Tujuh

322K 3K 127
                                    

Terimakasih untuk antusias kalian.
Semoga kalian terhibur dengan coretan-coretan author ini.
Dan bisa menemani kalian #stayathome

Kali ini author ingin vote brpa ya?🤔🤔
100 vote bisa kali ya? 😋😝😝😘😘
Author semangat nulisnya,
Kalian juga harus semangat nge Vote nya.(maksa pokoknya) 😁😁
Jangan lupa follow juga.

Selamat membaca

_________

Author POV

Siska dan Sinta berjalan bersama masuk kantor. Karena tadi pagi Sinta menjemput Siska sekalian sarapan bareng di apartment Siska. Saat akan akan menuju ke lift mereka berpapasan seseorang yang telah membuat Siska susah tidur semalaman. Tidak lain adalah boss tampannya Devan.

"Selamat pagi pak." Ucap Sinta sambil menyenggol lengan Siska.

"Selamat pagi pak." Ucap Siska menundukkan kepala tanpa menatap mata yang di ajak bicara.

"Pagi." Balas Devan menatap Siska yang masih tertunduk.

Mereka memasuki lift bersama. Semuanya diam tidak ada yang memulai pembicaraan. Sinta merasa ada yang aneh dari sikap sahabatnya itu.

Tibalah mereka di lantai tiga, tempat dimana ruangan mereka berada. Devan keluar terlebih dahulu menuju ke ruangannya. Di susul Siska dan Sinta yang juga akan menuju ruangan mereka masing-masing.

Saat Siska akan masuk ke ruangannya, tangan Siska ditarik oleh Sinta.

"Lo kenapa? Ada masalah? Kayaknya ada yang aneh sama lo?

"Eh.. nggak ada apa-apa kok Sin. Emang gue kenapa?"

"Dari tadi saat kita ketemu sama boss lo diem trus."

"Hehehe nggak papa kok Sin, tenang aja."

"Ya udah kalo gitu, kalo ada masalah pokoknya cerita sama gue. Gue ke ruangan gue dulu."

"Siap."

Siska POV

Dari tadi gue nggak bisa fokus sama pekerjaan gue. Perasaan cuman gue bolak balik aja kertasnya.

Sial.

Kenapa tiba-tiba gue keinget kejadian kemarin. Nggak boleh, ini nggak boleh terus-terusan di biarin. Bisa-bisa pekerjaan gue nggak selesai-selesai.

"Fokus, lo harus fokus Sis, Lupakan semua kejadian kemarin. Anggap tidak pernah ada. Dan jalani kehidupan seperti biasa." Gue nyemangatin diri gue sendiri.

Gue tarik nafas panjang berulang kali, sampai gue merasa tenang. Sebelum akhirnya gue melanjutkan pekerjaan gue.

Aaaaakkhhhh, gue bernafas lega akhirnya pekerjaan gue hampir selesai, tinggal minta tanda tangan. Sekarang udah waktunya istirahat sebentar dan makan siang, gue harus ke kantin dulu, ngisi energi plus ngopi, sepertinya tenaga dan pikiran gue hampir terkuras semua, badan gue juga rasa nya lemes banget dan mata gue rasanya udah berat banget buat melek.

Seperti biasa gue makan siang bareng Sinta. Yah namanya cewek kalo udah kumpul suka ghibah sampai kemana-mana, bahkan satu RT bisa di ghibahin semua. Dan kalo udah ghibah sampai nggak ingat waktu. Tiba-tiba udah selesai aja jam istirahatnya.

Tok .... Tok ...

Gue mengetuk ruangan pak Devan.

"Masuk."

Deg.

Busyet kenapa nih sama jantung gue, masa baru denger suara serak-serak basahnya aja jantung gue udah mau copot, apalagi nanti kalau lihat mukanya, apalagi lihat bibirnya yang kemarin ngenyot payudara gue. Kan gue jadi ngebayangin. Gue langsung geleng-geleng kepala.

"Haish ... Tenang Sis, tenang. Tarik nafas dalam-dalam, keluarkan. Lo nggak boleh gugup. Santai seperti di pantai. Kalo nggak lo bisa malu-maluin diri lo sendiri."

Gue ngomong sendiri buat nenangin diri, Sebelum gue membuka pintu. Kalo ada yang lihat bisa disangka orang gila kali gue ya.

"Maaf pak, saya mau minta tanda tangan bapak."

"Oke, bawa sini berkasnya."

Gue meletakkan berkas-berkas nya dimeja pak Devan. Sambil nunggu pak Devan tanda tangan, gue berusaha ngalihin pandangan gue ke kanan dan ke kiri, ke bawah dan ke atas, pokoknya yang penting nggak ngeliat mukanya pak Devan.

Tentu dengan segala cara, gue berusaha terlihat tenang dan nggak gugup. Meskipun rasanya gue pengen terjun ke kolam aja deh, kalo ke laut kan terlalu dalam, sedalam cinta ku pada mu. Ciat ciat.

Rasanya kok lama banget ya, gue pengen cepet-cepet menghempaskan kaki dari ruangan ini. Engap banget rasanya.

"Ini udah selesai, ada lagi?"

"Tidak pak."

" Ya sudah."

"Baik pak, saya permisi dulu."

Huuuuuuffffffftttttt.

Akhirnya gue keluar juga. Rasanya kayak lo nahan kentut di depan gebetan lo, dan akhirnya bisa keluar saat gebetan lo akhirnya pergi. Legaaaaaa banget.

Gue udah duduk manis di ruangan gue lagi. Pekerjaan gue udah selesai, tinggal nunggu waktunya pulang.

Nah kan gue mikirin pak Devan lagi, kalo gue diem aja gini. Gue lihat tadi pak Devan sikapnya biasanya aja deh, terlihat tenang, santai, cool, dan selalu tampan, nggak seperti apa yang gue rasain. Sikapnya nunjukkin kayak emang nggak pernah terjadi apa-apa gitu.

Jangan-jangan emang gue sendiri yang ke baperan nya tingkat nasional. Wah nggak bisa dibiarin nih, kalau ketahuan orangnya kan, bisa turun harkat dan martabat gue.

Gue harus bisa bersikap normal seperti pak Devan. Kalau nggak gue bales aja, biar pak Devan baper sama gue, Lihat aja nanti.

Tbc

******

Sekretarisku CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang