duabelas

8 0 0
                                        


Setiap malam ada yang duduk termenung, ditemani remang-remang lampu seakan menjadi jawaban dari raut wajahnya. Kesenduan merasuk hatinya, membawa kekosongan dalam setiap tatapnya. Mengusir senyum yang kerap kali terukir pada bibir.

Setiap malam ia merenung dalam diam, batin dan logika bertengkar hebat menjadikan sukma sebagai korban. Seakan kesadaran perlahan terhisap, masuk pada zona imaji dimana semua yang diharapkan seolah nyata dan benar-benar terjadi. Ilusi menjadikan ia nyaman, hingga kadang lupa bahwa ekspetasi tak selalu berjalan bersama realita.

Setiap malam ia bekerja keras untukk berpikir perihal apa arti hidup yang diombang ambingkan takdir. Kerap kali takdir membawanya pada sebuah ketidak pastian, kadang juga kekhawatiran, kesukaannya adalah kebimbangan, yang selalu saja berujung pada penyesalan karena individu terlanjur bertahan pada satu titik dimana kejelasan tidak terlihat sama sekali.

Bahwasannya takdir punya tujuan, dimana ia ingin agar hidup terus berjalan. Sebuah pilihan merupakan dorongan, dan keraguan merupakan alarm bagi sang individu, sebagai pengingat bahwa waktu tidak pernah diam, dan terus berjalan hingga memaksa takdir untuk mendorong sang individu yang kerap kali diam ditempat. Penyesalan merupakan teguran bagi mereka, bahwa waktu tak bisa diputar kembali.

Sepatah kataWhere stories live. Discover now