#2

173 16 0
                                    

🍃 Biarpun aku melipat tangan dan dia mengadahkan tangan, kita masih mengucap doa yang sama. 🍃

Seperti biasanya keseharian Kanaya hanya menjadi seorang mahasiswa tingkat akhir, yang di gerumuni tugas akhir yang semakin membuatnya pusing. Hari ini pun sama, dia kelimpungan membuat bab terakhir untuk skripsinya. Tiga bulan lagi dia akan ujian akhir dan setelahnya dia akan menghadapi Sidang, lalu wisuda.

Helaan nafas kembali terdengar. Kanaya lelah, sudah beberapa hari ini dia kehabisan ide untuk menyusun kata di dalam lembar putih mikrosoft.

"Istirahat dulu yang" Kanaya menoleh ke samping, Andreas. Pria itu datang dengan senyuman bentuk hatinya sambil menyodorkan satu kotak susu kesukaan Kanaya.

"Muka kamu udah kaya mayat hidup gitu, nih minum" Andreas menusukan sedotan lalu menyodorkannya tepat di depan bibir Kanaya. Membuat Kanaya menggerakan bibir meraih sedotan putih itu dan meminum isinya tanpa mengambil alih kotak yang masih di pegang Andreas.

"Aku dong udah beres, tinggal dikasihin ke pembimbing" ujar Andreas sombong, membuat Kanaya mendecih tapi ia tersenyum setelahnya.

Inilah yang membuat Kanaya begitu menyayangi pria di depannya. Andreas selalu bisa membuat hari beratnya menjadi ringan, membuat tangisnya menjadi tawa dan membuat rasa takutnya menghilang dan di gantikan dengan rasa nyaman yang membuatnya enggan mengakhiri hubungan mereka.

"Sombong banget yang pinter" ujarnya kemudian merebut kotak susu dari tangan Andreas.

"Makanya kalo dosen ngejelasih itu di perhatiin jangan dilamunin" Andreas tertawa lalu mengusak kepala berbalut Hijab Kanaya pelan, namun mampu membuat gadis itu mengerang kesal.

"Diem ah, susah tau benerin nya" ujarnya sambil menyingkirkan tangan Andreas.

"Hehe iya-iya nyonya Adalson" Kanya tersenyum dengan seburat merah dipipinya. Entah mengapa pipinya selalu memerah setiapkali mendengar Andreas memanggilnya dengan sebutan Nyonya Adalson.

"Mana coba sini aku bantu kerjain"

Andreas mengambil alih laptop Kanaya dan setelahnya dia sibuk dengan laptop seolah melupakan Kanaya yang masih setia melihat dirinya sambil menyesap Sekotak sedang susu.

"Yang beliin Permen dong, asem banget ni mulut" 

Sekedar Informasi, Andreas memang selalu mengonsumsi permen setelah berhenti meroko dua tahun lalu. Alasannya karena Kanaya punya riwayat asma, dan Andreas tidak mau membuat asma kekasihnya kambuh jika dia masih tetap merokok.

Andreas kapok karena pernah membuat asma Kanaya kambuh hingga membuatnya susah bernafas dan harus menjalani opname selama tiga hari di rumah sakit, akibat dari kecerobohan Andreas yang meroko di dekatnya, dari sanalah dia mulai berhenti menyesap Nikotin itu, berhentinya Andreas merupakan pencapaian yang luar biasa, mengingat Andreas sendiri memang perokok akut.

"Mau sekalian minumnya ga?"tanya Kanaya

"Boleh, tapi yang dingin. uangnya ambil di dompet nih" Andreas menyodorkan sebelah kakinya, memberi akses mudah bagi Kanaya merogoh dompetnya.

"Uang aku aja, gaji kamu karena bantuin aku" Andreas terkekeh lalu mengangguk

"Yaudah, percuma juga maksa kamu pake uang aku" Andreas memang sangat mengetahui Kanaya. Jika Gadis itu mengatakan tidak maka tidak, begitupun sebaliknya. Jadi percuma dia memaksa.

*

"Pak ini dua, permennya lima ribu"

"Jadi 17 ribu neng"

"Ini pak, makasih"

Setelah membayar Kanaya bergegas kembali ke taman belakang Kampus, dia tak ingin membuat sang kekasih menunggu terlalu lama

"Nay" Kanaya menoleh saat seseorang memanggilnya

"Eh Juan, ada apa?" Juan Rionaldo, pria blasteran Indonesia-Swiss itu tersenyum sambil menyodorkan Paper bag kecil

"Apa ini?" Tanya Kanaya

"Kemarin orangtua ku baru pulang dari Swiss. Ini oleh-oleh, dimakan ya" Kanaya tersenyum lalu mengambil alih tas kardus kecil itu

"Makasih ya, jadi ngerepotin" Juan tersenyum lalu menggeleng

"Ga ngerepotin kok, yaudah aku pamit ya masih ada kelas" Kanaya mengangguk lalu setelahnya Juan beranjak pergi

**

"Aaa" Kanaya menyodorkan permen yang sudah di buka pada Andreas, dan langsung di terima tanpa penolakan.

"Udah beres?" Tanya Kanaya

"Dikit lagi, nanti kalo misalnya ada yang kurang pas kamu revisi aja. Minum dong haus" Kanaya membuka tutup botol air isotonik yang baru saja dibelinya

"Nih"

"Ahh segearnya, eh itu apa yang?" Andreas menunjuk paper bag kecil yang tadi Kanaya dapatkan dari Juan.

"Coklat sama keju" jawab Kanaya

"Dari siapa? Di kampus ini kan ga ada yang jual coklat sama keju model gini?" Tanya Andreas penuh selidik

"Dari Juan. Oleh-oleh dari orang tuanya yang baru pulang dari Swiss"

Mendengar nama Rivalnya disebut, rahang Andreas mengeras. Juan adalah musuhnya, bukan musuh dalam artian sesungguhnya.

Juan sudah lama menaruh hati pada Kanaya, dan bahkan berani dengan terang-terangan menujukan rasa sukanya di depan Andreas. Siapapun lelaki yang menyukai Kanaya berarti musuh baginya. Sedangkan Kanaya yang tabiatnya ramah pada siapapun tak merasakan hal itu.

"Buang aja ga penting banget"ujar Andreas sambil memalingkan wajah kembali pada layar laptop

"Eh kenapa? Dia kan ngasih ini ikhlas, ga boleh ngomong gitu, kalo dia dengar pasti sakit hati" Andreas menghela, inilah Kanaya dengan segala kebaikan hatinya

"Terserah deh, nanti minggu aku jemput. Mama beneran kangen kamu katanya" Kanaya mengangguk
.
.
.
.
.
To Be Continue ~~
.
.
.

Assalamualaikum readers 👋, UBL update Yeayyyy kalo udah di baca yuk di Voment juga 😀

Makasih 😄

Selamat menunaikan ibadah puasa ~~

Oh iya Ini nih yang namanya Juan Rionaldo.

Nama Aslinya Johnny Orlando.

#Ig : johnnyorlando

Sebenernya doi bukan dari swiss, tapi anggep aja gitu ya 😄

Sebenernya doi bukan dari swiss, tapi anggep aja gitu ya 😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
United By Love [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang