Part 2 : Hari Pertama

19 1 0
                                    

-2-
-Hari Pertama-

Suasana upacara hari Senin tampak lain dari biasanya. Hari ini Senin pertama awal tahun pelajaran. Murid-murid  kelas 1 berbaris rapi di sebelah selatan, kelas 2 di timur, kelas 3 di utara. Semua berbaris membentuk huruf U menghadap ke barat.
Larak-lirik mata tampak kentara, kakak kelas dua dan tiga menatap barisan adik barunya itu. Sebagian murid kelas satu risih.
“Ekhem..” Deheman kepala sekolah membuat semua mata tertoleh ke podium. Beliau akan menyampaikan amanat selaku pembina upacara.
“Anak-anak, hari ini awal tahun baru, semangat baru. Kita awali semuanya dengan niatan  baru yang lebih bersih, lebih suci untuk menuntut ilmu. Anak-anak, seperti yang kita ketahui, Alhamdulillah, sekolah ini merupakan SMP terdepan di kecamatan kita. SMP terbaik. Kita harus mempertahankan reputasi itu. Bahkan sudah selazimnya prestasi ini ditingkatkan. Kita berlomba dalam kebaikan!” Suara beliau menggema, menelusup dada murid-murid.
Bassam yang berdiri di barisan depan tampak mengepal tangan, begitu halnya Asad di sampingnya. Namun entah kenapa Asad tampak sedikit rikuh-canggung. Sebentar-sebentar, diam-diam ia melirik seseorang di samping kirinya. Seorang siswi berambut mayang sebahu. Dada Asad berdegup. Puberitasnya dimulai sejak hari pertama sekolah.
“Baik anak-anak. Tahun ini kita kedatangan adik-adik baru. Mari sambut mereka dengan meriah, tepuk tangan untuk mereka. Selamat datang anak-anak, mari bergabung bersama kami!” Kepala sekolah bersungguh-sungguh menerima siswa barunya.
“Untuk kata sambutan penerimaan akan disampaikan salah satu murid kebanggan sekolah, Adrian Manaf, peraih nilai terbaik tahun ajaran lalu. Silakan Nak!” Adrian, murid kelas 3 D maju menuju podium. Ia bintang sekolah ini, selain peraih nilai tertinggi, ia juga merupakan ketua OSIS. Wajah tirusnya manis dengan rambut tersisir rapi.
Adrian lancar berpidato menyambut adik-adik barunya. Ia berpesan agar mereka tekun belajar, juga giat berorganisasi. Anggukan kepala dan sunggingan senyum mengakhiri pidatonya.
“Berikutnya, pembacaan ikrar kelas 1, kali ini akan disampaikan Frista, juara lomba pidato tingkat SD se-Kabupaten Cilacap. Silakan!” Kepala sekolah kembali memanggil seseorang.
Nama yang disebutkan maju menuju podium. Tak salah lagi, Frista adalah siswi berambut sebahu di sebelah Asad. Ia berjalan tenang.
“Hari ini,” ucap Frista, “Kami siswa kelas 1 berikrar untuk belajar dengan tekun, mengawali segalanya dengan optimis demi menyongsong masa depan cerah. Merengkuh prestasi luar biasa. Kita pasti bisa!” Lihatlah. Siswi 12 tahun itu  berpidato dengan garang, penuh semangat. Tepuk tangan membahana. Asad tampak paling antusias, tepuk tangannya lama sekali. Ia tak menyadari tepuk tangan siswa lain sudah selesai, ia baru berhenti ketika tangannya dijawil Bassam, sebagian siswa menatap Asad heran.
Sebelum upacara berakhir kepala sekolah memanggil anak-anak berprestasi. Ada yang menjadi juara Lomba Cerdas Cermat (LCC) tingkat kecamatan, juara 2 lomba siswa teladan tingkat kabupaten, juara turnamen bola voli. Pihak sekolah benar-benar memberikan apresiasi tinggi. Kepala sekolah menatap mereka penuh penghargaan. Setiap dari mereka mendapatkan beasiswa. Murid-murid lain tampak iri -dalam arti positif-. Inilah kelebihan sekolah ini yang tak lepas dari tangan dingin sang kepala sekolah, Drs. Sugiyono. Para murid dimotivasi untuk berprestasi, berlomba dalam kebaikan. Jiwa kompetisi sehat digulirkan.
Pagi itu tiga murid baru  kelas 1 dengan nilai EBTANAS SD terbaik dipanggil ke depan. Mereka diberi plakat penghargaan khusus. Maka berjajarlah Bassam, Asad dan Frista. Asad semakin sering menoleh ke sebelah. Pesona cinta menyihirnya sejak hari pertama.

__
Bersambung ke part 3 ->

Selaksa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang