"Sebobrok-bobroknya bokap gue. Gue tetep sayang sama dia."
-Razen.
.
.
Setelah melalui Drama di kejar Bencong pada pagi buta. Kini Razen dan Galen berakhir duduk di depan seorang laki-laki berjaket kulit berwarna hitam dengan tatapan dinginnya.Kedua tangan mereka sudah di borgol, dan sekarang mereka tengah menunduk dalam menghindari tatapan para polisi kelaparan yang menatap mereka geram. Sebenarnya bukan sekali dua kali mereka datang ke kantor polisi ini sebagai tersangka. Bahkan Galen pun sampai tidak ingat sudah berapa kali ia datang kesini. Saking seringnya ia tertangkap polisi. Bahkan ada beberapa polisi yang Galen kenal. Salah satunya..
"Kalian berdua tau Apa kesalahan kalian?." Setelah membiarkan hening menyapa ruangan itu selama lima belas menit. Akhirnya laki-laki yang duduk angkuh di depan Galen dan Razen sambil memainkan gelas kopinya pun berujar dingin.
Di tempatnya Razen mengangguk. Karena ia sadar diri. Tentang apa yang ia lakukan. Merusak properti pemerintah dan orang lain tanpa izin. Beda halnya dengan Razen yang mengakui kesalahan, Galen malah menggeleng tak kalah Angkuh. Tatapan laki-laki itu menantang. Tanpa rasa takut sekalipun. Meskipun sejatinya ia tau, siapa orang yang duduk di depannya. Tuan Faranda Adiksha yang terhormat. Seorang pimpinan polisi di kantor itu. Dan banyak di segani oleh para bawahan nya. Jangan tanya mengapa Galen bisa tau. Perlu di garis bawahi lagi bahwa Galen adalah langganan Keluar masuk kantor polisi ini. Bukan keluar masuk untuk minta foto atau jadi babu ya tapi jadi Tersangka. Catat Tersangka.
"Ngga tuh pak polisi yang terhormat. Mendadak saya amnesia. Menurut bapak kenapa ya saya bisa ada di sini?." Galen bertanya polos, bahkan ia sampai mencondongkan tubuhnya supaya lebih dekat dengan Randa meskipun harus terhalang oleh meja kerja sebagai sekat pembatas mereka.
Randa mendengus, laki-laki berwibawa itu mendorong kening Galen supaya menjauh darinya. "Tidak usah berpura-pura. Kamu tau kertas-kertas di meja saya kebanyakan hanya tentang kamu yang membuat keonaran." Balas Randa terkesan malas sekali menanggapi mangsa liarnya itu.
Galen mendengkus keras. Bibirnya monyong-monyong menirukan ucapan Randa. Wahh.. berani sekali lelaki itu pada polisi yang paling di segani ini.
Sementara di sampingnya Razen menghela nafas sabar. Ingin sekali ia menepuk jidatnya, merasa sial mendapatkan seorang ayah seperti Galen. Tapi keinginan nya ia urungkan ketika tau jika kedua tangan nya di borgol. Oke anggap saja itu kesialan kedua Razen.
"Dino bawa mereka berdua ke jeruji besi. Dan jangan lepaskan mereka selama seminggu."
"WHATT?." Pekik Galen luar biasa terkejut mendengar ultimatum dari kepala polisi itu. Bahkan saking terkejutnya laki-laki itu refleks berdiri dengan mulut menganga. Begitupun dengan Razen. Jantung pemuda itu nyaris saja copot dari tempatnya tatkala ucapan Randa menyapa rungu.
"Kenapa?. Saya salah? Heh? Itu hukuman buat kalian berdua yang sudah merusak properti pemerintah dan juga orang lain. Entah sudah berapa kali kalian melakukan ini. Jika waktu itu saya melepaskan kalian dengan mudah. Maka sekarang tidak ada kata ampun lagi untuk kalian." Tukas Randa panjang lebar. Mata sipit laki-laki itu bahkan melotot garang. Seakan menantang tersangkanya.
Galen yang hendak mengeluarkan protesan nya lantas terdiam menunduk. Posisinya masih berdiri, dengan pikirannya yang diajak berpikir keras Untuk menemukan jalan keluar bagaimana ia harus bebas dari tempat sialan ini sekarang juga. Bukan apa-apa. Kalau dia saja yang di penjara, dia tidak masalah. Tapi...
Galen melirik Razen yang sedari tadi hanya berdiri tanpa mengeluarkan suara. Bukan Razen sekali, pikir Galen. Padahal setau Galen anak semata wayangnya itu luar biasa cerewet. Bahkan dulu mereka juga pernah berada di posisi seperti sekarang, tapi waktu itu Razen terus berbicara guna membela diri. Tapi sekarang? Apa yang terjadi dengan anak itu? Kenapa mendadak diam? Apa jangan-jangan kepala anaknya kepentok gagang sapu. Mangkanya jadi diam?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Razen [COMPLETE] ✔
General FictionNamanya Arrazenva. Nama yang unik persis seperti orangnya. biasa di panggil Razen atau teman-temannya suka memanggil dia dengan sebutan 'si Mercon' itu di karenakan setiap Razen berbicara bawaanya ngegas mulu. udah ngegas pedes lagi. maka dari itu '...