Sebulan setelah pertemuan itu.
Malam bulan purnama.
Masumi terduduk dan berusaha mengendalikan nafasnya. Ia baru saja mengalahkan iblis yang menyerang sebuah dojou. Iblis ini tak boleh tersentuh secara fisik karena seluruh kulitnya mengandung racun yang bisa meracuni tubuh manusia apabila bersentuhan dengannya. Masumi telah memerintahkan orang-orang di dojou untuk menghindar. Namun, yang cukup merepotkan, iblis itu seperti sengaja ingin mendekati orang lain di tempat itu untuk memancing Masumi hingga ia terpaksa terkena racunnya beberapa kali.
"Maaf, maafkan aku! Karena aku, kau jadi kena racun." kata orang tersebut, yang merupakan istri dari pemilik dojou yang hampir diserang oleh iblis beracun itu.
"Tidak apa-apa. Aku punya obat untuk situasi seperti ini. Aku akan baik-baik saja." Masumi mengeluarkan suntik kecil berisi obat dan menyuntikkannya sendiri ke tangannya. Obat tersebut mencegah penularan yang berlebih dalam tubuhnya dan mulai berproses untuk menetralisir racun.
Ia menatap sekelilingnya. "Kalian baik-baik saja, kan?"
"Iya, berkatmu. Terima kasih banyak sudah menyelamatkan kami." Sang pemilik dojou dan istrinya tersenyum tulus, membuat Masumi juga menyunggingkan senyum yang sama.
"Tak perlu berterima kasih. Ini sudah jadi tugasku."
Senyuman seperti itu yang membuat pekerjaan sebagai pemburu iblis terasa lebih ringan.
Ia selalu menginginkan senyuman yang tulus dari orang yang ditemuinya. Membuat hatinya menjadi hangat. Membuatnya merasa keberadaannya penting. Karena inilah, ia terus mendedikasikan dirinya untuk terus melindungi orang-orang dari para iblis.
----------------------------------------
Obat yang dimiliki Masumi tidak cukup untuk menetralisir racun dalam tubuhnya secara keseluruhan. Hal ini membuatnya diperintahkan untuk mendatangi Rumah Kupu-Kupu, kediaman sang Pilar Serangga. Kocho Shinobu sang Pilar Serangga dikenal pandai dalam hal pengobatan, sehingga tak jarang para pemburu iblis yang terluka parah akan dibawa untuk diobati di tempat tinggalnya.
"Kak Masumi!" sapa tiga gadis kecil. Masumi melambaikan tangannya.
"Kau sudah datang, Masumi?" Seorang gadis berkuncir dua menghampirinya. Aoi. "Ayo masuk."
------------------------------------
"Ini obat yang kau perlukan. Mungkin kau tidak perlu waktu lebih dari tiga hari untuk menyembuhkan racun di tubuhmu." Shinobu meletakkan gelas berisi obat di samping ranjangnya.
"Arigatou, Kocho-sama."
Shinobu tersenyum. "Untunglah kau punya obat-obatan sendiri, jadi sakitmu tidak begitu parah. Tapi, kusarankan kau perlu setidaknya lima hari untuk tetap di sini. Kau perlu beristirahat, Masumi-chan. Kau tidak jarang melupakan kondisi tubuhmu sendiri."
Masumi hanya diam mendengar Shinobu berkata begitu. Ia tidak bisa membantahnya. Ia mengakui sendiri dalam hati, bahwa waktu istirahatnya semakin berkurang setelah menjadi pemburu iblis. Ia tak ingin melewatkan sesuatu yang bisa membuatnya menyesal. Tiba-tiba, suara teriakan memecah keheningan-
"AHHHHH! AKU TIDAK MAU!! TIDAK MAU!!!"
"Kau ini berisik sekali, sih! Yang dirawat di sini bukan kamu saja, tahu!"
Suara siapa itu Pemburu iblis? Manja sekali.
"Kocho-sama, kau tahu Aoi sedang bertengkar dengan siapa?"
"Ah..., sepertinya dengan anak berambut pirang itu. Dia menjadi pemburu iblis setahun setelahmu. Seangkatan dengan Kanao."
"Hmm...." Masumi mengangguk. Ah, untuk apa kutanyakan? Enggak kenal juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poisonus | Kimetsu no Yaiba Fanfic
FantasiSiapa yang tahu seorang pria berwajah keras ternyata berhati lembut? Dan siapa yang tahu isi hati seorang gadis misterius yang selalu bersembunyi di bawah tudung? Masing-masing punya kisah dan karakter sendiri. Keduanya tak bisa diprediksi. Tapi, k...