04. Bencana Tak Terduga

2.1K 279 62
                                    

Sudah dua hari Chan tidak pulang ke rumah karena masalah pekerjaan. Pagi ini, saat mengabarkan akan segera pulang, ia tiba-tiba saja mengajak seluruh anggota keluarga Park menonton bersama di rumah. Seperti yang pernah mereka lakukan beberapa kali sebelumnya.

"Jam berapa kakak pulang?" tanya Minho dari seberang telepon, ia baru saja sampai di kampus untuk bertemu dosen pembimbing perihal tugas akhirnya.

"Aku sudah di Bandara, sih. Tapi, Ayah panggil aku ke kantor Cabang. Jadi kesana dulu. Mungkin sorean baru sampai di rumah." Jelas Chan dengan tangan yang sibuk menarik koper.

"Aku perlu masak?"

"Tidak, kita pesan di luar saja."

"Oke, aku tutup dulu. Dosennya sudah panggil, tuh." Minho melangkah buru-buru ketika melihat dosennya sudah berdiri di depan ruangan. Tumben sekali beliau datang tepat waktu.

"Ya, semangat Ino." Chan membuat suara seceria mungkin, namun gagal. Di susul bunyi bip setelah Minho mengucapkan terima kasih sambil terkekeh.

***

Saat Minho mengabarkan bahwa Chan sudah pulang dan mereka akan menonton bersama di rumah, Felix dan Seungmin girang bukan main. Meloncat-loncat, bersorak, sambil tertawa-tawa.

Saking girangnya, Felix hampir saja terjatuh dari sofa karena bertubrukan dengan Seungmin yang sama-sama meloncat.

"Senang sekali, ya?" tanya Minho, ia membawa Felix dalam pangkuannya. Sementara Seungmin duduk di sebelah Minho dengan senyum lebar yang belum hilang.

"Senang dong. Rindu."

"Rindu? Lixie rindu apa?"

"Rindu Kak Chan, hehe." Felix menjawab kelewat polos, sambil tersenyum. Membuat Minho merasa sedikit sakit tiba-tiba. Memang ya, anak kecil itu tidak mengerti konsep benci dan dendam.

"Minnie juga rindu Kak Chan." Seungmin angkat tangan, tak mau ketinggalan. Menarik Minho untuk mengacak gemas rambut milik bocah di sampingnya.

"Kak.."

Suara kecil itu membuat Minho menoleh, menemukan Innie yang berjalan mendekat dengan tangan yang mengucek pelan matanya. Sudah bangun rupanya.

"Kenapa Innie, sayang?" Minho bertanya lembut. Lembut sekali. Untung yang mendengar anak kecil. Coba kalau deretan penggemar perempuan di kampusnya, jelas sudah ada keributan.

"Innie mau pipis.." cicitnya. Suaranya masih serak khas orang bangun tidur.

Minho mengangguk, lalu dibawanya si bungsu ke kamar mandi. Diikuti Felix dan Seungmin yang setia mengekor di belakang sambil main katak lompat.

***

Chan sudah tiba di rumah sejak satu jam yang lalu. Ia sudah merapikan isi kopernya, mandi, dan mengenakan pakaian santai. Tak lupa menyerahkan berbungkus-bungkus makanan khas dari negara Jepang yang baru saja dikunjunginya sebelum tadi masuk ke dalam kamar.

Dengan sigap Minho mengambil alih dan menaruh semuanya di lemari. Padahal baru saja tangan Changbin terulur untuk mengambil sebungkus rumput laut.

"Untuk nanti malam, jangan membantah." Titahnya dengan mata sedikit melotot, berusaha mengintimidasi Changbin yang pasrah saja.

Jisung dan Hyunjin yang baru saja pulang sekolah karena les matematika mereka langsung membantu Changbin yang sibuk di ruang tengah. Mereka sudah dikabari di grup keluarga kalau akan ada acara nonton dan diperingatkan untuk tidak pulang terlalu lama.

Jisung mengembangkan layar proyektor, menutupi televisi layar datar berukuran 52 inch yang ada di ruang tamu. Sementara Hyunjin sibuk mengotak-atik proyektor di dekat Changbin yang tengah menyiapkan beberapa file tontonan pilihan mereka di laptop.

Minho baru saja keluar dari kamar empat sambil menggendong Innie yang baru mandi, ia menatap menghakimi pada Jisung dan Hyunjin yang masih mengenakan seragam lengkap.

"Hei, ganti baju dulu. Mandi. Jangan menularkan bau kalian kemana-mana." Minho berkacak pinggang dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya masih menumpu Innie yang senyum-senyum saja.

"Siap, bos!" ujar Jisung berpura-pura hormat ala tentara. Lalu berjalan meninggalkan layar proyektor yang sudah terbentang rapi.

"Dikit lagi, Kak."

"Mandi sana, Jin. Kakak aja itu." Potong Changbin. Hyunjin setuju dan segera berjalan meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya.

"Lixie dan Minnie mana?" tanya Jisung saat berpapasan dengan Minho.

"Di kamar, baru selesai mandi." Jisung hanya membulatkan mulutnya, "Oh".

"Eh! Jauh-jauh sana!" Minho berteriak, sedikit terkejut saat menoleh kedepan dan mendapati Hyunjin hampir mencium Innie yang berada di gendongannya.

"Bau! Sana mandi dulu." Usir Minho, mendorong pelan Hyunjin dan berjalan menghampiri Changbin. Barangkali ada yang bisa dibantu.

Rupanya, semua sudah beres. Sudah selesai.

***

Malam hari usai makan malam, semua berkumpul di ruang tamu. Termasuk Hyunjin yang mau tidak mau harus ikut di sana. Mau beralasan ada tugaspun, Minho dan Chan tidak akan peduli.

"Ayah mana?" itu Changbin. Tidak terlalu keras, sih. Biar Felix dan Seungmin yang sedang sibuk bermain bersama Innie tidak mendengar.

"Sudah diajak, memang tidak bisa katanya." Jawab Chan seadanya. Changbin mengangguk pelan. Tidak ada lagi pertanyaan. Semuanya sudah tau sama tau perihal kesibukan sang Ayah. Meski terkadang kelimpungan juga kalau ketiga bocah kecil sibuk bertanya dimana Ayah, mereka rindu.

Film pertama akan dimulai, itu adalah film komedi untuk memanaskan suasana sebelum lanjut ke film horor di putaran kedua. "Perhatian-perhatian, pintu Teater 4 telah dibuka." Umum Changbin, membuat ketiga bocah kecil itu terburu-buru mengambil tempat, takut ketinggalan film. Lampu tengah sudah dimatikan Hyunjin sebelumnya. Membuat suasana ala-ala bioskop makin terasa.

Ruang tamu keluarga Park tidak terlalu besar, namun juga tidak sempit. Ada sebuah sofa panjang di sana, ditambah dua sofa kecil di masing-masing sisi kanan dan kiri.

Semuanya mengambil tempat. Hyunjin jelas memilih sisi paling sudut, malas terlibat interaksi lebih lanjut. Disampingnya ada Chan, lalu Minho yang memegang mangkuk kaca berisi popcorn.

Changbin duduk di karpet, di bawah Chan. Sementara Jisung berada di sampingnya. Seungmin berlari, mengambil tempat diantara Chan dan Minho. Diikuti Felix yang tiba-tiba menubrukkan diri ke badan Changbin. Membuat Jisung terkekeh.

Kalau si bungsu cepat-cepat Changbin oper ke Hyunjin, biar adiknya itu tidak diam-diam saja. Takutnya mati kebosanan.

"Oke. Ready?" Jisung yang bertugas sebagai operator itu meninggikan suara, memanaskan suasana.

"Ready!" ujar semuanya serempak, kecuali Hyunjin yang hanya mengangkat tangan.

"One, two, three. Let's go!" tangan Jisung bergerak untuk memencet tombol play. Namun..

"Waaaaaaaaaaaa.."

"Kamchagiya!"

"Loh kok gelap?"

"Kak Changbin, Lixie takut huaaaaa..."

"Sialan! Kita mau nonton kok malah mati lampu."

---

Yeay! Seneng banget bisa update dua part sekaligus.

Adakah karakter dari 8 anak Park Jin Young ini yang belum kelihatan kuat?

Sampai bertemu di hari Selasa, semoga aku tepat deadline huhu :(

Hello, Brothers! - SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang