Author POV
Devan menghampiri Siska dan menyapa karyawan lainnya.
"Sis, bisa kita bicara sebentar?" Tanya Devan.
Siska menganggukkan kepala dan pamit pada teman-temannya.
Siska dan Devan pergi menuju keruangan Devan.
"Ada apa pak? Ada yang bisa saya bantu?"
Siska memulai pembicaraan. Karena setelah masuk ke ruangan mereka saling diam. Devan masih ragu-ragu untuk memulai pembicaraan dan menjelaskan semuanya.
"Eeeemmm... Aku ingin menjelaskan sesuatu. Tapi aku takut kamu marah."
"Kenapa emangnya?"
"Tapi kamu janji jangan marah ya?"
"Ya tergantung."
"Kok tergantung?"
"Ya kalau bapak berkata jujur dan bapak benar-benar tidak bersalah. Saya nggak akan marah."
Akhirnya Devan mulai menceritakan semua yang terjadi semalam. Mulai dari dia mendapat telepon dari seseorang hingga dia menginap di rumah Clara. Devan menceritakan semuanya dengan secara detail tanpa terlewatkan satu pun.
"Oh begitu."
"Kok cuma gitu jawabnya?"
"Terus harusnya bagaimana?"
"Kamu percaya kan sama aku?"
"Entahlah." Jawab Siska sambil mengangkat bahu.
Devan menghampiri dan mendekati Siska, dan menggenggam tangan Siska.
"Kamu harus percaya sama aku, sayang. Aku sudah menjelaskan semuanya supaya tidak ada kesalahpahaman diantara kita."
"Hemmmm. Ya udah aku mau balik ke ruangan aku dulu. Banyak kerjaan yang belum aku selesaikan."
Siska melepaskan genggaman Devan dan beranjak pergi. Namun saat akan melangkah, Devan memeluk Siska dari belakang.
"Aku mohon jangan begini sayang. Tolong maafkan aku dan percaya padaku."
"Aku mohon lepaskan Pak. Aku ingin sendiri dulu."
Devan POV
Dengan terpaksa gue melepaskan tangan gue dari pelukannya dan membiarkan Siska pergi. Gue mencoba memahami perasaan Siska. Tidak ada seorang wanita pun yang akan rela kekasih nya apalagi yang sebentar lagi akan menjadi suaminya tidur dan menginap di rumah wanita lain. Yang jelas-jelas wanita itu adalah mantan gue dan terlihat masih mencintai gue.
"Ini semua memang salah gue. Gue nya aja yang memang kurang tegas pada Clara. Gue dari dulu emang nggak bisa buat nolak ajakan dan semua permintaan Clara. Semua itu memang nggak harusnya terjadi. Situasi sekarang berbeda dengan dulu. Sekarang gue ada Siska yang bener-bener gue cintai dan harus gue jagain."
"Nggak, ini nggak boleh berlarut-larut. Gue harus tegas pada Clara. Gue nggak mau nyakitin Siska. Gue nggak mau gagal menikah dengan Siska karena sifat gue. Gue nggak bisa kalau harus kehilangan Siska."
"Woy... Mikirin apa sih lo? Serius amat."
"Sialan lo, ngagetin gue aja. Untung gue nggak jantungan."
"Lagian sih lo dari tadi ngalamun aja. Kenapa? Ada masalah?"
"Iya nih."
"Masalah apa bro? Kok sampe segitu nya?"
"Masalah Siska nih Ko."
"Emang kenapa Siska?"
"Kayaknya dia marah sama gue, gara-gara gue semalem tidur di rumahnya Clara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretarisku Canduku
Random* {WARNING} * 🔞 Banyak mengandung konten dewasa, yang masih kecil diharapkan menjauh. Harap bijak dalam memilih bacaan 😁😁