Nyatanya, tanpa sadar semua ucapan kamu begitu berharga, begitu mempengaruhi sifatku.
-Aletta Airishyta Rosdiana
Happy reading😊
Suasana kelas yang sedikit gaduh tidak membuyarkan otak seorang wanita yang tengah berusaha memfokusnya otaknya pada jejeran angka yang berada di selembar kertas tepat di atas mejanya.
"Kenapa?" tanya Angga yang mulai jengah dengan tingkah wanita disampingnya yang tidak bisa berhenti mengeluh, bahkan duduknya pun tidak bisa serapih ia biasanya.
Terdengar pelan helaan napas dari wanita di sampingnya. Jujur, ia juga tidak betah berada di ruangan itu. Tapi mau bagaimana lagi? Tugasnya sebagai pelajar adalah belajar agar bisa membahagiakan orang tuanya yang memaksanya harus berada di sana.
"Berisik!" tukas Aletta.
Angga mengernyit sebentar, berusaha mengerti ucapan wanita itu namun hasilnya nihil.
Apa salah gue? Kok dia marah?, pikir Angga.
Angga memikirkan jawaban dari semua pertanyaan yang tiba-tiba bersarang di otaknya. Dengan satu tarikan napas, Angga mencoba menanyakannya pada Aletta.
"Salah gue apa, Ta? Kok lo marah?" tanya Angga.
"Bukan lo kok, tapi mereka" jelas Aletta sembari berusaha menarik senyumnya.
Angga yang mendengar itu pun tersenyum lega, karena ia pikir Aletta sedang marah padanya dengan alasan yang bahkan ia sendiri tidak tau.
Mata mereka kembali terfokus pada jejeran angka lagi. Otaknya sedang berpacu mengerjakan soal yabg lebih sulit daripada cobaan hidup mereka. Tanpa mereka ketahui satu sama lain, matematika adalah pelajaran yang sama-sama mereka benci.
Kring.. Kring..
Bel sekolah berbunyi, menandakan berakhirnya semua penderitaan semua siswa SMA Adiyakya yang kini mulai berhamburan keluar kelas menuju parkiran dan gerbang sekolah yang sudah terbuka lebar seolah mengusir kehadiran mereka.
"Ta, mau pulang bareng?" ucap Angga di sela-sela pekerjaannya memasukkan beberapa alat tulis ke dalam tas berwarna abu-abu.
Aletta terdiam sebentar, memikirkan jawaban atas pertanyaan Angga. Terlebih lagi ayahnya dan Kak David tidak bisa menjemputnya. Tapi disisi lain, ia juga memiliki sahabat yang jujur ia rindukan waktu kebersamaan mereka.
"Ta, pulang bareng kita gak?" tanya Rizka.
Mati gue, rutuk Aletta dalam hatinya. Ia bingung harus memilih jawaban untuk pertanyaan yang di ajukan Angga dan Rizka. Seandainya tubuhnya bisa di belah dua, mungkin ia tidak akan sebingung ini. Matanya memejam sebentar lalu menarik napas dan membuangnya secara perlahan.
"Sorry, Riz, Kay, gue gak bisa pulang bareng kalian dulu. Gue bareng sama Angga" lirih Aletta setelah memantapkan hatinya untuk memilih.
Karena dalam diri Aletta, pintu hatinya perlahan mulai terbuka membiarkan Angga masuk ke dalam hidupnya yang masih abu-abu akibat kenangan bersama Michael dan penghianatannya yang terus berputar di otaknya.
Disisi lain, Angga tengah tersenyum kegirangan mendengar ucapan Aletta. Seolah ucapan Aletta telah membawa kupu-kupu dihatinya terbang kesana kemari membawa rasa manis dalam hatinya.
"Yaudah kalo gitu, Ta. Gue sama Kayra duluan ya. Have fun dan selamat bermalam minggu" ucap Rizka sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan Aletta dan Angga yang masih mematung melihat kepergian Rizka dan Kayra yang ikut diseret bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Silhouette
Teen Fiction*Update hari sabtu* "Kenapa lo harus pergi disaat hati gue mulai menghangat?" Aletta Airishyta Rosdiana, siswi cantik primadona sekolah yang terkenal dengan sifat dingin dan cueknya, membuat siapa saja bahkan pria harus berfikir dua kali sebelum men...