Lima

308K 2.9K 33
                                    

Untuk chapter ini author pengen 30 vote dan 30 comment. Maaf ya kalau author banyak permintaan😆😆😆. Biar author tambah semangat aja nulisnya. Jangan lupa follow juga ya.🤗🤗

Kalau permintaan author terpenuhi, author janji akan langsung update.
Kalau nggak, ya tetep update tapi nunggu moodnya author dulu. 😘😘

udah dulu cuap-cuapnya 😝😝

Selamat membaca

_________

Devan POV

Sssrrrrtttttttttt.....

Karena gue kaget dengan yang gue denger dan akhirnya ngerem mobil mendadak. gue nggak salah denger kan. Apa wanita ini sudah gila. Gue disuruh apa tadi? Gue disuruh ngemut payudara nya dia. Apa dia sengaja menggoda gue, meskipun gue sering cuek dan nggak terlihat tertarik dengan wanita-wanita yang menggoda gue, gue tetep masih cowok normal. Apa lagi dengan santainya dia bicara vulgar seperti itu. Apa jangan-jangan dia emang udah sering melakukan hal itu.

"Pak Devan." Panggil Siska membuyarkan lamunan gue.

"Bapak bisa bantu saya apa nggak? Saya sudah nggak kuat lagi." Lanjutnya.

"Tapi kalau bapak nggak bisa nggak papa, saya sadar permintaan saya adalah hal yang konyol bagi bapak, dan saya tahu bapak juga sangat benci dengan segala jenis susu. Saya minta maaf. Tapi saya mohon jalankan mobilnya lagi pak, kalau bisa agak ngebut, biar bisa cepet sampai ke apotik."

Siska terus saja bicara, karena gue dari tadi cuman diem, sama sekali nggak ngerespon pembicaraannya. Sebenernya gue kasihan lihat dia yang terlihat begitu kesakitan, tapi semua yang dikatakan Siska barusan emang emang bener semua.

"Iya kita jalan lagi, gue akan ngebut."

Gue langsung ngelajuin mobil dengen kecepatan tinggi daripada menuruti permintaan konyolnya. Kebetulan jalanan juga sangat sepi.

Setelah kurang dari satu jam kita udah sampai diarea kota. Wajah Siska sudah terlalu pucat, sebenernya gue nggak tega ngelihatnya. Dari tadi Siska diam keliatan menahan rasa sakitnya dan telihat tersiksa banget.

Akhirnya kita sampai juga di area parkir apotik. Gue matiin mesin dan gue mau keluar mobil buat beliin apa yang dibutuhkan Siska saat ini. Kan nggak mungkin gue ngebiarin Siska beli sendiri dengan keadaan seperti itu, apalagi abju bagian depannya udah hampir basah semua. Saat gue buka pintu mau keluar, tangan gue yang satu di pegang sama Siska. Gue kaget dan badan gue menegang, badan gue tiba-tiba terasa panas. Jantung gue berdentak lebih cepat dan kencang, semoga aja Siska nggak denger.

"Ba...bapak mau kemana?"

"Ya mau ke apotek, masak mau ke mall."

Gue langsung lepasin tangan gue, takut bagian bawah gue bangun, dan detak jantung gue nggak bisa dikontrol. Sial baru gitu aja gue udah terangsang.

"Ma... Maaf pak, tapi bapak di sini aja, biar saya aja yang beli pak."

"Apa kamu emang bener-bener udah nggak punya malu ya? Tuh lihat baju kamu hampir basah semua. Apa emang kamu sengaja mau mempertontonkannya?"

Sial.

Bagian bawah gue udah bangun beneran nih. Dari tadi gue mengumpat dan merutuki mata gue yang dari tadi ngelitin payudanya Siska.

"Tapi pak, sa......"

Gue langsung keluar sebelum Siska selesai bicara. Gue takut nggak bisa mengendalikan diri, apalagi bagian bawah gue udah bener-bener sesek pengen dikeluarin.

Sebelum gue masuk ke apotik, gue menetralisir tubuh gue dulu sebentar.

"Selamat malam pak, mau cari apa."

Ya sekarang matahari sudah tidak menampakkan diri dan telah digantikan dengan sinar-sinar bintang yang begitu indah. Waktu sudah menujukkan pukul 19.30.

"Oh iya, saya mau mencari.... Emmm..... Anu.... Itu yang buat menyedot ASI."

Gue ragu-ragu buat ngomongnya.

"Tunggu sebentar pak, saya carikan dulu."

"Iya."

"Maaf pak, ternyata stok nya lagi kosong."

"Wah gimana mbak, soalnya saya butuh banget sekarang. Apa ada apotek lain terdekat sini mbak?

"Ada mas, tapi semua udah tutup, karena apotek 24 jam cuman sini mas."

"Ya udah mba, terimakasih."

Gue keluar dengan perasaan kesel. Gue juga khawatir bagaimana keadaan Siska nanti apa dia masih kuat kalo nahan sampai rumah.

"Gimana pak?"

"Nggak ada, katanya stoknya kosong."

Badan Siska langsung melemas dan kepalanya jatuh ke pundak gue.

"Pak, saya mohon tolong saya pak!!

"Saya akan membalas kebaikan bapak dengan apapun yang bapak minta." Lanjutnya.

Gue masih ragu-ragu dan berpikir. Gue lihat kearah wajahnya, gue benar-benar nggak tega ngelihat nya. Wajahnya udah kayak mayat, pucet banget dan matanya udah ngeluarin air mata.

"Eemmmmmm....... Baiklah."

Sebenarnya gue masih ragu. Siska langsung bangun dan menatap gue setelah denger jawaban gue.

"Bapak yakin?"

Sebenernya gue belum terlalu yakin, tapi nggak ada solusi lain.

"Iii ... Iya."

"Terimakasih banyak pak."

Dia tersenyum dan keliatan agak cerah sekarang, ternyata Siska sangat cantik kalau tersenyum.

Dia sudah membuka resleting di bagian punggung nya, dan akan menurun kan bagian atas dadanya supaya lebih gampang melakukannya.

Tapi saat payudara Siska hampir terbuka semua, gue langsung memegang tangannya untuk menghentikan nya.

"Tunggu!!!"

Tbc

*******



Sekretarisku CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang