Five

4.6K 374 22
                                    

Bibirnya tampak membiru, tubuhnya bergetar dengan kedua lengannya yang memeluk sebidang papan di depan dadanya. Ia bisa merasakan darah kian deras mengucur dari lubang duburnya, untungnya ia melapisi celana dalamnya dengan sejenis popok. Jadi darah itu tak sampai merembes keluar.

Tanpa ia sadari dari lubang hidungnya mengeluarkan cairan merah kental berbau anyir, dan taeyong tak mempedulikan itu, ia hanya mengusapnya kasar dengan lengan mantelnya tanpa melihat jika itu adalah darahnya.

Beberapa kali ia mengerjapkan sepasang manik hitamnya yang entah kenapa terasa mengabur secara perlahan. Dan detik berikutnya, ia tak bisa melihat apapun, gelap yang menyelimutinya dan lemas yang mendera tubuhnya hingga ia terjatuh dalam posisi menghadap ke arah langit.

.

.

.

Sebuah sedan Limo melaju dalam kecepatan sedang di jalanan sepi yang mulai terselimuti salju. Tampak seorang wanita di dalam sana menatap cemas sembari mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kota, mencari sang putra tunggalnya yang tak kunjung pulang walau waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Di sampingnya seorang lelaki paruh baya yang sudah tak kalah cemas dengan wanita di sebelahnya, sebelah tangannya membawa sebuah alat pelacak untuk melacak sinyal keberadaan putra mereka.

Namun belum sampai mereka di tempat tujuan menurut alat pelacak sinyal itu, mereka dikejutkan dengan hal yang membuat mereka semakin panik. Di seberang sana tampak seorang laki laki yang tak sadarkan diri dengan tubuhnya yang hampir tertimbun salju.

"TAEYONG!" teriaknya berharap jika pemuda itu menyahuti teriakannya.

Dengan menggunakan kedua tangannya secara langsung, sang pria memindahkan tumpukkan salju yang memendang kedua kaki putranya sedangkan sang wanita berusaha menghangatkan kedua telapak tangan taeyong menggunakan nafasnya.

Begitu ia berhasil mengeluarkan kedua kaki putranya dari timbunan salju, ia segera mengangkat tubuh kaku putranya dan memasukkannya ke dalam mobil. Sedangkan sang wanita tampak begitu cemas disertai dengan derai air mata yang membanjiri kedua belah pipi putihnya, tak lupa ia memanjatkan lantunan doa demi keselamatan nyawa putranya.

Malam ini mungkin saja menjadi malam terakhir bagi seorang Lee taeyong, hanya sebuah mukjizat dari Sang Kuasa yang mampu menarik segala penyakit yang ia derita.

.

.

.

Dalam pandangan kosong, seorang wanita berambut putih pirang tampak merenung di atas kursi di depan ruangan dimana putranya tengah ditangani. Berkali-kali air mata terjatuh dari pelupuk matanya, berkali-kali pula ia menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada putranya.

Di sampingnya terduduk seorang pria dengan pakaian formal yang hanya mampu menenangkan istrinya. Rambut merah muda tuanya yang acak-acakan sama sekali berkebalikan dengan apa yang ia kenakan, dengan wajahnya yang menunjukkan seribu rasa penyesalan serta kecemasan.

KRIET

Pintu ruangan terbuka, mengejutkan sepasang suami istri yang tengah memanjatkan doa di sana. Sontak, sang wanita bertanya dengan nada bergetar pada seorang pria berjas yang baru saja keluar dari pintu. "Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja bukan?"

Sang pria berjas itu kemudian menggeleng, menolak atas lontaran kalimat dari wanita di depannya. "Maaf kami sudah menyerah menanginya, kondisinya benar-benar sangat parah, jauh dari kata baik."

Wanita itu terdiam sejenak untuk meredakan keterkejutannya, kemudian sepasang manik emerald miliknya menatap pria berjas itu dengan tatapan memohon. "Saya mohon, selamatkan putra saya-berapapun biayanya akan saya bayar. Jika perlu saya akan menaruh dana besar untuk-"

Hurt. - JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang