Tulisan lama: 2019
Untuk; dia
Dari: aku
Lewat surat ini kunyatakan perihal rasa yang mungkin atau memang tidak akan tersampaikan kepadamu. Lewat surat yang hanya akan kusisipkan di antara sela-sela buku hingga lupa bahwa aku pernah menulisnya. Hingga lupa bahwa aku pernah menyimpan rasa padamu. Seseorang yang tak mungkin akan kugapai hingga akhir.
Mungkin cukup saja kusimpan sendiri. Menyampai rindu lewat doa saja. Berangan bersama bintang dan bulan tentang "kita" yang hanya setinggi ilusi. Imajinasi liar yang berlari-lari di dalam pikiran hingga buat senyum-senyum sendiri.
Mungkin cukup saja sampai dalam hati. Biar perasaan ini hanyalah menjadi perasaan sepihak tanpa balasan dari pihak lain. Karena hanya ada dua balasan, "terima" atau "tolak".
"terima" mungkin terlalu mustahil untuk diraih biarpun sudah berpikir dari berbagai prespektif. Itu adalah hal yang paling mustahil. Kemungkinannya terlalu kecil karena kupikir memang takdir tidak berminat untuk membuat aku dan kamu menjadi satu. Mungkin ia lebih berminat untuk bermain-main dengan 'perasaanku' dengan objek yang digunakan adalah "kamu".
Dan "tolak" adalah satu-satunya kemungkinan, ralat, kepastian yang akan kudapat. Jadi tidak apa, lebih baik membunuh perasaan tanpa diungkapkan daripada kamu sendiri yang membunuh perasaan ini. Alternative terbaik supaya efek samping sakitnya tidak terlalu terasa. Meski sebenarnya pasti akan terasa dan itu benar-benar sakit.
Namun tak-apa, tak-ada niat sedikitpun dariku untuk menghapus setiap rasa yang tercipta untuk dirimu, tak-ada niat sedikitpun untuk memusnahkannya. Biar saja dia ada. Sampai akhir. Sampai aku lupa bahwa aku menaruh rasa padamu; yang tak kunjung melihat kearahku.

YOU ARE READING
Sepatah kata
Poesiasebagian masih disimpan rapat dalam hati, mungkin nanti bisa dibagi barangkali menjadi obat untuk patah hati. sebagian masih berputar dalam pikiran, bermain-main dengan batin bertengkar dengan logika, menghasut batin, membuat sukma menjadi pening ...