O9. Good 4 U

308 48 3
                                    

Siyeon memijit pelipisnya pelan, ia kembali menatap soal-soal di depannya. Kalo ini di anime mungkin, mata Siyeon udah muter-muter terus di atas kepalanya udah ada benang kusut.

Siyeon kembali fokus sama soal-soal di depannya, tapi beberapa menit kemudian dia ngangkat tangannya.
"Nyerah gue anjir!" Ujarnya lalu menutup buku di depannya.

Siyeon mengambil handphonenya dan membuka aplikasi chat sejuta umat.

Bf 💘
Online

Jen?|
Lagi dimana?|
Temenin jalan-jalan dong . .|

| Kapan? Gak bisa sekarang tapi yeon
| Masih ngejar nilai, kamu juga bukannya harus belajar kan?
| Katanya mau satu univ 🙄

Aku udah belajar 2 minggu penuh belakang inii|
Capek|
Yaudah kalo gitu semangat belajarnya.️|

| Aku tau kamu emang capek, tapi kamu harus tetep semangat ya?
| Nanti aku call kamu deh kalo aku punya jadwal, kita qtime buat kasih kamu rewards

Seriously? 😆|

| Ofc, sabar ya yeon?

| Hehe iya deh, semangat belajarnya kalo gitu pacar 😜

| U too cantik 💘
Read

Nyatanya Siyeon gak ada ngindahin suruhan Jeno yang nyuruh dia buat belajar lagi.

Siyeon capek serius, Siyeon mumet. Pengen refreshing bentar. Udah 2 mingguan ini dia sibuk sama buku-bukunya.

•••

Siyeon mengetuk pintu kamar Abang nya. Tidak ada jawaban, ia lalu mendorong pelan pintu kamar Lucas.

Berdecak pelan saat melihat Lucas yang masih anteng berada di ranjangnya, Siyeon lalu menarik pergelangan kaki cowok tersebut sampai terjatuh dari tempat tidurnya.

Dan, berhasil. Lucas terbangun dari tidurnya, dan beranjak berdiri dengan sorot mata kosong. Persis seperti orang yang baru berevolusi menjadi zombie.

Siyeon mau ketawa rasanya.

"Bang."

Lucas tak menjaaab, sorot matanya masih kosong.

"Abanggg." Teriak Siyeon sembari menampar pipi kanan Lucas lumayan keras. Sumpah deh, Siyeon minta maaf kalo tindakannya tadi bikin dia di cap jadi adek durhaka.

Seakan tersadar, Lucas menoleh cepat kearah adiknya.
"Yeon, lo gila ya?"

"Ya abisnya, abang tadi kayak orang baru berevolusi jadi zombie. Serem tau." Siyeon melipat kedua tangannya di depan dada.

Lucas melotot, lalu setelahnya ia melempar badannya ke atas kasurnya dan memeluk gulingnya erat.
"Yaudah sana pergi, gue masih ngantuk."

"Ihhhh abang temenin Siyeon ke maaalll"

"Ogah, pergi sana sendiri,"

"Gamauuu." Balas Siyeon terus narik kaki abangnya sampe jatuh lagi. Miris.

"Siap-siap ya putra mahkota, tuan putri tunggu di ruang tamu, ok?" Siyeon ngedip terus cepet-cepet lari keluar kamar Lucas.

"Anjing emang punya adek."
•••

"Abang, yang ini bagus gak?" Tanya Siyeon sambil mengangkat satu helai baju berwarna biru langit.

Lucas menoleh.
"Iya bagus deh."

"Kalo yang ini?"

"Bagus juga."

"Ini?"

"bAGUS SIYEONNN, apapun yang dipake sama lo bagus kok."

Siyeon senyum manis, terus langsung bayar baju-bajunya. Abis itu dia gandeng tangan Lucas buat dibawa ke luar dari butik.

"Bang, tunggu di parkiran aja ya, Siyeon mau beli boba bentar. Abang mau?"

•••

"Yah belanjaan gue.." gumam Siyeon menatap belanjaannya miris.

"Oh? Sorry gue gak sengaja."

Siyeon mengangguk, lalu memunguti keresek-keresek belanjaannya tanpa menengok ke orang yang tadi menabraknya.

"Sorry sekali lagi, ya. Gue bener-bener gak sengaja," ucap perempuan yang tadi menabraknya.

Siyeon mengangguk sambil tersenyum.
"Gapapa kok. Gue juga salah jalan ga liat-liat," lalu atensi Siyeon menangkap sesosok yang ia kenal di sebelah perempuan ini.

"Loh, Jeno?" Siyeon mengernyit halus. Kenapa Jeno bisa ada disini? Bukannya tadi dia bilang lagi belajar buat persiapan UN?

"Siyeon?" Tanya Jeno tak kalah kaget. Sumpah, harusnya kan pacarnya ini lagi di rumah sekarang, belajar kayak minggu-minggu sebelumnya.

"Eh? Kalian kenal?" Gadis yang datang bersama Jeno menatap keduanya bingung.

Siyeon yang mendengar itu sontak mengalihkan pandangannya ke bawah, ke tempat tangan Jeno dan perempuan ini yang sedang terpaut.

"Kalian pacaran?" Tanya Siyeon tenang. Jeno makin kaget. Mampus deh ke gep.

Sesuai dugaan perempuan di depannya mengangguk sembari tersenyum manis,
"Kami sudah tunangan. Ngomong-ngomong, kenalin, Choi Hayoung."

Siyeon tersenyum. Sopan banget, manis lagi. Kayaknya ga cocok buat cowok kayak Jeno.
"Park Siyeon, temen satu sekolahnya Jeno. Nice to meet you ya, Hayoung."

Lalu mata Siyeon kembali menatap Jeno,
"Btw, lo kok jadi jalan-jalan disini sih, Jen? Katanya lagi sibuk belajar."

Hayoung mengerut halus.
"Belajar?"

Siyeon mengangguk.
"Gue tadi ada minta tolong anterin proposal ekskul sama Jeno, tapi katanya dia lagi belajar? Makanya nggak bisa anterin." Maaf ya mama, Siyeon berdusta dulu.

Hayoung menggeleng pelan.
"Jeno dari siang tadi sama aku terus, belum ada belajar." Hayoung lalu menatap Jeno, "Kamu kok gak bilang kalo ada janji sama temen?" Sambungnya.

Jeno hanya terdiam, tak tau harus memberi alasan apa.

Siyeon menghembuskan nafasnya, kemudian menoleh menatap Hayoung.
"Gapapa kok, Hayoung. Ngomong-ngomong gue duluan deh, ya. Kasian abang nunggu di parkiran sendirian."

Siyeon lalu terdiam sejenak.
"Hayoung, langgeng ya sama Jeno, kalo nikah jangan lupa undang gue hahah." Ucap Siyeon sambil berusaha tersenyum semanis mungkin.

Hayoung mengangguk sambil balas tersenyum manis.
"Aku minta maaf atas nama Jeno ya, Siyeon, iya pasti diundang kok hehe. Kamu kan temen sekolahnya."

Siyeon tersenyum tipis. Teman sekolah ya?
"Yaudah deh, Hayoung. Duluan ya, bye. Bye Jeno!" 

siyeon dan jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang