Di sinilah mereka sekarang, berdiskusi di kantin sembari menunggu kelas tambahan di mulai. Ah ngomong ngomong jam pulang sekolah telah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Itu artinya mereka masih mempunyai waktu selama lima puluh lima menit sebelum kelas tambahan bermula.
Dengan sebotol minuman di hadapan mereka, Seungmin juga Felix mulai berpikir tentang langkah selanjutnya yang harus mereka ambil.
"Kurasa sebaiknya kau membantu saja Min, toh hal itu tak terlalu sulit." Felix mulai memberi usul, tentu saja setelah menyedot minuman rasa jeruk di hadapannya.
Seungmin memainkan botol minuman teh di tangannya, ia masih menimang nimang mengenai keputusan untuk membawakan surat ke hadapan ibunya Chan. Bukannya bagaimana, selain tak tau dimana wanita itu tinggal sekarang, Seungmin juga tak ingin di cap aneh.
Tak masalah jika ibu Chan langsung mempercayainya, lalu bagaimana jika nanti beliau justru menolak mentah mentah kehadiran Seungmin? Setelah itu apa yang harus ia lakukan?
Hah Seungmin merasa kepalanya pening secara tiba tiba.
"Aku tau, hanya saja ada banyak kemungkinan yang bersarang di kepalaku."
Alis Felix terangkat selama sepersekian detik, lalu setelahnya pemuda manis itu menghela nafasnya, ia sempat lupa jika Seungmin adalah orang yang pesimis. Tipe pemikir yang akan menganalisis segala kemungkinan yang mungkin saja bisa terjadi, membuat Seungmin kadang terjebak diantara pilihannya sendiri.
Sungguh berbeda dengan Felix, ia lebih suka mengambil tindakan secara spontan, mengikuti naluri yang ia punya.
Pukk...
Seungmin sedikit tersentak saat merasa tepukan pada punggungnya, itu Felix, tangan mungil pemuda itu menyentuh pelan punggung Seungmin yang masih terbalut seragam SMA, seolah memberi dorongan juga kekuatan untuk yang lebih muda.
Felix menolehkan kepalanya ke arah Seungmin, melemparkan sebuah senyum yang jarang ia perlihatkan. Jujur, meski Seungmin sering dikatakan manis namun dirinya bahkan mengakui jika teman semasa kelas X nya ini jauh lebih manis.
Senyum Felix bahkan bisa menular tanpa alasan yang jelas.
Dengan lengkungan hangat tersebut, Felix berusaha meyakinkan Seungmin akan keputusannya.
"Dengar aku Min, Chan pasti memiliki alasan kuat untuk memilihmu, dan tolong jangan kau sia siakan kepercayaan yang telah Chan berikan kepadamu. Lakukan saja, urusan berhasil atau tidak adalah hal yang belakangan. Jika kau gagal sekali pun maka kau tak akan menyesal karena kau sudah mengerahkan usaha terbaikmu."
Meski Felix terlihat cuek dan tak peduli dengan lingkungan sekitar, namun ia adalah sosok yang paling mengerti teman temannya lebih dari siapapun.
Hanya dengan sepatah kalimat itu saja sudah mampu membulatkan tekad Seungmin. Seungmin lalu mengulas senyumnya untuk Felix.
"Terimakasih."
Felix menganggukkan kepalanya, merasa cukup senang karena Seungmin bisa mengambil keputusan dengan cukup cepat.
Ia harus membantu Chan, sekali pun Chan adalah arwah dengan asal usul tak jelasnya.
Chan sudah percaya pada Seungmin dan Seungmin akan melakukan yang terbaik.
Hanya saja...
"Oh iya, bagaimana caraku tau dimana rumah ibu Chan sekarang?"
Senyum hangat yang tadi tercetak di wajah Felix seketika tergantikan dengan pandangan datar.
"Kau kan bisa tanyakan langsung pada Chan."
Seungmin melemparkan cengirannya. "Ah iya kau benar."
Sungguh, kenapa di sini hanya Felix yang waras?
To Be Continue
Tertanda, 09/05/2020
Bee, gemes sama kucing huhu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Why? [Chanmin] ✔
Fanfiction⋮ Mini Series ⋮ Mengapa hanya Seungmin yang bisa melihat sosok Chan? __________ 25 April 2020 •Copyright©Schorpy