Pertemuan Pertama

170 53 50
                                    

Tet ... Tet ... Tet ...
Bel sekolah pun berbunyi seakan mengajak Clara masuk ke dalam ke daerah lapangan. Langkahnya beriring semakin cepat, hingga dia pun lari agar tidak terlambat saat apel. Apel pun dimulai dia baris di barisan paling belakang. Sesekali ia menatap ke arah kanan dan kirinya, namun sama saja tidak ada yang istimewa di tatapan wanita itu.

Apel pun sudah berakhir, seperti biasa dia dan dua sahabatnya yaitu Lina dan Dinda selalu mampir dulu ke kantin yang selalu mereka sebut dengan julukan kantin Mang Cireng. Banyak sekali makanan yang berbau cireng di sana, sehingga tak lazim mendapat julukan seperti itu.

"Eh ... Lin, Clar, lo berdua mau jajan apa aja? Kalau gue gak mau banyak-banyak ahhg," tanya Dinda seraya memasukan cireng pilihannya ke dalam plastik yang ia pegang.

"Napa lo Nda? biasanya lo suka ngeborong," ledek Clara disertai tawa kecil.

"Bukan gitu, gue itu pengen diet," jelasnya.

"Haha ... Terserah Lo aja deh."

Percakapan Clara dan Dinda pun berakhir. Waktu istirahat sesudah apel masih tersisa lima belas menit, akhirnya mereka pun memutuskan untuk singgah sementara di gazebo sekolah sembari makan cireng yang dibelinya.

"Oiya Clara, Lo katanya ikutan lomba kreatif siswa, ya?" tanya Lina.

"Iya, tapi itu juga kurang tau bakal terpilih atau tidak," jawab Clara.

"Oh begitu, emang itu ada berapa cabang perlombaan?" tanya Dinda seraya mengunyah cireng yang ia genggam.

"Katanya sih ada empat cabang."

"Hum, apa aja tuh?"

"Ada modelling, peran masuknya ke drama sama host, trus ada menyanyi, nah yang satu lagi tari dance atau daerah" jelas Clara.

"Kalau lo pilih yang mana?" tanya Lina.

"Gue sih pilih modelling," jawab Clara.

"Tapi yang ikutan modelling itu banyak banget," lanjut Clara.

"Oh semoga terpilih ya ... kamu harus positif thinking!" kata Dinda seraya menggenggam tangan Clara.

"Iya, Aamiin Clar, kita yakin lo pasti bisa," sambung Lina dengan tatapan yang memberikan aura positif kepada Clara.

"Iya Aamiin, hehe," jawab Clara yang diselipi senyuman aura positif.

Tet ... Tet ... Tet ...

"Oiya, udah bel pelajaran pertama tuh, masuk kelas yuk, jangan sampai keduluan sama guru," kata Lina.

"Ayo!" jawab serempak Dinda dan Clara. Lalu mereka pun bergegas menuju ke dalam kelas.

~ • ~

Pembelajaran berlanjut, tiba-tiba terdengar pengumuman dari speaker yang ada di setiap kelas

"Harap yang dipanggil namanya bisa langsung bergegas ke ruangan BP/BK, yaitu Shopie(XI Bahasa 4), Tifani (X Ipa 2), Layla(X Ips 5), Dheon (XI Ipa 1), Clara(X Ipa 1), Rangga(X Bahasa 3) dan Dito(XI Ips 4). Untuk nama yang dipanggil tadi, harap langsung bergegas ke ruangan BP/BK."

Mendengar pengumuman itu, sontak wajah Clara pun melukiskan sebuah kepanikan. Kenapa tidak? Sebelumnya dia tidak pernah berurusan dengan siapa pun dan yang lebih membuat dia panik adalah saat pengumuman itu menyuruh para siswa untuk masuk ke ruangan BK.

Aduhh ... loh kok ada nama gue? Trus kok harus di ruang BK, ya? Perasaan gue gak pernah melakukan pelanggaran atau jangan-jangan ada yang fitnah gue? Aduh gue harus apa? Gelisahnya dalam hati.

Raut wajahnya kini mulai memucat karna pikiran negatif yang dia pikikan tadi.

"Clara, ada apa denganmu? Apa kau sakit?" tanya bu Yani, dia seorang guru fisika yang sedang mengajar di kelasnya.

"Hmm ... tidak bu, saya baik-baik saja," jawab Clara sambil tersenyum dan mencoba memudarkan pucat dari wajahnya.

"Benarkah? Oiya, tadi nama kamu ada di pengumuman, lebih baik kamu segera ke sana!" kata bu Yani.

"Baik, saya izin bu," jawab Clara.

Dia pun mulai beranjak dari tempat duduknya dan sesekali menoleh ke dua sahabatnya itu.

"Tidak apa-apa, semua akan baik baik saja," ucapan Lina menenangkan Clara dan memberikan senyuman hangat kepadanya.

"Iya, positif dulu," sambung Dinda.

Mendengar ucapan dari kedua sahabatnya itu, hati Clara pun mulai tenang dan dia pun langsung bergegas ke ruang BP/BK.

~ • ~

Siapa sih yang gak takut masuk ruang BP/BK. Ruangan itu dikenal oleh para siswa di SMA Maju Berkarya sebagai ruangan untuk siswa-siswi yang bermasalah di sekolah tersebut atau disebut murid yang melanggar peraturan sekolah.

Tak hanya itu, di sana pun banyak guru yang sangar, tegas dan galak. Hingga para siswa pun takut ke ruangan tersebut.

~ • ~

Masuk ke ruangan tersebut pastinya membuat Clara dihantui rasa panik dan gelisah, hingga akhirnya langkah Clara pun menjadi sedikit lebih cepat.

Brukk ...
Suara buku jatuh

"Aduh...., maaf kak," ucap Clara sambil membantu membereskan buku yang jatuh karna tertabrak olehnya.

Lelaki itu menatap tajam wajah Clara dan tanpa berkata apapun lalu ia pergi sambil membawa buku yang telah dibereskan tadi.

"Huhh ... jutek amat tuh cowok. Pasti tipe cowok kayak dia gak banyak disukai sama cewe," gerutunya sambil melanjutkan perjalanan menuju ruang BP/BK.

Ketika melangkahkan kaki untuk masuk ke ruangan tersebut, sekujur tubuh Clara membeku dan wajahnya kembali memucat, di depan pintu sejenak dia terdiam.

"Itu yang di depan pintu, masuk kedalam!" perintah Bu Zia, salah satu guru yang ada di BP/BK. Dia termasuk guru yang terbilang tegas dan galak, sampai siswa-siswi di SMA itu pun segan untuk bicara dengannya.

Clara pun masuk dan duduk dikursi yang disediakan.

"Kalian tahu gak sih kenapa dikumpulkan diruangan ini?!" tanya tegas bu Zia.

Siswa-siswi yang berada di situ pun hanya menunduk ketakutan seraya mengelengkan kepalanya karna tidak tahu apa jawaban dari pertanyaan Bu Zia tersebut.

"Ibu tidak menyangka, kok bisa kalian melakukan hal ini. Tapi ibu bangga dengan kalian," lanjut bu Zia.

Seketika ketakutan yang terlukis di wajah mereka pun menjelma menjadi sebuah kebingungan. Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan oleh bu Zia.

"Untuk kalian Selamat karna terpilih sebagai perwakilan untuk mengikuti lomba kreatif siswa," ucap sumringah Bu Zia.

Mendengar itu, bukannya rasa senang yang terbalut dalam hatinya, melainkan membuat mereka semakin larut dalam kebingungan.

Duk ...

Suara pukulan meja pun terdengar keras ditambah bentakan dari Bu Zia yang terdengar nyaring, "Kenapa kalian hanya diam saja?"

Sontak seluruh siswa-siswi yang berada di situ kembali menunduk ketakutan.

"Apakah yang Bu Zia ucapkan tadi benar?" tanya dari salah satu siswa.

"Kamu tau kan bohong itu dosa? Jadi, buat apa saya bohong?!"

Seketika semua balutan ketakutan itu berubah menjadi sumringah kebahagiaan. Mereka tak percaya, setelah menjalankan seleksi yang lumayan susah dan ketat, akhirnya bisa lolos menjadi perwakilan untuk lomba di sekolahnya.

************************************

TBC;')

Don't forget to vote, comment and follow my accound

Dia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang