12. Semacam Rindu

1.9K 233 43
                                    

Chan menurunkan kaca jendela, tersenyum ramah pada Pak Jun — Satpam Senior yang telah bekerja selama dua puluh tahun di perumahan ini. Lelaki yang lebih tua menyipit, mencoba mengenali sosok yang berada di balik kemudi.

"Chan, ya?" si Bapak bertanya. Chan lantas mengangguk, senyumnya makin kentara.

"Iya, Pak. Saya masuk, ya?" Pak Jun mengangguk, menekan tombol berwarna merah di depannya untuk membuka palang yang menghalangi kendaraan masuk sembarangan ke kakawasan ini.

Sulung dari delapan bersaudara itu mengucapkan terima kasih, lalu kembali melajukan mobilnya menuju kediaman sang Nenek. Rumah dengan cat abu-abu bernomor 112.

"Kak Chan, apa masih jauh?" Seungmin — di sampingnya melontarkan pertanyaan, suara pertamanya sejak terbangun sepuluh menit lalu.

Chan tersenyum lagi, tangan kirinya terangkat untuk mengusak surai si adik. "Sudah sampai, itu rumahnya mulai kelihatan." Si kakak tunjuk satu rumah, membuat Seungmin menegakkan duduknya agar dapat melihat lebih jelas.

Yang tertua menghentikan mobil tepat di depan pagar, dilepasnya seatbelt dan beranjak turun untuk membuka gerbang berwarna hitam yang senada dengan warna kendaraannya. Seungmin mengamati pergerakan kakaknya dari tempat duduk. Lalu matanya melirik Felix dan Innie yang jatuh terlelap di kursi belakang, kelihatan pulas sekali.

Kediaman sang Nenek memang cukup jauh dari rumah mereka, memakan waktu hampir tiga jam jika jalanan sedang lengang. Hal ini juga yang mengakibatkan kedelapan cucunya ini jarang mampir, terlalu jauh untuk Chan yang sibuk dengan jam pulang pada jam sore hingga larut malam. Ia tak sempat mengantarkan adik-adiknya walau hanya untuk sekadar makan kue pisang buatan nenek.

"Minnie rindu Nenek tidak?" Chan yang baru saja kembali ke mobil untuk memasukkannya ke pekarangan rumah memandang adiknya sebentar, yang ditanya tentu mengangguk antusias.

Jelas dia merindukan sosok perempuan berusia enam puluh enam tahun itu. Terakhir bertemu sekitar dua bulan lalu, kala itu neneknya mengantarkan hadiah untuk Innie yang berulang tahun.

Menurut Seungmin, wanita itu sangat baik. Selalu memasakkan banyak makanan kesukaan mereka jika bertandang ke rumah.

"Cucuku sudah datang." Wanita yang sedari tadi menunggu di beranda rumahnya tersenyum kala mobil Chan terparkir apik di pekarangan. Disusul dengan si sulung yang keluar dengan cengiran khasnya, menampakkan lesung di kedua sudut bibir.

Senyum si Nenek makin lebar ketika Chan membuka pintu sisi lainnya, menampakkan sosok Seungmin yang langsung melompat tak sabar dan berlari ke arah wanita itu. Memeluknya amat erat.

"Nek, Minnie rindu sekali." Nenek hampir menangis, ia juga sangat merindukan cucu-cucunya. Terlebih ketiga bungsu itu, mereka jarang sekali bertemu. Berbeda dengan kakak-kakaknya yang dulunya sering berjumpa, paling tidak satu bulan sekali.

Dulunya ketika kedua orang tua mereka masih lengkap, bertandang ke rumah nenek adalah hal wajib di setiap Minggu. Jika tidak sempat, maka Nenek yang akan pergi ke sana bersama Jimin, anak bungsunya — adik dari Hana.

Sekarang? Jin terlalu sibuk bekerja hingga lupa waktu. Jangankan pergi ke rumah mertuanya, untuk menengok anak-anaknya saja masih sulit. Sementara Nenek makin tua, tak lagi sesehat dan sebugar dulu, terlalu berumur untuk bebas kesana-kemari.

"Nenek juga rindu. Kau pasti tahu itu." Nenek mencubit pelan pipi Seungmin yang berisi, gemas sekali. Cucunya hanya terkikik geli, lalu kembali memeluk erat wanita di hadapannya.

"Dimana Lixie dan Innie?" Sembari melepas pelukannya, Nenek mengedarkan pandangan hingga jatuh pada sosok Chan yang tengah menggendong Innie yang terlelap.

Hello, Brothers! - SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang