#3

128 14 0
                                    

🍃 Biar Tuhan yang menjawab sampai kapan kita akan bersama.🍃

.
.

Hari minggu pagi, Kanaya masih berkutat dengan alat dapur membantu sang ibu. Dia anak tertua dari dua bersaudara, dan sudah biasa baginya jika harus mengurus rumah dan memasak, karena ibunya sering ikut perjalanan dinas dengan sang ayah.

Sang adik masih duduk di bangku sekolah menengah akhir, usianya terpaut cukup jauh darinya. 5 tahun. Muhammad Irham Adipta namanya.

"Teteh, tadi ibu ketemu sama Mamanya Ridho. Cantik banget ya masih kaya remaja" Kanaya menoleh saat mendengar sang ibu bercerita dengan logat sundanya

"Oh bu Minah, iya bu wajar kan dia perawatan"jawabnya

"Ibu juga pengen cantik kaya dia" curhat wanita setengah baya itu

"Ibu juga cantik, lebih cantik malah. Cantiknya ibu setara sama bidadari syurga" sang Ibu hanya tertawa mendengar pujian kelewatan Kanaya

"Bisa aja kamu bikin ibu terbang" Kanaya nyengir sambil melanjutkan acara memasknya

"Bu, Teteh mau main kerumah temen"

"Siapa? Syfa? Kapan?" Kanaya menggeleng

"Bukan, nanti berangkat jam sembilan"

"Yaudah hati-hati, jangan pulang sore-sore apalagi sampe malem" kanaya mengangguk.

**

Me

Yang aku udah di depan

Panda 💜
Iya aku kesana sekarang.

Seperti itulah kiranya cara Andreas menjemput Kanaya, setiap Hari saat berangkat dan pulanh dari kampus ia akan menurunkan Kanaya di gang depan perumahan yang lumayan jauh dari rumahnya.

Bukanya Andreas tak Gentle, tapi Kanaya lah yang melarangnya menjemput sampai depan rumah. Alasannya tentu saja dia yang belum siap menunjukan Hubungan mereka ke hadapan orang tuanya.

Andreas memaklumi, toh Hubungan ini memang sedikit bertentangan dengan aturan didalam ajaran masing-masing. Apalagi Ayah Kanaya adalah salah satu tokoh agama di kompleknya.

Bebepa menit menunggu, kaca mobil Andreas diketuk dari luar. Ternyata Kanaya sudah sampai, dengan cepat Andreas membuka kuncinya membiarkan Kanaya masuk.

"Lama yah?" Tanya Kanaya setelah mendudukan diri

"Iya, kamu dandannya suka lama. Tapi aku ga kecewa sama hasilnya" Kanaya mendengus, padahal dia hanya menggunakan pelembab dan bedak tipis lalu sedikit memolehkan liptint ke bibirnya. Andreas memang rajannya kerdus.

"Baru pulang dari gereja?" Andreas mengangguk

"Cape dong"

"Enggalah, aku habis ibadah bukan habis lari maraton 300 kilo meter, lagian perintah Mama langsung nyuruh aku jemput calon mantu katanya" Andreas terkikik saat Kanaya memukul pelan lengan kanannya

"Beneran kok, emang kamu ga mau jadi mantu Mama Mayang?" Tanya Andreas membuat Kanya salah tingkah

"Ih udah ah, kamu mah hobi bikin aku malu" seketika Tawa Andreas menggelegar di dalam mobil, dia suka melihat wajah Kanaya yang memerah karena dirinya.

**

"Ma Calon mantu udah dateng" Kanaya memukul pelan lengan Andreas yang menggandengnya

"Jangan teriak ih" tegurnya

"Eh calon mantu, apa kabar udah lama ga main" Kanaya menghampiri wanita paruh baya itu lalu mencium punggung tangannya

"Baik Ma, Mama sendiri gimana kabarnya"

"Seperti yang kamu lihat sayang, ayo duduk, Mama buatin minum dulu" Kanaya mengangguk lalu berjalan mendekati sofa berwarna merah marun dan mendudukan diri di sana.

"Yang pusing" Kanaya menjengit terkejut saat Andreas tiba-tiba menidurkan kepalanya di atas paha Kanaya.

"Jangan gini ih" tegurnya sambil mencoba mengangkat kepala Andreas yang sayangnya tidak berhasil.

"Pijit yang, aku beneran pusing" dengan sedikit kesal Kanaya akhirnya menuruti keinginan Andreas, dia memijat pelan kepala pria itu.

"Eh eh manja nya ga tau tempat" Andreas menegakan tubuhnya lalu menatap sinis Mamanya.

"Sirik aja si Mama" ujar Andreas

"Iya nih papa ga ada jadi iri" berbeda dengan Andreas yang meladeni godaan Mamanya, Kanaya hanya tersenyum malu.

"Yang aku ke atas dulu ya, mau mandi" Kanaya mengangguk.

"Gimana skripsi kamu" tanya Mama Andreas setelah sang anak menghilang dari anak tangga.

"Alhamdulillah Lancar Ma, di bantu Andreas juga" jawab Kanaya

"Udah lulus nanti mau langsung kerja?" Kanaya mengangguk

"Iya Ma, langsung kerja" jawabnya

"Andreas juga mau langsung kerja, tapi sambil ngelanjutin pendidikan dia"

Kanaya menatap wanita setengah baya di depannya. Andreas memang pernah mengatakan bahwa dia akan melanjutkan kuliahnya, tapi dia tak pernah bilang kalau dia akan memegang perusahaan.

"Kerjanya di perusaan induk kan Ma? Di sini?"tanya Kanaya takut-takut.

Jujur saja dia belum siap jika harus berjauhan dengan Andreas. Mengingat perusahaan keluarga Andreas memang merajalela di berbagai Negara di belahan dunia. Kanaya takut Andreas melanjutkan usaha sang ayah di perusahaan cabang yang berada jauh dari indonesia.

"Ga tau, tapi papanya bilang perusahaan yang ada di Jepang masih baru dan papa belum nemuin orang yang pas buat ngebantu ngurus anak perusahaan disana" Kanaya diam. Walaupun belum pasti tapi itu tak menutup kemungkinan jika Andreas di tugaskan disana.

"Makanya kamu minta Andre biar cepet halalin kamu" Kanaya tersenyum miris mendengar penuturan wanita didepadannya.

Dia ingin, tapi sepertinya Andreas masih ingin seperti ini dulu.

"Andreas itu orangnya suka banyol, dia ga perna seserius ini sama hubungan percintaannya. Dan juga kamu perempuan pertama yang dibawa Andreas kerumah. Mama, harap kalian benar-benar dipersatukan oleh pernikahan"
.
.
.
.
Tbc
.
..
.
.
Assalamualaikum, Hi guys UBL Update nih.

Gimana menurut kalian ceritanya 😁 (Gaje Na)

Mohon maaf kalo ada kata yang kurang enak untuk dibaca atau ada adegan yang kurang baik, karena sesungguhnya tak ada yang sempurna selain yang maha kuasa, Allah SWT.

Voment juga jangan lupa ya 😀

Selamat menunaikan ibadah puasa ~~

United By Love [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang