7#,,,,,,,

53 2 0
                                    

"Jadi begitu ,,,, Apakah syaqila sudah bisa memahami?" tanya abi pada Qila.
Qila mengangguk pelan.
Setelah mendengar panjang lebar Qila bahkan hampir tidak bisa menghirup nafas dengan segar lagi.
"Kita hanya tinggal menunggu istriku dan Salman.Oh ya ,kemana anak itu tadi? Kenapa di panggil tidak lekas kesini?" pak Ali celingak celinguk mencari keberadaan Salman.
"Sudah sudah. Masalah nak Salman sudah aku sendiri yang sampaikan.Tapi katanya dia tadi bilang ada hal yang perlu di sampaikan"
"Apa,anakku bilang apa padamu?"
"Tidak tau! Katanya nanti saja ,begitu"
------
"Abah,,,,, Abi. Qila permisi ke belakang dulu" pamit Qila hati hati.
"Ya ya,,,, jangan lupa cari Salman lagi. Mungkin dia lupa jalan terus kesasar" kelekar pak Ali.
"Nggeh bi"
Qila pun berjalan keluar ruangan.
Butiran bening satu per satu jatuh mengenai pipinya.
Allah,,,,, jika ini takdir .Qila tidak akan menyalahkannya.Qila hanya terkejut. Qila masih berumur 17 tahun.Allah,,,, benarkah Salman adalah takdir yang telah kau tuliskan untuk jadi calon imamku?tapi kenapa Salman? Orang yang justu aku anggap sydah seperti saudara sendiri.
Bagaimanapun Qila mengelak dalam hati,ia tetap menyalahkan takdir.
"Ya Allah anakku,,,,,, Ada apa? Kenapa menangis di sini?"
Bu Zahra tak sengaja melihat Qila saat baru saja datang.
"Umi"
Qila beranjak dari tempat duduknya dan langsung memeluk bu Zahra.
Umi,,,,, apakah kau benar akan terus menjadi ibuku?tidak hanya ibu yang pernah mengasuhku dari kecil,tapi kau juga akan menjadi ibu mertuaku. Benarkah?----benarkah?
Qila tidak bisa mengatakan semua itu.Ia hanya bisa terisak di pelukan bu Zahra.
"Ada apa?" tanya bu Zahra lembut sambil membelai kepala Qila.
"Umi,,,,,--"
"--Qila--"
"--Qila dan kak Salman,,,,,,,,"
Qila tambah terisak.
"Sebentar"
Perlahan bu Zahra melepas pelukannya."Umi mau tanya! Tapi Qila harus jawab jujur!"
Qila mengangguk pelan.
"Syaqila suka Salman?"
------
---------
---------
Jeda tiga detik.
Qila menggeleng pelan tidak berani menatap mata bu Zahra.
" Maaf umi"kata Qila hati hati.
Bu Zahra menghela nafas.
"Syukur alhamdulillah. Ikut umi! Umi akan bereskan semuanya"
Merekapun berjalan menuju ke arah ruangan pak Ahmad. Tapi sebelum membuka pintu bu Zahra berhenti dan menghubungi seseorang melalui telfonnya.
"Nak cepat kemari! Umi sudah sampai"
Anak bu Zahra hanya Salman. Kalau pun ada lagi yang ia anggap anak hanya Qila.
[Umi di mana?]
"Di depan ruangan abahmu"
[Baik. Salman segera menuju ke sana]
----
---
-
Salman datang setelah itu bu Zahra baru membuka pintu.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'laikum salam"
Kini semua sudah ada di ruangan. Termasuk khaila yang baru sadar.
"Mumpung sudah kumpul semua,,,,,"
Pak Ali mengawali percakapan.
"Abi,," bu Zahra menyela.
"Sebelumnya saya minta maaf.Biarkan saya bicara dulu!" lanjut bu Zahra.
Semua mata menatap bu Zahra.
"Silahkan bu Zahra" balas pak Ahmad membolehkan.
---
---
---
"Saya sangat meminta maaf karena ini.Apalagi pada pak Ahmad"
Semua diam. Hanya suara bu Zahra yang terdengar.Bu Zahra terisak.
" Anak anak kita tidak boleh di nikahkan. Jika itu yang akan di nikahkan adalah Salman dan Syaqila "
"Umi!!!" pak Ali buka suara.
Bu Zahra menghapus air matanya.
"Biar Umi selesaikan bi"
"Sebentar bu Zahra" pak Ahmad ikut menyela.
"Saya tau kekhawatiran bu Zahra atas anak anak yang masih kecil ataupun  dari mereka belum menyukai satu sama lain--"
"Bukan,,,, bukan begitu!" bu Zahra menyela.
"Saya juga akan menuntaskan perkataan saya bu Zahra!"
Bu Zahra kini diam.
"Tidak! Saya juga tidak buru buru akan menikahkan mereka--"
"Kita hanya sepakat menikahkan mereka saat Syaqila sudah lulus SMA nya dan kalaupun mereka saat ini belum menyukai satu sama lain itu tidak masalah.Kita masih punya banyak waktu! Ingat bu Zahra, Allah maha membolak balikkan hati!"
----
-----
-----
Bu Zahra tak bisa menahan air matanya lagi.
"Sekarang saya mempersilahkan bu Zahra untuk bicara!"
"Saya percaya pak Ahmad bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.Tapi memang mereka tidak di takdirkan untuk berjodoh" bu Zahra kini bicara lagi.
"Kenapa?" tanya pak Ali.
Sedangkan pak Ahmad hanya diam. Beliau  menunggu bu Zahra selesai.
"Salman dan Syaqila,,,,," bu Zahra semakin terisak.
Semua diam kecuali bu Zahra dan ini semakin tegang.
"Apapun yang terjadi,entah sekarang ataupun besok mereka--"
"--HARAM MENIKAH"
"Umi!!? Apa yang umi bicarakan itu!" pak Ali tidak bisa menahan untuk tidak berbicara.
"Saya bicara yang haq pak Ahmad!"
---
---
---
Pak Ahmad mengangguk paham.
"Jadi dulu,,,"
"Maafkan saya pak Ahmad. Sebelum pak Ahmad melarang saya,saya sudah lebih dulu melakukannya" bu Zahra kembali menyela.
"Demi Allah saya tidak paham. Apa yang kalian bicarakan?" kata pak Ali geram.
Belum sempat bu Zahra memberi jawaban ,ternyata pak Ahmad sudah tidak sadarkan diri.
"Abah!!!"
  Qila dan Khaila bergerak cemas.
"Dokter,,,dokter. Tolong Abah saya!!" Qila berlari keluar ruangan.
Seorang dokter berjalan menuju ke arah Qila dan langsung masuk ruangan.
"Dokter lakukan yang terbaik untuk abah saya"Khaila tak kalah cemasnya.
" Mohon tenang! Dan selain pasien silahkan menunggu di luar!"

***********&************

Q.tintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang