Lagi puasa ya? Semangat!! :P
Nyemen bareng nggak?
Kuyy la wkwk
Btw apa kabar nih, hati sehat?
Alhamdulillah, gue sendiri sehat. Sangking sehatnya, ampe lupa kalo gue udah move on dari Friendzone wkwk.
Vote
Comment
Tap to Reading list
Recommended
Follow
Chat gue!
Udah?
Happy Reading :)
***
tak ada sentuhan, selain pada papa dan pria yang akan menjadi suamimu.
***
Playlist : One Direction - They don't know about us
Pagi hari membuatku bingung, tepat ketika membuka mata lalu mengerjapkannya menyesuaikan dengan cahaya ruangan, sejak kapan aku berada di kamar? Terakhir yang kuingat hanya aku yang terpejam di paha pak Ardan sebagai bantalan. Ah, lelaki itu yang memindahkannya?
Ku angkat tubuhku untuk duduk di atas kasur, namun baru saja terduduk kepalaku berdenyut pandanganku pun berkunang seolah bumi sedang berputar dan aku didalamnya.
"Sshh sakittt" ringisku
Suara pintu terbuka dan peralatan makan yang bersentuhan ku dengar, sesuatu dengan gesit bersentuhan dengan nakas. Punggung Tangan yang dingin menyentuh bagian wajah dari dahi, pipi, turun ke leher dan sepanjang lenganku. Lalu dengusan nafas kasar seperti kekhawatiran aku rasakan.
"Kamu demam" kembali aku rasakan tubuhku diangkat, bersandar di kepala ranjang. Pijatan hangat mendarat di dahi "kamu bisa makan? Saya suapi setelah itu minum obat dan kamu bisa istirahat kembali"
Kugelengkan kepala, perutku mual sekali membayangkan makanan memasuki mulut. Apalagi jika nasi cair atau biasa disebut bubur, aku benci memakan sesuatu yang terlalu lembek.
"Nanti aja pak, mual"
"Saya beri tawaran, makan sekarang sukarela atau saya paksa dengan mulut saya yang menyuapi?"
Mendengar itu, aku membelalak tajam.
***
Papa bilang, kondisinya sudah lebih baik setelah istirahat cukup padahal aku sudah dewasa sudah bertemu banyak orang dengan banyak ekspresif pula . Apa bisa mengelabui ku dengan hal yang sama, aku tahu di balik senyum yang bahkan tak menyentuh mata itu menyimpan luka yang sama denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate my Lecturer cause you're my Husband | √
Teen FictionKarena bayang masa lalu, Ardan rela menikah dengan mahasiswi yang tidak ia kenal. Sekilas melihat foto seorang gadis cantik membuat tanpa pikir panjang menyetujuinya, harapannya hanya ingin melihat kebahagiaan di mata sang gadis. "I love you, sir!"...