#6

111 13 4
                                    

Tiga hari setelah kejadian dimana status Kanaya yang memiliki kekasih diketahui oleh adik laki-lakinya. Awalnya Kanaya takut jika Irham. Sang adik akan memberi tahu Ayah dan ibunya, tapi untung saja Remaja berusia limabelas tahun itu bukan tipe orang yang mau repot-repot ikut campur dengan urusan orang lain, walaupun itu kakaknya sendiri.

Tapi bukan berarti dia tak peduli dengan orang-orang yang dia sayangi, Irham akan bergerak jika memang ia yang harus turun tangan. Dia orang yang berfikir tenag dan cukup dewasa untuk ukuran remaja labil berusia limabelas tahun.

Pernah dulu saat Kanaya sedang menyapu halaman dan diganggu oleh beberapa orang yang lewat didepan rumahnya. Kanaya dilempari batu kecil tidak sampai mengenainya namun cukup menganggu, lalu orang-orang tak memiliki kerjaan itu terkikik bersama. Irham yang dari awal memperhatikan dari dalam rumah pun keluar, dan memarahi orang jail itu habis-habisan.

...

Jadwal Kanaya hari ini hanya satu kelas itupun siang nanti, dan sekarang Kanaya tengah berada di perpustakaan Kampus. Kebiasaan Kanaya jika menunggu jadwal kelas yang masih lama, Kanaya tidak suka menunggu di dalam kelas atau berkumpul di kafe seprti teman-temannya, daripada begitu Kanaya lebih memilih menghabiskan waktu dengan membaca buku, entah itu buku pelajaran atau novel.

"Oi"

Kanaya berjengit saat seseorang menepuk pundaknya, lalu mendengus saat tahu siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan Andreas. Pria itu lalu duduk di hadapan Kanaya, menatap sang pujaan hati yang nampak serius dengan novel romatis sambil menopang dagu.

Setelah Kejadian dimana Kanaya meminta penjelasan dari Andreas, pria itu kembali lagi seperti semula. Dia sering melontarkan lelucon, membut Kanaya pusing. Ya walaupun masih beberapa kali harus mengurus anak perusahaan sang Ayah dan mengabaikan Kanaya, tapi setidaknya dia akan mengabari Kanaya sesekali tak seperti sebelumnya.

"Serius amat" ujarnya tanpa mengalihkan pandangan, sedangkan Kanaya hanya menatap sekilas lalu menggumam.

"Laper nih, makan yu"

Kanaya menurunkan Novelnya lalu menatap tajam pada kekasihnya, kesal sekali jika sedang seru membaca diganggu. Namun Kanaya tidak bisa marah pada Andreas, kelemahannya. Lantas gadis itu menghela nafas.

"Kenapa ga makan dulu dirumah?"tanya Kanaya sambil menutup Novel, tak lupa melipat sedikit ujungnya sebagai penanda sampai mana dia membaca.

"Mama ga masak, lagi sakit."

"Inalillahi, sakit apa?" tanya Kanaya

"Ga tau, tapi Mama ga mau pas aku nawarin buat ke rumah sakit. Susah diamah kalo mau diajak berobat" Andreas berujar malas

"Nurun ke kamu kan?" Pria itu nyengir mendengar penuturan Kanaya

"Kelas kamu cuma satu kan hari ini?" Kanaya mengangguk

"Nanti kalo udah selesai kamu ke rumah ya"

"Iya"

"Jangan pulang sebelum aku kabarin"

"Iya bawel, ayo katanya laper"

**

Seperti yang sudah Andreas katakan, dia akan membawa Kanaya ke rumahnya. Dan disinilah mereka, dirumah sederhana namun mewah keluarga Adalson.

Kanaya sedang berkutat dengan sayuran yang dia potong sebelum di rebus dan diberi bumbu, tak lupa dia juga memasak nasi dan lauk yang lainnya.

"Wah wangi banget" suara pria cukup membuat Kanaya terkejut, dia ingin marah. Namun urung saat yang berbicara ternyata bukan Andreas, tapi Ayahnya yang baru saja pulang dari kantor, terlihat dari pakaian dan tas yang masih berada ditangannya.

Kanaya mengecilkan kompor lalu menghampiri Ayah kekasihnya, menyalami sambil tersenyum malu.

"Iya Pa, aku pinjam dapurnya sebentar" ujar Kanaya sambil terkekeh, melihat itu Ayah Amdreas pun ikut tersenyum

"Haha boleh-boleh, dimana Andre? Kenapa ga nemenin kamu"

"Sedang mandi, Pa" Ayah Andreas mengangguk

"Yaudah kamu boleh lanjut lagi, Papa mau mandi juga" Kanaya mengangguk lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.

Beberapa menit setelahnya saat Kanaya menata makanan di atas meja, Andreas berjalan menghampiri dengan baju yang sudah berganti dan rambut yang masih basah. Pria itu membenturkan pelan kepalanya ke pucak kepala Kanaya,lalu terkekeh.

"Tadinya mau cium tapi aku pasti dapet bogem, jadinya ngaduin kepala deh hehe" ujar Andreas sambil cengengesan, sedangkan Kanaya hanya menggeleng.

"Kamu ga sholat Yang?"tanya Andreas sambil mendudukan diri dikursi meja makan, Kanaya menggeleng pelan.

"Lagi halangan" Andreas hanya ber oh ria sambil mencomot makanan lalu memakannya.

"Enak"komentarnya seperti seorang juri, membuat Kanaya terkekeh

"Wah banyak banget masaknya sayang" ujar Mama Andreas yang baru saja turun dibantu oleh Papa Andreas

"Hehe keasikan Ma, jadi lupa kalo aku udah masak banyak" ujar Kanaya malu

"Dimakan Ma, Pa."lanjutnya

"Enak, mantu idaman inimah. Habat kamu Mas milih calonnya" celetuk Papa Andreas sambip mengunyah makanannya, Kanaya yang mendengar itu hanya menunduk malu.

"Iyalah, Andreas gitu" ujarnya bangga

"Harus cepet di halalin inimah Mas takutnya keburu ditikung orang lain" lanjut Papa Andreas, Kanaya hanya tersenyum getir menanggapinya.

"Haha, tunggu aja tau-tau aku sebar undangan aja Pa"

Lantas suara candaan yang dibalas tawa mengiringi acara makan mereka. Kanaya benar-benar merasa sudah menjadi bagian dari keluarga hangat ini.
.
.
.
.
Tbc
.
.

Assalamualaikum 😀

Hahhh aku up part ini tuh setengah hati banget 😧, karena pembacanya sepi banget dicerita ini 😅. Bikin ragu antara mau lanjut sampe beres atau enggak, ya mau gimana lagi authornya baperan😂

Yaudahlah ya gimana kedepannya aja, makasih buat yang mau mampir disini. Dan lebih terimakasih lagi buat yang baca terus kasih bintang 😄

👋👋

United By Love [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang