01 | Rintik

153 53 42
                                    

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Tetesan-tetesan air berjatuhan dari langit membasahi setiap hal yang dilihatnya.

Meninggalkan bagian darinya untuk semua yang telah tersentuh olehnya.

¤¤¤

Hujan deras memenuhi setiap sudut dikota kecil ini. Semua orang berlari-lari mencari tempat untuk berteduh, tapi berbeda jauh di kegelapan diujung sana.

Terlihat seorang gadis dengan seragam yang sudah tidak beraturan lagi sedang berjalan lesu tak tau arah.Langkahnya tak beraturan dan tampak tertatih, bajunya telah dipenuhi bercak darah yang mulai memudar karena air hujan.

"Haah.. hahh.. aku harus kemanaa??" racaunya frustasi.

Suasana begitu mencekam, tak ada seorangpun yang bisa ia mintai tolong. Bahkan jika ia teriakpun takkan ada yang bisa mendengarnya dibalik suara hujan ini.

"Sial siapapun kumohon tolong akuu!", bibirnya gemetar hebat, sesekali ia menoleh kebelakang untuk memastikan keberadaan pria yang telah membuatnya seperti ini.

Ia mencari celah untuk bersembunyi disekitar jembatan yang ia lalui. Jantungnya tak berhenti berdegup kencang sejak tadi. Kepalanya benar-benar pusing, dan badannya seperti telah mati rasa karena kedinginan. Ingin rasanya ia mengutuk kesialan yang menimpanya hari ini.

Grabb!!

"Aaakhhh sakittt!! akuu mohon lepaskan akuu. Aku mohon". Seorang pria yang sedari tadi mengejarnya menarik kasar rambut gadis itu.

Tatapannya dingin seolah tak peduli terhadap rintihan gadis didepannya ini.

"Kau terlalu bermain-main, menghabiskan waktuku saja! Wanita sialan".

Brugghhh!

Pria itu mendorong keras kepala gadis itu ke sisi jembatan membuat darah mengucur dengan jelas dikening gadis itu.Tanpa babibu lagi pria itu mengayunkan pisau yang sedari tadi ditangannya pada perut gadis itu.

Satu tusukan. Dua tusukan. Tiga tusukan.

Darah mengalir dengan deras dari perut gadis yang kini sudah terbujur tak bernyawa. Pria itu menahan pisaunya sejenak di dalam perut gadis itu, memutar pisau itu perlahan kemudian ia mengamati darah yang mengalir dengan indahnya.

Mengalir bersama rintik hujan yang juga menyamarkan noda darah ditangan pria berjubah itu.

Another side

Olivia baru saja pulang dari tempat lesnya, namun sepertinya rasa dahaga menuntunnya untuk terlebih dahulu ke supermarket yang tak jauh dari rumahnya. Dengan payung ditangan kanannya, matanya sesekali melihat ke arah layar handphonenya, mengangguk-anggukan kepalanya sambil bersenandung mengikuti irama lagu yang ia dengarkan.

Tiba-tiba ia tertegun..
Diseberang jalan tempat ia berdiri, ia melihat seseorang yang tengah berlarian ditengah hujan, dan.. ada seseorang yang mengikuti perempuan itu.

"Sepertinya ada yang tidak beres?", tanpa berpikir panjang olivia langsung mengikuti mereka.

Suasana ditengah hujan yang cukup deras ini membuat banyak orang tidak terlalu memperhatikan apa yang terjadi dijalanan.

Dan disinilah dia sekarang..

Kaki olivia gemetar hebat, dia sangat terkejut melihat apa yang ia saksikan. "Gadis itu mati.. gadis itu mati" racaunya tak berhenti seolah saraf-sarafnya memerintahkan dia untuk berlari segera mungkin. Namun kakinya benar-benar tak bisa ia gerakkan.

Pembunuh yang sedang asik menyayat-nyayat tipis tangan korbannya itu sejenak terdiam. Sudut matanya menangkap adanya orang lain disekitarnya. Ia menoleh dan menatap gadis berseragam yang perlahan mundur menjauhinya.
Pria itu tersenyum kecut memandangnya.


"Wahh, sepertinya aku akan bersenang-senang lagi".

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

RINTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang