Bagian Delapan

52 13 3
                                    

Selamat Membaca Cerita Kutub Utara

"Dosa masalalu adalah
boomerang bagimu"

***

Hari ini panas sekali, walaupun masih menunjukkan pukul tujuh lewat namun sinar Matahari sudah mampu menembus masuk melalui jendela kelas. Sang surya tampak tenang diatas sana. Seraya merasakan sapuan cahaya diwajahnya, Nathan memperhatikan Asep yang tengah fokus menyalin pr miliknya.

Bel masuk sudah berdering beberapa menit yang lalu. Hari ini jadwal pelajaran olahraga, namun kelas Nathan lagi-lagi sedang freeclass karena guru olga mereka-Pak Adit belum sembuh total dari semenjak sakitnya seminggu lalu. Mungkin karena alasan cuaca yang sangat terik membuat sebagian penghuni kelas memilih untuk berdiam diri saja dikelas.

Nathan menghela napas mendengar perseturuan dua manusia yang duduk dibelakangnya itu. Gavin dan Bagas walaupun kemana-mana sering bersama tapi mereka juga tak jarang kelihatan adu cek cok, entah apa yang mereka perebutkan Nathan benar-benar tak mau peduli.

Pandangannya kini ia alihkan ke Alfi. Cowok itu kelihatannya sangat anteng dengan airphone yang bertengger di salah satu telinganya. Tak lupa tangan yang satu digunakannya untuk menulis. Alfi itu bukan orang yang suka melakukan hal kurang berfaedah. Nathan berasumsi yang dilakukan Alfi saat ini pasti belajar online.

Freeclass seperti ini membuat murid-murid mencar ke rombongan mereka. Ada yang memilih main game dipojokan, selfi-selfi, live di akun instagram hingga membuat boomerang berkali-kali adalah kebiasaan cewek selain bergosip kala berkumpul.

Cowok tinggi berparas hitam-manis masuk kedalam kelas tak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu. Ketua kelasnya ini terbilang cukup alim dibanding dengan teman-temannya yang kelewat bangsat.

"Guys diem dulu woy ada pengumuman nih!" seru Tino.

Sekarang ruang kelas berubah hening.

"Coba deh balik dulu ketempatnya, biar rada rapi dilihatnya."

Setelah perintah dari Tino, akhirnya mereka menghela napas pasrah dan mulai kembali pada bangkunya masing-masing.

"Tadi gue dipanggil Kepala Sekolah buat gantiin Pak Bayu bawa tuh murid baru ke sini."

"Murid baru? Maksud lo apaan dah?" tanya Asep.

Tino melambaikan tangannya kearah pintu, terlihat memanggil seseorang. Dengan anggun gadis cantik itu berjalan masuk kedalam kelas. Terdengar beberapa sorakan menggoda dari para kaum adam penghuni kelas ini. Perlu kalian ketahui murid baru tersebut baru masuk hari pertama saja sudah memakai seragam bak kurang bahan, jadi pantas saja para lelaki hidung belang berteriak histeris.

Nathan mengernyit menatap lamat-lamat cewek itu, ia seperti mengenali cewek yang notabene murid baru itu.

"Jennie?" ucap Nathan berbisik.

Nathan melirik tempat duduk didepannya, Alfi benar-benar tak mengalihkan perhatiannya menatap ponsel, padahal kelas sedang gaduh.

Gadis yang berdiri disamping Tino kini memudarkan senyumnya kala melihat Alfi yang sama sekali tak mengindahkan kehadirannya. Menghela napas panjang, kemudian memaksakan senyumnya kembali.

"Halo semua, namaku Jenni Marga Prinda. Panggil Jenni aja" ucapnya seceria mungkin

Sedari tadi Asep menerka-nerka merasa kenal dengan murid baru itu, akhirnya setelah sang empu memperkenalkan diri barulah Asep ingat siapa dia. "ANJIR CABE. LO NGAPAIN KESINI?!" teriak Asep tiba-tiba.

Kutub UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang