Kisah Kesembilan

3.5K 454 141
                                    

Bandara Soekarno-Hatta Malam ini begitu ramai dengan lalu lalang orang-orang yang hilir mudik ke luar masuk pelataran. Membuat Galen yang sedari tadi duduk di kursi tunggu memandang malas orang-orang tersebut. Bahkan sesekali lelaki berkepala tiga itu menguap lebar tatkala rasa kantuk mulai menyerang.

Ingin sekali ia kembali ke Apartement, mengingat Kasur empuk yang siap memberi kenyamanan saat tidur. Tapi niatan itu harus tertahan, karena mengingat pesan Hana yang mengatakan jika ia mengambil penerbangan cepat dan kemungkinan besar pesawat akan mendarat ke Indonesia sekitar tengah malaman. Dan well.. berakhirlah sekarang dengan Galen yang kesepian menunggu kedatangan sang pujaan hati dengan kantuk yang terus ia rasakan.

"Hoaaamm.. si Hana kemana sih? Tuh cewek kenapa belum dateng-dateng juga." Dumel Galen yang sudah tidak kuat lagi menahan mata lima watt-nya seraya melihat jam di tangan yang menunjukan pukul 23:45 WIB.

"Au ahh.. dari pada gue nahan ngantuk. Mending tidur disini aja." Monolog Galen. Dan lima detik kemudian, laki-laki yang memang sudah sangat mengantuk itu pun langsung terlelap di kursi tunggu dengan keadaan mulut terbuka. Persetan dengan ia yang akan menjadi tontonan. Toh.. urat malu Galen kan emang sudan putus sejak lahir.

Baru dua puluh lima menit ia menyelami alam mimpi. Galen langsung tersentak dengan kedua mata yang membelalak kaget serta kesadaran yang di tarik sempurna ketika merasakan pukulan pedas yang mendarat pada wajah tampan luar biasa miliknya dengan ganas.

Baru saja ia ingin mengumpati orang yang sudah berani memukul wajahnya. Tapi tidak jadi. Ketika tau jika pelaku pemukulan itu adalah wanita cantik bersurai coklat, panjang bergelombang. tengah berdiri tepat di depan nya sembari melipat tangan di depan dada dan melotot tajam.

Tentu saja, umpatan yang sudah Galen siap luncurkan harus di telan dalam-dalam. Laki-laki itu langsung cengengesan di tempat dan mengusap bagian belakang kepalanya.

"Ehhh.. sayangnya GalGal.. malem." Sapa Galen.

Perempuan di depan Galen merotasikan bola matanya jengah, tanpa mengucap satu kata pun wanita itu langsung melempar tas jingjing yang ia bawa tepat ke depan wajah Galen. Sadis memang. Tapi wanita itu mana peduli. Karena selanjutnya, setelah melempar tas ke depan muka sok kegantengan Galen, wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Hana itu langsung berlalu dari hadapan suaminya dengan menggeret koper putih di tangan. Meninggalkan Galen dengan segala gerutuan nya.

"Ya Allah sabarkan hamba yang punya istri kayak gitu. Untung sayang Han. Kalo nggak udah gue jadiin dadar telor lo." Cerocos Galen kesal dengan tubuhnya yang ia paksa berdiri dan mengejar Hana yang sudah mulai menjauhinya.

"Ayang beb jangan galak-galak sama Aa neng, entar Aa di gondol perawan tetangga eneng Nangis darah lagi." Goda Galen sesaat setelah ia berhasil menyamakan langkahnya dengan Hana. Sesekali lelaki itu mencolek dagu Hana dengan kerlingan jahil.

Hana berdecih, tangan nya dengan ringan menampar pipi Galen cukup kencang. Yang saat itu langsung membuat Galen memekik kesakitan.

"Auw.. yang, Jangan sadis-sadis gitu ihh sama Aa."

"Len kalo lo ngomong kayak gitu lagi, serius gua bakal mutilasi lo." Ancam Hana yang sudah mulai jengah dengan tingkah pecicilan Galen.

Tentu saja ancaman itu berhasil, buktinya sekarang Galen langsung mengatupkan mulutnya rapat. Karena laki-laki itu tau jika ancaman Hana tidak main-main.

"Ya.. Sorry Han. Gue kan cuma mau bikin lo senyum elah.."

Hana mendelik, lalu tanpa aba-aba wanita itu menendang tulang kering Galen yang lagi-lagi membuat cowok itu mengaduh.

"Jahat banget sama gue Han. Sakit nih." Protes Galen mengelus-ngelus tulang keringnya yang berdenyut sakit.

Sedangkan Hana, dia tampak tidak peduli dengan protesan ataupun ringisan Galen. Sudah biasa baginya. Iya biasa.. melakukan KDRT pada Galen dan biasa mendengarkan ringisan Galen.

Kisah Razen [COMPLETE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang