0 5 : R E N T A N G

21 4 0
                                    


~Nanti, biar aku saja yang simpan kelam nya. Kamu cukup kenang manisnya. Tak apa, aku memang sudah dilatih untuk terbiasa seperti ini~

Selama 20 tahun hidup, Naya selalu mensyukuri memiliki orangtua sebaik ayah nya. Tidak, bukannya Naya tidak mensyukuri lahir dari rahim ibunya, atau memiliki seorang ibu yang lebih mementingkan harta dan kebahagiaan duniawi dibanding keluarganya. Naya bahagia. Tentu saja. Tapi terkadang, bayang bayang dimana ibunya pulang dengan bau alkohol yang menyengat, ditambah umpatan kasar yang serta merta dilontarkan ibunya dihadapan Naya, menimbulkan setitik luka di hati kecil Naya.

Ayah Naya dan Mami sebenarnya sudah lama menjalin hubungan. Anggara dan Junia menjalin hubungan sejak keduanya duduk di bangku kuliah. Sempat menjalani hubungan jarak jauh ketika Anggara—Ayah Naya melakukan Trainee selama 3 bulan di Australia.

Semuanya masih baik baik saja. Hubungan yang terjalin selama hampir 5 tahun itu jarang diterpa masalah serius. Sebab antara keduanya saling menjaga komunikasi dan rasa percaya.

Namun, 6 bulan setelah kepulangan Anggara dari Australia, Junia harus merasakan badai yang teramat kuat. Ketika itu, Nova—ibu Naya datang ke rumah Junia, tepat setelah acara pertunangan antara Anggara dan Junia selesai dilaksanakan. Bahkan keluarga antara kedua belah pihak masih berkumpul di rumah Junia.

Junia yang baru saja merasakan buncahan rasa bahagia sebab lamaran resmi dari keluarga Anggara, harus rela ditampar kenyataan ketika Nova berkata jika ia sedang mengandung anak dari Anggara. Iya. Anak itu adalah Naya. Itulah yang membawa Naya pada naungan rasa bersalah yang besar. Kehadiran Naya lah yang membuat Ayah dan mami nya gagal menikah dulu.

Anggara bukan bermaksud untuk mengkhianati Junia kala itu. Tapi malam dimana Anggara menghadiri pesta ulangtahun temannya sesama peserta trainee dan keesokan harinya terbangun diatas ranjang yang sama dengan Nova, tidak bisa membuat Anggara bisa mengacuhkan pertanggungjawaban yang diminta Nova. Alkohol memang merusak segalanya.

Sampai satu tahun kemudian, Junia menikah dengan duda satu anak. Papi Aldian, yang kala itu dengan setia menemani Junia dalam masa masa berat untuk mengikhlaskan.

Sedangkan kondisi rumah tangga Nova dan Anggara mulai membaik dengan kehadiran Bayi yang diberi nama Zenaya Shafrina Zuchri. Naya kecil mampu membawa atmosfer kehangatan diantara kedua orangtuanya yang memang belum memiliki benih benih cinta.

Tapi hal itu berubah ketika ekonomi Anggara sedang sulit sulitnya. Anggara yang memutuskan resign dan mencoba membangun usaha sendiri dengan mendirikan usaha tekstil, dengan modal tabungan dan warisan dari orangtuanya, membuat Nova berubah seratus delapan puluh derajat.

Nova mulai sering pergi dan pulang larut malam. Tidak ada lagi suguhan sarapan dan kotak bekal untuk Naya yang biasa ibunya siapkan. Semuanya mulai berubah ketika Naya menginjak kelas 3 SD. Memori ingatan Naya tidak pernah sedikitpun melupakan segala hal yang ibunya lakukan kala itu.

Bahkan Naya selalu enggan mengingat detail apa penyebab ayah nya koma 8 tahun lalu, bersamaan dengan ibunya yang meninggal karna overdosis.

Naya benci mengingat itu semua. Naya benci ketika ia merasa bahwa dirinya lah yang menjadi penyebab kekacauan yang terjadi.

"Naya, kenapa nak?ayo masuk, udah malem ini loh"Naya tersentak ketika mendapati ayahnya berdiri di hadapan naya menatap dengan raut penasaran.

"Eh, ayah kapan pulang?"Ujar Naya sebelum mengecup punggung tangan Anggara dengan hormat.

"Udah dari tadi. Udah mandi juga nih barusan. Yang lain udah pada tidur, liat kamu kok malah bengong disini. Ayo masuk"Ayah Naya merangkul bahu puterinya dengan hangat yang dibalas dengan lingkaran tangan Naya di pinggang ayahnya. Naya rindu bermanja manja dengan sang ayah.

DEPENDS On YOUWhere stories live. Discover now