10. Swalayan

1.6K 223 101
                                    

Hap!

Felix dan Seungmin melompat begitu Changbin membuka pintu swalayan. Keduanya girang bukan kepalang. Berbelanja bersama Changbin dan Minho memang menciptakan kesenangan tersendiri untuk mereka, salah satu alasannya karena boleh pilih banyak jenis cemilan yang diinginkan. Apalagi kalau itu Changbin, mudah. Tinggal tunjuk saja.

Terlebih swalayan ini terbilang lumayan besar. Cukup untuk menjadi pusat belanja kebutuhan sehari-hari dari warga perumahan sekitar. Lengkap. Mulai dari sekadar cemilan, bahan makanan, hingga peralatan rumah tangga.

"Hei, jangan berlari," tegur Minho begitu melihat si kembar berlarian dengan tangan bertaut satu sama lain, kebiasaan. Keduanya tinggalkan Changbin dan Minho yang menggandeng Innie. Bibir si bungsu agak mengerucut, kesal. Ia ingin ikut Felix dan Seungmin saja, namun si kakak tak mau lepaskan tangannya barang sebentar saja. Padahal Innie kan sudah besar, pikirnya.

Changbin mempercepat langkah, mengejar dua bocah yang sudah masuk ke deretan cemilan manis. Suara berisik keduanya menyentuh telinga si kakak meski ia masih berada sepuluh langkah di belakang.

"Minnie, yang kuning atau merah?" Felix menatap Seungmin, yang ditanya letakkan jari telunjuk di dagu-berpikir.

"Lixie mau yang mana?" Seungmin tanya balik, buat Felix ganti berpikir.

"Merah, bagaimana?" yang ditanya keluarkan opini. Si lawan bicara diam sejenak, menimbang pilihan Felix. Inginnya ia ambil permen varian kuning dengan rasa jeruk, tapi kembarnya justru kasih tawaran berbeda.

Changbin yang memperhatikan keduanya cuma tertawa kecil, lucu melihat ekspresi Seungmin yang terjebak tekanan batin. Kasihan, padahal masih muda.

"Ambil saja dua-dua. Merah dan kuning, oke?" Changbin hampiri keduanya, tangannya mengusak kepala Felix dan Seungmin yang disambut dengan teriakan girang sembari mengambil masing-masing satu bungkus permen.

"Lixie, Minnie.."

Suara Innie membuat ketiganya menoleh. Rupanya si bungsu sudah berdiri di atas troli sambil lambaikan tangan. Minho yang ada dibelakang gelengkan kepala, adik-adiknya yang manis dan penurut jika di rumah berubah jadi kelewat berisik kalau pergi berbelanja. Kadang-kadang si kakak sampai dibuat malu.

"Lixie mau naik juga!" Felix berteriak sembari melompat-lompat. Membuat beberapa orang yang lewat menyempatkan diri untuk menoleh, sekadar ingin tahu dari mana asal suara berisik itu.

"Tidak bisa, Lix. Nanti trolinya rusak." Minho tatap adiknya yang ambil ancang-ancang untuk naik kesana.

"Bisa, kan Lixie tidak berat." Bocah itu tidak terima, ia mau ikut naik juga.

"Masa kamu mau tinggal Minnie jalan sendiri." Ganti Changbin yang coba larang si adik, membuat Felix menghela nafas. Ia jelas memilih naik troli dibanding berjalan mengitari swalayan seluas ini, tapi tidak tega juga kalau sampai harus tinggalkan kembarnya. Felix kan setia kawan.

"Kalau begitu, Kak Changbin ambil troli satu lagi untuk Minnie dan Lixie." Seungmin menarik ujung jaket Changbin, menyuruh si kakak menurut lewat matanya. Yang ditatap jelas tak bisa bantah, mana tahan lihat wajah gemas adiknya.

Jadi begitu Changbin ambil troli, Seungmin buru-buru naik ke atas sana. Sementara Felix ditahan Minho, katanya lebih baik bocah itu bersama Innie yang lebih ringan. Bisa rusak troli itu kalau menampung dua bocah berusia 6 tahun yang bakal sibuk loncat-loncat. Malu, ditambah harus keluar uang untuk mengganti biaya kerugian nanti.

"Dah, Lixie dan Innie. Sampai bertemu nanti." Seungmin lambaikan tangan ketika Changbin mulai mendorong troli menjauh.

Sebenarnya hari ini tidak ada jadwal belanja-karena itu dilakukan setiap awal bulan, sedangkan saat ini masih tanggal dua puluhan. Semua bermula dari Changbin yang baru pulang berkemah mendadak minta dibuatkan pasta yang kebetulan stoknya habis. Maka atas titah Minho dirinya bergegas pergi ke swalayan terdekat untuk membeli beberapa bahan yang diperlukan.

Hello, Brothers! - SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang