isi perut." Pikir gue.
Sampai di depan kantor gue langsung lari2 masuk ke kantor, syukurlah gue nggak telat, meskipun mepet banget waktunya.
Sekarang gue lagi bergelut dengan berkas2 yang ada di meja kerja seperti biasa.
Kriiiing.....
"Halo iya pak."
"Pergi keruangan saya sekarang!".
"Baik pak."
Yah yang nelpon boss ganteng gue, Devan. Nggak dipungkiri gue juga sama kayak wanita-wanita lainnya, gue juga terpesona oleh pesona boss gue yang satu ini. Tapi bedanya gue nggak sefanatik dan semurahan kayak wanita-wanita lain yang selalu caper dan tebar pesona buat dapetin hati boss gue, karena gue sadar diri aja.
Gue langsung ke ruangannya.Tok.... Tok....
"Iya silahkan masuk." Sahutan dari dalam ruangan.
"Hari ini kita ada proyek di luar kota, kamu ikut saya, paling malam kita udah pulang."
"Baik pak, saya siap2 dulu."
"Oke, saya tunggu diparkiran."
"Baik pak."
Devan POV
"Ternyata Siska sangat cantik dan sexy, dan bibirnya yang tipis itu, rasanya pengen gue lumat, apalagi payudaranya yang bulat itu." Batin gue saat Siska berjalan keluar dari ruangan gue.
Haisssttt, apa yang gue pikirin. Gue geleng-geleng sambil nepuk-nepuk kepala gue untuk menghilangkan pikiran mesum gue yang entah kenapa tiba-tiba dateng. Sejak gue denger percakapan antara Siska dan sahabatnya itu gue jadi banyak berpikir mesum tentang Siska.
Siska jalan kearah mobil gue. Kemudian masuk kedalam mobil dan duduk disamping gue. Tapi kenapa badan gue rasanya jadi panas gini lihat dia. Sial mana dia pakek dress press body banget, mana itu roknya pendek banget, kan gue jadi engaap lihat paha putihnya yang mulus itu.
Selama perjalanan kita nggak banyak bicara, hanya seperlunya saja itupun tentang pekerjaan. Saat gue rasa suasananya hening dan kelihatan nampak canggung gue nyalain musik, pas nyalain mata gue nggak sengaja lihat payudara Siska yang sedikit menonjol dari dressnya. Gue langsung ngalihin pandangan gue dan fokus nyetir lagi sebelum dia menyadarinya.
Setelah menempuh jarak 3 jam akhirnya kita sampai disebuah desa di perbukitan. Kita turun disebuah villa dan disambut oleh salah satu rekan kerja gue. Kita dianter ke kamar untuk beristirahat sebentar, tentunya gue dan Siska di kasih kamar berbeda dan akan melakukan rapat untuk proyek pada jam makan siang nanti.
Tibalah jam makan siang, dan kita sudah berkumpul untuk membahas proyek sesuai rencana. Ditengah-tengah diskusi gue ngelirik ke Siska, gue ngerasa kalo dia lagi menahan rasa sakit atau apa gue nggak tau, dia terlihat sangat gelisah. Gue mencoba buat nggak terlalu peduli dan kembali fokus untuk diskusi.
Setelah hampir 2 jam berdiskusi akhirnya selesai juga dan telah mencapai kesepakatan. Siska langsung meminta ijin ke toilet.
Siska POV
Gue menghela nafas panjang, akhirnya rapat ini selesai juga. Gue buru-buru pamit ijin ke toilet dan langsung menuju toilet kamar yang tadi disediain buat gue.
"Dimana pompa ASI nya, perasaan tadi udah gue bawa."
Gue mengacak-acak isi tas buat nyari pompa ASI, karena gue udah nggak tahan lagi, rasanya payudara gue udah kenceng banget dan sakit karena emang tadi pagi nggak sempet buat nyedot.
"Haistttt, pasti tadi gue lupa masukin ke tas." Gue menggeram frustasi.
Gue duduk di pinggir ranjang, sambil berfikir gimana caranya agar payudara gue nggaak sakit lagi. Gue buka pengait bra gue, karena rasanya udah sesek banget.
"Apa gue ijin ke apotek aja ya buat beli pompa ASI, tapi tempat kayak gini apa ada Apotek yang deket, soalnya kalo jauh gue kayaknya udah kuat lagi. Ah yang penting coba dulu deh." Gue bergelut dengan pikiran gue sendiri.
Tok.. tok..
"Haduh siapa lagi sih ni." Gue buru-buru betulin pengait bra gue.
"Eh Pak Devan, ada pa pak?" Ternyata boss gue yang dateng.
"Cuman mau ngasih tahu, kamu siap2 bentar lagi kita akan pulang."
"Oh iya pak." Jawab gue.
Eh tapi tunggu gue lihat ada yang aneh dari tatapannya Pak Devan, ternyata arah mata Pak Devan kearah payudara gue. Ah sial baju bagian dada gue udah basah, susu gue keluar dan udah sampe ngrembes ke baju gue. Gue agak panik dan gue malu banget.
"Ya udah pak, saya akan siap2 dulu." Gue langsung nutup pintunya gitu aja. Bodo amatlah kalo Pak Devan nanti marah.
Tbc
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretarisku Canduku
Random* {WARNING} * 🔞 Banyak mengandung konten dewasa, yang masih kecil diharapkan menjauh. Harap bijak dalam memilih bacaan 😁😁