Thirteen

1.6K 209 34
                                    

Please likenya yaa!

Setelah Jieun pergi, Yoongi merasa perasaannya menjadi buruk. Ada sebersit rasa tak menyenangkan mengganggunya. Padahal ia yakin sekali sudah mengambil keputusan yang tepat, menolak tawaran Jieun, sekali pun ia tahu bahwa dirinya bisa menjalani hubungan itu, tapi tidak ada dalam benak Yoongi keinginan mengkhianati hubungannya yang sekaligus juga mengorbankan perasaan Jieun.

Menurutnya, tidak hubungan yang akan baik jika dilandasi kebohongan, tapi bahkan ia sendiri sudah memulainya dan sekarang langkah Yoongi terlalu jauh.

Ia mengeram marah. Kesal pada diri sendiri. Dan bayangan bagaimana Jieun menangis serta sorot mata terluka karenanya—membuat Yoongi merasa kepalanya akan pecah.

"What the fuck is wrong with me?" Pemuda itu mempertanyakan asal perasaan menjengkelkan di dada. Ia tidak nyaman.

Dengan itu, Yoongi raih coat yang tergantung di hanger dan segera memakainya sambil berjalan keluar. Yoongi abaikan makanan buatan Jieun, ia tidak berselera untuk itu.

"Shit." Yoongi mengumpat ketika seseorang menabraknya sampai ponselnya terlempar beruntung benda itu tidak jatuh telungkup dengan layar di bawah, atau seseorang akan meregang nyawa hari ini.

Dengan kesal dia mengambil ponsel itu. Lalu melirik pada seorang anak remaja yang kini meminta maaf berkali-kali sambil menunduk. Rupanya pemuda itu tak sengaja menabrak Yoongi lantaran teman-temannya membercandai sampai mendorong dan tanpa diduga Yoongi muncul di sana.

"Maafkan aku, Tuan."

"Maafkan kami."

Mereka berucap bersamaan. Terlihat sekali ketiganya menyesali perbuatan mereka, apalagi karena ponsel Yoongi sampai terjatuh. Mereka begitu khawatir jika Yoongi meminta ganti rugi dibelikan ponsel yang baru, sebab ya ampun, ponsel yang pemuda itu gunakan berharga dua juta lima ratus delapan ribu won. Mereka pasti tidak sanggup untuk membelinya sebab mereka masih pelajar.

Yoongi mendengus, ia mendecih dan setelah menghela nafas dia putuskan untuk berjalan tanpa menanggapi ucapan ketiga bocah itu. Ia tidak ingin berlama-lama menatap wajah menjengkelkan atau Yoongi akan mengamuk.

Setelah hanya punggung Yoongi yang terlihat karena pemuda itu berjalan menjauh—salah satu anak melapor pada temannya. "Seram sekali ahjussi itu."

Yang lain menyenggol anak yang berbicara—dengan pundaknya, seolah memeringati atas ucapan mana tahu pria yang baru saja pergi bisa mendengar, dan mereka bisa dalam bahaya.

"Sssth, diamlah, mungkin saja kan dia sedang ada masalah, lagipula kenapa kau mendorongku! Dasar berandal." Anak yang tidak sengaja menabrak Yoongi pun protes pada temannya, dia jitak kepala pelaku yang mendorong sampai mengenai Yoongi.

Sembari menutupi kepala dari amukan—si pelaku yang membuat Yoongi kesal menggumamkan maaf berkali-kali. Ia berniat melindungi dirinya, tidak ingin kepalanya penuh dengan bekas luka.

"Mianhae, Yaa! Mana kutahu dia akan lewat!"

"Sudah-sudah, kalian ini." Keduanya kemudian berhasil dilerai oleh teman yang lain yang dari tadi hanya diam, membiarkan dua temannya yang childish itu menyelesaikan masalah, sebenarnya, sekali pun terjadi baku hantam, ia tidak peduli. Hanya saja saat ini perutnya begitu lapar, ia ingin segera sampai di flat jadi ia memutuskan untuk mengajak dua orang itu berjalan saja dan tidak boleh ada yang bercanda apalagi sampai mendorong.

Rupanya suasana hati Yoongi tak kunjung membaik, hal ini didukung oleh semesta yang tiba-tiba membuat semua hal terasa menjengkelkan. Mulai dari ditabrak oleh anak yang bercanda di koridor apartemen, lift yang penuh saat dia datang, ban mobilnya yang kempis hingga salah memilih jalan yang mana membuat dia terjebak macet.

I'm sorry, but (Yooniu) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang