07. Izin Berkemah

1.8K 244 63
                                    

Chan baru saja selesai membaca isi surat yang tadi Changbin berikan padanya sesaat setelah mereka selesai makan malam. Si sulung melirik, "Tiga hari? Bukankah terlalu lama?"

Jisung yang lagi menyusun piring-piring kotor di atas meja untuk dibawa ke westafel dimana Hyunjin sudah siaga untuk tugas mencuci piring menoleh, tertarik dengan pembicaraan kedua kakaknya.

"Mau kemana, Kak?" tanya Jisung, yang ditanya menatap balik adiknya, "Ada acara kemah dari sekolah," jawab Changbin.

Minho yang baru keluar dari kamar mandi sehabis membersihkan wajah Innie yang belepotan kena es krim mengerutkan dahi, buru-buru ikut ambil suara. "Hei, kau sudah kelas 12 dan sebentar lagi musim ujian. Bagaimana bisa kakak mengizinkanmu pergi berkemah?" Minho menatap sinis, jelas tidak terima.

Changbin menghela nafas, sudah menduga reaksi si kakak kedua. "Kemahnya juga program sekolah. Changbin bukan asal pergi, kok," jelas Changbin. Ia balik menatap Chan, berusaha menarik simpati dari lelaki itu. Bukannya Minho tidak penting, tapi izin dari si sulung lebih berlaku di rumah ini.

"Kenapa sampai tiga hari?" Chan mengulang pertanyaan, membuat Changbin lagi-lagi menghelaa nafas. Bau-bau tidak diizinkan makin kuat tercium rasanya.

"Kakak boleh baca rundown.."

"Sudah," potong Chan. Jelas dia sudah membaca keseluruhan surat izin itu dengan teliti, termasuk rundown acara.

Tiga hari memang bisa dibilang standar untuk kegiatan berkemah, tapi rasanya tetap tidak benar jika sekolah harus mengadakannya ketika jadwal ujian sebentar lagi tiba. Ia rasa rundown yang dibuat juga berantakan, harusnya masih bisa dipersingkat bahkan hingga menjadi satu setengah hari.

"Kak, sekali ini saja. Changbin janji akan jaga diri. Toh, hitung-hitung liburan sebelum ujian, menenangkan otak."

"Tidak." Itu Minho, mana mempan dengan janji semacam itu.

"Oke, tenang." Chan menatap Minho, mengisyaratkan agar lelaki itu mengizinkan ia mengutarakan pendapat. Yang ditatap tidak suka, mendengus keras. Sudah tahu apa yang akan dikatakan si sulung. Jadi segera ia pergi dari sana, mau tidur katanya.

"Kalian ikut, tidak?" Sebelum pergi, Minho melempar pandangan pada Felix dan Seungmin yang baru selesai cuci tangan.

Tidak tau apa-apa dan tidak bertanya pula, keduanya mengangguk dan segera berlari kecil menghampiri Minho. Kalau Innie sudah dari tadi ada di sana, digenggam Minho tidak mau lepas.

Hawanya jadi sedikit tidak enak, segera Jisung mengangkat piring-piring itu dan menyerahkan pada Hyunjin yang dari tadi sudah menunggu—diam-diam ikut saksikan drama kakak-kakaknya. Si sulung yang tegas namun lebih fleksibel, dengan si kakak tertua kedua yang kelihatan friendly tapi sebenarnya protektif.

Ini bukan yang pertama, sebenarnya untuk beberapa hal keduanya memang cukup sering bertentangan. Masalah izin pergi ke ulang tahun tempo lalu misalnya.

Kala itu Hyunjin dan Jisung menerima undangan ulang tahun dari teman satu sekolah, kebetulan diadakan larut malam, sekitar pukul sebelas. Katanya mau buat pesta piyama "versi cowok" yang sebenarnya diisi dengan bermain game online, kartu, dan permainan bodoh lainnya sepanjang malam-tanpa menggunakan piyama.

Minho langsung meletakkan gelasnya tidak santai saat Jisung menyerahkan surat undangan itu, buru-buru mengatakan tidak. Sementara Chan memberi izin, katanya sekali-kali. Tapi jangan pulang sebelum jam 12 siang.

Perdebatan sengit terjadi, sementara adik-adiknya cuma diam. Sesekali Changbin ambil suara, beri pendapat. Malam itu berakhir dengan Minho yang kembali menyerah. Dia beri izin, namun dengan syarat Chan harus menjemput kedua bocah SMP itu dan tiba di rumah sebelum pukul delapan pagi.

Hello, Brothers! - SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang