Obsession For a Brother 10

3.7K 226 0
                                    

Kicauan burung mulai terdengar. Pemuda imut itu masih memejam mata eloknya, serasa masih didunia mimpinya. Hingga sinar matahari merembes masuk ke tiap celah jendela sampai menembus kulit yang menutup netra terpejamnya.

"JEON JUNGKOOK!!!!! APA KAU MASIH TIDUR?!!! AYO BANGUN KAU MAU KULIAH TIDAK!!!?!!!!!" Teriakan melengking memanggilnya tiba tiba, tak salah lagi jika itu ibunya yang memang sedikit cerewet tapi masih sayang.
"Ikh...! Iya eomma Kokie udah bangun nih!" Sahutnya, padahal matanya masih terpejam rapat dan alhasil tubuhnya ia rebahkan lagi walau sekarang posisi kaki Jungkook yang berada dibantal.

Prannnggggg!

Jungkook terperanjat kala suara benda pecah terdengar keras lolos masuk ke dalam rungunya. Dia langsung berlari ke luar kamarnya, dan nampak sang ibu yang ketakutan lantaran kakaknya terlihat sangat emosi.

Dia berlari ke arah kakaknya yang sudah siap melemparkan gelas kepada ibunya, menahan kuat tangan sang kakak hingga tangannya berdarah oleh pecahan kaca yang disayatkan kakaknya pada tangannya. Berusaha menahan isak dan tangis walau derai mata sudah membasahi pipinya, ia harus kuat menahan semua ini! Sudah hanya Appa saja yang menyiksa Jungkook dan ibunya saat itu, sekarang tidak lagi sang kakak pula menyiksanya. Ia tak akan biarkan.

"Hyung jangan hyung kumohon!" Ucap parau Jungkook memohon walau mati matian menahan sesak di dada dan rasa perih ditangannya.
"Ch... kau mau apa? Membelanya! Kau kan sudah tau dia yang menyebabkan Appa meninggal! Gara. Gara. Dia!" Ketus Sang Kakak menunjuk nujuk sang ibu yang sudah tersungkur ke lantai dan menekankan kalimat terakhirnya.
"Kumohon jangan seperti ini! Apa yang kakak mau? Aku akan berikan,"
"Uang! Aku mau uang! Untuk bersenang senang dan minum minum dengan teman temanku! Dan untuk judi!" Pinta sang Kakak dengan melotot tajam dan membentak Jungkook seolah olah dialah seorang raja sekarang.

Jungkookpun berlari ke kamarnya, membuka tas dan mengeluarkan semua uang yang hasil kerja kerasnya yang dikumpulkan berbulan bulan, ia berikan semua uangnya kepada sang kakak. Setelah itu sang kakak pergi begitu saja meninggalkan dirinya dan sang ibu.

"Eomma... eomma... kau tak apa apa?" Tanya Jungkook yang dudah lepas tangisnya hingga isak terdengar jelas.
"Uhuk uhuk! Tidak, eomma tidak apa apa. Seharusnya kau jangan memberikan uangmu lagi padanya, kebiasaan. Dia akan terbiasa meminta uang lagi padamu," Ucap sang ibu lalu membelai surai sang anak yang berantakan.
"Biarkan saja hks... asal dia tidak menyiksa lagi, eomma tidak apa apakan hks..? Tidak ada yang sakitkan? Astaga tangan eomma tertusuk pecahan kaca," Khawatir Jungkook yang secepat kilat mengambil lengan kiri sang eomma.

Jungkook membantu sang eomma untuk duduk disofa, sofa yang sudah usang dan lama. Terlihat banyak robekan kecil disana, seolah tak nyamankan? Tapi bagi mereka tak masalah, karena Tuhan pasti adil memberikan mereka harta jaminan untuk dinikmati didunia. Seperti sekarang, dunia yang mereka tinggali. Memang jika ditilai kehidupan mereka tak layak, walau bertengger dirumah yang sedikit besar untuk 3 orang, rumah itu sudah tua dan sebentar lagi juga akan roboh dan runtuh. Tapi jika tidak ingin seperti itu, mereka mau tidur dimana? Dan tinggal dimana? Makan dan cari uangpun susah, bagaimana jika mau membeli rumah atau apartemen? Kan mahal.

Sang eomma hanya tersenyum melihat Jungkook yang sedang mengobati lukanya, ia berfikir anak seperti Jungkook mengapa ia lahirkan? Dia cantik, manis, jauh lebih berharga dari pada dirinya. Mengapa Jungkook tidak lahir dari seorang yang kaya? Pasti kehidupan Jungkook akan sangat baik dibandingkan kehidupan sekarang ini. Sekilas ia membalikkan wajah dan sekilaspun ia melihat luka sayatan di tangan Jungkook, maka tatapannya mengarah pada luka sobekkan itu.

"Ini apa hah? Ini apa? Eomma hanya luka tusuk saja kau obati, tetapi mengapa kau biarkan luka robekan ini?" Sang ibu dengan cepat membawa tangan Jungkook ke genggamannya. Luka sobekkannya sangat panjang, ia tak melihatnya sejak dari tadi Jungkook mengobatinya dikarena luka Jungkook berada dikulit lengan bagian bawah dan darahnya juga sudah mengalur deras mengenai lantai.
"Tak apa apa eomma heheheh..." Dusta Jungkook dengan menyengir dan tersenyum pura pura. Dari pada mengkhawatirkan eomma tersayangnya ini.
"Biarkan eomma mengobatinya ya?"
"Gak eomma, gak papa!"
"Obati!"
"Gak!"
"Obatin hah!"
"Gak eomma!"
"Obati!"
"Gak!"
"OBATI!!!!"
"I..iya deh" Pasrahnya. Jungkook tak mau berurusan dengan mulut eommanya yang super duper cerewet.

"A..ahh eomma sakit,"
"Tapi kau bilang tidak apa apa," Ucap sang eomma menjeda pengobatan.
"Heheheh..." Cengir Jungkook lalu sang eomma hanya geleng geleng kepala, lantaran mengapa anaknya ini mementingkan eommanya hingga diri sendiri tidak terurus.
"Kau akan kuliahkan hari ini?" Tanya sang eomma secara tiba tiba disela ringis perihnya Jungkook.
"Tidak,"
"Kenapa tidak? Kau siap siap sekarang, kuliahlah,"
"Tidak eomma, Kokie tidak mau,"
"Bayar susah payah hanya dijalani oleh malas malasan? Kau ini!"
"Tangan Kokie sakit eomma jadi libur kuliah dulu, nanti izinnya biar aku yang tanggung," Lagi lagi eommanya hanya menghela nafas berat lalu tersenyum tanda mengiyakan apa kemauan anak bungsunya ini.

___________________________________

Yey chapternya udah selesai.

Makasih yang udah baca walau emang ibu jarinya lagi kampret gak bisa mencet vote, eh! Atau emang pelit? Gak peduli akh yang penting suka aja tapi harapan emang harap kalian vote, jadi PLISSSS! VOTE YA? YAYAYAYAYA?!

Habis hujan ada pelangi
Warna warni berbentuk melengkung
Kaliankan punya ibu jari
Jadi gunakanlah untuk mendukung

Siplah!

Qiqiyaya
♡Love a brother♡

Obsession For a brother (Taekook/Vkook✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang