#10

155 12 15
                                    


🍃 Tuhan yang mengatur skenario, waktu yang menentukan dan kita yang berperan dalam hidup. Dan semua akan indah pada waktunya. 🍃

Keringat dingin membasahi pelipis Andreas, dia gugup. Sambil beberapa kali membenarkan dasi Andreas menyeka keringat yang mengalir melewati pipi tirusnya.

Tak hanya kening keringat juga membasahi kedua telapak tangannya, pemuda itu juga tampak sedikit pucat. Puk sebuah tepukan di pundak membuatnya menoleh

"Tenang Nak, Bismilah" Andreas mengangguk malu karena ketahuan tengah menahan gugup

"Acaranya sudah bisa dimulai?" Semua orang mengangguk menyetujui

"Baiklah, Nak Andreas jabat tangan pak Adipta lalu ikuti ucapannya" Andreas mengangguk kaku, lalu tangan kanannya terulur menjabat tangan pria paruh baya didepannya
.
.

Flashback on

"Andreas.."

Kanaya mematung, sampai tepukan di pundaknya membuatnya kembali tersadar.

Dia menatap pria yang dia rindukan dengan lekat, pria itu menggunakan setelan jas lengkap. Di sampingnya juga ada sebuah buket bunga, dia duduk di antara kedua orang tuanya.

Tubuh Kanaya terasa ringan, bahkan tak terasa dia kini sudah duduk di tengah Bapak dan Ibunya, berhadapan dengan Andreas beserta kedua orang tuanya.

"Nak Andreas yakin ingin mempersunting anak gadis saya?"

Kanaya terkejut, dia menatap tak percaya pada Bapak dan Andreas secara bergantian.

"Saya yakin Pak"

"Neng, Bapak enggak bakal mutusin sepihak, keputusan ada ditangan kamu. Kedatangan Nak Andreas sama keluarganya punya niat baik"

Kanaya masih diam, tak tau harus merespon seperti apa. Kedatangan Andreas cukup membuatnya terkejut, ditambah Niat yang diutarakannya semakin membuatnya membeku.

"Neng" Kanaya terperanjat saat sang Ibu mengusap bahunya pelan, Kanaya menoleh pada Sang Ibu yang mengangguk pelan.

"Nak Andreas bilang kalian udah deket kan Neng?" Kanaya menoleh pada Bapak'nya dan mengangguk pelan, lalu kembali menatap Andreas.

"Pa.. Boleh Naya ngobrol sebentar sama Andre, b..berdua" hening

Tak ada sautan dari kedua orang tua Kanaya, sampai Andreas ikut bersuara

"Saya juga ada yang perlu di omongin sama Kanaya"

**
Setelah mendapat persetujuan dari Orang tua Kanaya, akhirnya kedua pasangan muda itu duduk berdamoingan di kursi taman belakang rumah Kanaya.

Suasana masih hening, baik Kanaya ataupun Andreas keduanya masih sibuk dengan fikiran masing-masing. Hingga beberapa saar kemudian Andreas memecah keheningan.

"Nay"panggilnya pelan, sedangkan Kanaya hanya bergumam menanggapinya

"Maaf..." Kanaya mendongak menatap Andreas yang kini menunduk,dia tak menyaut membuarkan Andreas melanjutkan ucapannya

"Maaf karena sebulan ini aku ga hubungin kamu, hp aku rusak" lanjutnya

"Rusak?" Andreas mengangguk, lalu menatap Kanaya tepat dimatanya.

"Kenapa?"

"Aku banting" Andreas kemudian menghela dan mebgalihkan pandangannya, menatap langit malam.

United By Love [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang