05. Sembunyi, Ada Penculik!

2.1K 268 97
                                    

Hari itu, usai jam makan siang, suara deru mobil terdengar memasuki area pekarangan. Membuat Felix dan Seungmin yang tengah membongkar lego milik Changbin segera berlari ke arah pintu. Keduanya berjinjit sedikit untuk mengintip melalui jendela.

"Kak Chan sudah pulang? Tumben." Kata Seungmin, sambil bergeser-geser kecil ke samping karena Innie yang tiba-tiba merangsek masuk ke tengah-tengah dua kakak kecilnya itu. Dia juga mau tau siapa yang datang.

"Min, bagaimana kalau itu bukan Kak Chan?" Seungmin mengerutkan dahi. Jelas itu mobil kakak tertuanya, siapa lagi kalau bukan Chan?

Tapi, jika dipikir lagi memang agak aneh jika Chan pulang jam segini. Terlebih tadi pagi dia pamit untuk pulang agak malam karena ada rapat di kantor cabang.

Sebenarnya Felix dan Seungmin tidak mengerti, apalagi Innie. Yang jelas kalau Chan sudah mengatakan "rapat" dan "malam", itu artinya si sulung akan pulang larut hingga di atas jam 12 malam.

Lain lagi kalau Chan pamit untuk pulang "terlambat". Itu artinya dia akan melewatkan jam makan malam bersama dan baru sampai di rumah sekitar pukul delapan sampai sembilan malam.

"Jadi, siapa?" Innie ikut menatap Felix, menunggu jawaban.

"Mungkin, penculik?" Seungmin dan Innie sama-sama dibuat heran dengan hal itu. Kenapa tiba-tiba ada penculik?

Paham bahwa dua rekannya tidak mengerti, Felix melanjutkan. "Itu penculik, mau culik kita!" matanya mendadak melotot saat menjelaskan, sedikit menahan suaranya untuk tidak berteriak histeris. Takut-takut si penculik mendengar dan langsung menangkap ketiganya sembari berteriak 'ba!'.

"Kenapa dia mau culik kita?" Seungmin bertanya, masih tidak paham.

"Karena kita main lego Kak Changbin diam-diam."

Ketiga buntalan menggemaskan itu diam. Mencerna baik-baik kalimat yang baru saja keluar dari bibir Felix.

Masuk akal, sih. Kata Minho, penculik suka dengan anak-anak nakal yang tidak menurut.

"Benar juga." Itu Seungmin, disusul ketiganya yang saling bertatapan. Tau-tau mereka berlarian ke kamar sambil berteriak-teriak.

"Bi Eun, Bi Eun. Ada penculik, tolong.."

Bi Eun yang lagi sibuk mencuci piring kaget bukan kepalang. Diletakkannya piring yang belum dibilas itu asal, lalu lari terburu-buru ke sumber suara.

Baru saja keluar dari dapur, ia melengos menemukan Chan yang tengah menutup pintu. Dahinya berkerut ketika matanya bertemu dengan milik Bi Eun yang wajahnya diserang panik bak dikejar penjahat.

"Kenapa, Bi?"

"Anak-anak teriak ada penculik, saya kira siapa." Bi Eun menghela nafas, paham betul dengan situasinya.

Chan tertawa kecil, ia juga paham rupanya. Sudah bisa dibayangkan bagaimana ketiga bocah itu ketakutan dalam imajinasi mereka sendiri.

"Bi, tolong buatkan teh hangat, ya."

"Tumben. Biasanya minta yang dingin kalau jam segini."

"Gak enak badan, sepertinya kena demam. Tapi jangan bilang yang lain ya, Bi. Lagi pada sibuk." Tutur Chan, Bi Eun cuma menganggukkan kepala. Segera ia kembali ke dapur untuk membuat teh. Sekalian mengecek persediaan obat di kotak P3K.

Chan naik ke atas. Berniat untuk masuk ke kamar satu, kamarnya sendiri.

Berbeda dari kamar dua, tiga dan empat, Chan memang memilih tidur sendirian. Alasannya karena kamar itu ia pakai sekaligus untuk bekerja. Jadi tidak boleh berantakan, tidak boleh berisik pula.

Hello, Brothers! - SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang