Sixteen

1.4K 177 22
                                    

Jangan lupa like!

Peringatan,
21+
Mengandung ungkapan secara telanjang yang mungkin membuat tak nyaman. Mohon diskip, tolong kesadaran dirinya.

🌃🌃🌃


Wendy terkejut ketika mendengar ketukan membabi buta di pintunya. Sempat berpikir bahwa itu adalah penjahat sehingga dia bergeming memilih membiarkan, tetapi bunyi itu tak mau berhenti. Dia turun untuk memeriksa CCTV yang berada di pintunya, jika benar itu adalah orang iseng atau penjahat—Wendy akan segera melaporkan ke polisi.

Segera setelah mengetahui siapa tamu yang datang, Wendy urung melapor pada pihak berwajib kala melihat orang yang berdiri di luar pintu adalah Yoongi, kekasihnya. Ia lirik jam di dinding. Pukul satu dini hari. Terlalu larut untuk Yoongi datang ke rumahnya, meski ia tahu bahwa Yoongi bisa datang kapan pun pemuda itu mau—tapi yang seperti ini jarang terjadi.

Perempuan cantik itu lantas membukakan pintu agar Yoongi bisa masuk. Mulutnya terbuka, tetapi sebelum ia sempat mengatakan sesuatu untuk menyambut Yoongi—pemuda itu justru menghamburkan pelukan padanya.

Wendy terkejut sekaligus bingung, ia dengar detak jantung Yoongi sangat cepat. Keadaan pria itu juga sangat kacau saat datang. Ditambah sekarang pacarnya datang malam hari dan langsung memeluknya tanpa mengatakan apa pun, membuat Wendy bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?

Perlahan, tangan perempuan itu bergerak membalas pelukan Yoongi. Di dalam kepalanya terlintas banyak sekali pertanyaan yang ingin menuntut penjelasan dari pemuda itu, tapi Wendy memilih menahan sebab rasanya tidak tepat, juga sepertinya Yoongi sedang tidak baik-baik saja.

"Aku di sini, tenanglah, kau baik-baik saja." Pada akhirnya dia mengatakan sesuatu untuk menenangkan Yoongi. Tangan Wendy dengan telaten mengelusi punggung sang kekasih, seakan mengatakan bahwa pemuda itu sudah aman bersamanya.

Mendengar ucapan itu, Yoongi makin mengencangkan pelukan. Tak sampai di sana, Yoongi bahkan menciumi bahu kekasihnya berkali-kali. Dalam hati merapalkan permintaan maaf tak terucap, ia menyesal, sangat menyesal berpikir untuk menduakan perempuan itu.

Yoongi mengunci mulut, tak mengatakan apa pun sejak datang ke rumah sang pacar dan tetap memeluk erat Wendy seolah perempuan itu akan hilang jika pelukannya longgar.

Wendy tak tahan dengan hening itu, ia memutuskan untuk melepas pelukan Yoongi dan menatap wajah pemuda itu. Ia bawa mendongak wajah Yoongi setelah melihat ada lebam di wajah kekasihnya.

"Ini kenapa?" Wendy bertanya khawatir. Yoongi kemudian menggeleng.

"Apa yang terjadi?" Ia bertanya sembari memeriksa luka-luka Yoongi, tidak hanya lebam di tulang pipi, sudut bibir Yoongi juga berdarah.

Pemuda itu tak mengatakan apa pun, justru menatap Wendy dengan ekspresi yang entah bagaimana mendeskripsikannya.

"Kau baik-baik saja?" Yoongi mengangguk dan itu membuat Wendy tersenyum tipis. Yoongi tidak bisa dipaksa untuk bercerita, Wendy tahu sekali tabiat pria itu. Ia beralih merapihkan rambut Yoongi yang berantakan.

"Kenapa kemari?" Ia mengalihkan objek pertanyaannya.

"Aku merindukanmu."

Perempuan itu menghentikan gerakannya, memandang Yoongi lalu tersenyum manis. Selanjutnya Yoongi mencium bibir Wendy, meraupnya dengan rakus seperti tidak pernah makan sama sekali. Wendy terkejut, namun sedetik kemudian dia menikmati permainan mulut Yoongi. Pemuda itu melesakkan lidahnya ke mulut Wendy. Tangannya juga bergerak liar, bahkan kini sudah berada di balik baju Wendy. Perempuan itu melenguh singkat ketika Yoongi menyentuh area sensitifnya.

I'm sorry, but (Yooniu) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang