Selamat Membaca Cerita Kutub Utara
"Gue benci segala hal yang gak bergua. Gue benci jadi nggak berguna, pun gue benci mikirin atau ngelakuin hal yang gak berguna. Karena prinsip gue jadi ratu, bukan budak."
***
Belum lima langkah Echa menyentuh gerbang rumah, lagi-lagi Elang mengintrupsikan dirinya untuk berhenti. Sudah lebih lima kali tangannya ditarik ulur oleh Elang agar tidak langsung masuk kedalam rumah. Hingga gadis itu berdecak sebal, "Ck, Papa gak bakal gigit lagian" ujarnya sambil menatap Elang tajam.
Nyalinya menciut, ia kini pasrah berjalan mengekor dibelakang Echa dengan mengepalkan kedua tangannya yang sedari tadi panas dingin.
"Selamat sore, Nona" sapa Laki-laki berstelan Satpam dengan bicara formal saat pagar rumah tiba-tiba terbuka.
"Masya Allah" teriak Elang terlunjak kaget dengan kemunculan orang itu yang menurutnya terlalu tiba-tiba.
"Sore" balas Echa, "Tolong masukin mobil putih di depan, Pak" lalu dia menaikkan satu alisnya pada Elang "kuncinya lo kasih Pak Adit."
Dengan cepat Elang menjulurkan kunci mobil berbandulan salah satu karakter Anime Boku No Hero Academia pada Laki-laki ber-nametag Adit yang dia rasa masih berumur tidak jauh lebih tua darinya.
"Papa di dalem kan, Pak?" tanya Echa.
"Sudah pergi siang tadi bersama orang tua Mas Nando ke Canada, Nona. Balik ke Indo lagi mungkin pekan depan" ujar sang Satpam.
Echa menghembuskan napas panjang. Papanya itu selalu saja sibuk dengan pekerjaan, tidak peduli sekalipun hari weekend, akan tetap terbang ke Negara bisnisnya kapanpun ia dibutuhkan disana. Echa juga tidak bisa melarang, karena ia paham betul bagaimana Tn. Arya menganggap bisnis adalah dunianya, karena beliau telah merintis karirnya dari nol hingga sekarang benar sukses adalah dalam dunia bisnis. Yang selalu paling Echa khawatirkan adalah kesehatan Papanya, ia tidak mau jika harus kehilangan orang yang sangat dia cintai untuk berulang kalinya.
"Tumben Bapak nggak ikut?" tanyanya lagi.
"Tuan menugaskan saya untuk menjaga Nona 24 jam penuh. Saya permisi ke depan dulu, Nona."
Setelah mempersilahkan Satpam rumahnya untuk memindahkan mobil Elang ke garasi, ia segera mengecek ponselnya takut-takut ada notifications dari ayahnya. Ah, sepertinya dia melupakan bahwa sedari tadi handphonenya sudah batterylow.
"Satpam baru, ya?" tanya Elang.
Echa menggeleng, "udah sekitar lima tahun mungkin gue lupa, kenapa?"
"Setau gue dulu Mang Bahar suami Bi Ami yang jadi Satpam sekaligus supir Papa, deh."
Echa kembali menaikkan satu alisnya mendengar ucapan Elang, bingung harus merespon seperti apa. "Masuk aja yuk, panas males banget gue."
"Itu, Pak Satpamnya..."
Belum selesai Elang melanjutkan ucapannya, tangan kanannya tiba-tiba ditarik kecang dengan tidak manusiawi oleh gadis tidak waras nan biadab yang enggan Elang akui sebagai adiknya jika sudah bertingkah menyebalkan seperti ini.
"Abis hujan gini dibilang panas, waras lo?!" cibir Elang dibelakangnya dengan nada pelan, tapi bukan Amareesha Putri Geofandri namanya jika tidak terlalu teliti dengan segala hal.
"Gerah body maksud gue, mau mandi ini" kesal Echa hingga berkali-kali menghembuskan napas gusar. Baru ketemu satu hari saja sudah membuatnya sebal, bagaimana jika mereka tinggal serumah untuk selanjutnya?