Please jangan lupa like!
🌃🌃🌃
Dua orang perempuan baru saja turun dari kendaraan, mereka berdiri di depan sebuah bar, menatap satu sama lain dengan sirat menanyakan keyakinan yang lainnya tentang apakah harus masuk atau menunggu di luar atau bahkan kembali ke rumah.
Namun rupanya, orang-orang bertubuh besar yang berdiri di depan pintu juga para lelaki yang berjalan sempoyongan keluar klub dengan seorang wanita yang juga mabuk yang menuntun mereka berjalan—tak mengurungkan niat Jieun sedikit pun untuk pergi dari sana, pikirnya, sudah kepalang tanggung. Ia juga sudah main kucing-kucingan dengan tetangga kostnya agar tidak ketahuan, jadi jika sudah begini, satu-satunya yang harus dilakukan adalah meneruskan rencana.
Kepala mengangguk menatap perempuan di sebelahnya, kemudian kaki-kaki mulai melangkah ke arah pintu masuk, disusul yang lain membuntut tepat di belakang.
"Jackson bisa membunuhku," keluh yang satunya begitu memasuki tempat yang memiliki musik keras dan berbau alkohol di seluruh ruangan. Ia terlihat risih berada di sana, bukan karena tidak terbiasa, hanya saja ia tidak suka jika tidak ada sang kekasih bersamanya.
Pandangan Jieun mengedar, memperhatikan satu-persatu pengunjung demi menemukan sesosok pria yang menghubunginya beberapa waktu lalu.
Ramainya klub, juga orang-orang yang lalu lalang menyulitkan Jieun untuk menemukan Yoongi di antara banyaknya pengunjung tempat itu malam ini, jadi setelah yang lain menggerakkan kepala seolah mengatakan 'kalau mau masuk aku ikut' yang tersirat—membuat Jieun bergerak untuk lebih masuk ke dalam klub.
Musik gaduh dan juga ocehan tak jelas yang diselingi tawa membuat Jieun tak fokus, belum lagi beberapa pengunjung mabuk yang tak sengaja menabraknya kemudian menggoda, membuat Jieun jadi kesal, dia tidak datang untuk ini. Jadi dia abaikan dan memilih untuk terus mencari keberadaan Yoongi.
Sekitar lima menit, matanya baru bisa menemukan sesosok pria dengan pakaian hitam bak seorang mafia yang tengah duduk di depan meja bartender. Di tangannya ada gelas kosong yang terangkat, mungkin minta agar pelayan mengisikan lagi untuknya.
Jieun menyeret Taeyeon, kekasih Jackson yang berhasil diculiknya setelah diyakinkan untuk menemani datang ke klub menjemput Yoongi. Perlu perdebatan alot untuk membujuk perempuan itu, terlebih Taeyeon yang memang mengetahui masalahnya dengan Yoongi sebelum ini, tapi karena Jieun mengancam akan pergi sendiri jika Taeyeon tidak mau menemani, jadilah perempuan itu luluh dan berakhir menyetirkan mobilnya untuk Jieun kemari.
"Yoongi." Telunjuknya menusuk lengan pria yang kini membenamkan kepala di lipatan tangan yang berada di atas meja, bau alkohol masuk ke hidung Jieun. Jieun mengernyit.
Pria itu mengangkat sedikit kepala untuk membuat wajahnya terlihat dan seketika mata Jieun melebar, melihat bagaimana wajah pucat Yoongi berubah memerah. Mungkin karena pengaruh alkohol tetapi Jieun juga mengira bahwa Yoongi habis menangis.
"J-Jieun?" Yoongi mengucap dengan nada mengambang seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat dengan matanya saat ini. Pria itu juga berkali-kali menyipitkan mata untuk mendapatkan fokus.
Jieun merasa hatinya tercubit melihat keadaan Yoongi sekarang, kemudian ia melihat bagaimana pria itu berusaha berdiri meski hampir saja terjatuh jika Jieun tak memegangnya. Mata Jieun terpaku pada netra gelap Yoongi, kemudian ia rasakan tangan pria itu bergerak menangkup pipinya.
"Jieun ini kau?"
Yang lebih muda ikut memegang tangan Yoongi, kemudian mengangguk. Ia miris melihat keadaan Yoongi yang sekarang. Jieun pikir pria itu melalui banyak hal berat, kalau tidak, mana mungkin ia berada di tempat seperti ini, minum banyak gelas kalau bukan untuk mengalihkan pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm sorry, but (Yooniu) [END]
FanfictionYoongi sudah memiliki kekasih, tetapi Jieun datang dan menghancurkan hubungannya. Ia ragu apakah harus melanjutkan hubungan dengan kekasihnya atau kini hatinya benar-benar harus berpindah pada Jieun.