Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"lo di kampus?"
"iya, sayang."
alka menjauhkan ponsel dari telinganya, terheran-heran, apa dia memencet nama yang benar. "kesambet apa lo?" tanya alka.
gema tertawa di ujung telepon. "emang ada larangan nggak boleh panggil pacar dengan kata-kata sayang?"
"lo ada rapat, 'kan, abis gini?"
gema berdeham. "kenapa? mau ikut?"
"lo di gedung fakultas nggak? samperin gua di depan gedung fakultas dong."
"hah? sumpah lo ke bandung, al?"
alka tertawa pelan setelah gema mematikan telepon. tentu saja tidak. mau ngapain alka pergi ke bandung?
tidak lama, ponselnya bergetar lagi, menunjukkan panggilan video dari gema.
"apa, gema?" tanya alka, menahan tawa ketika melihat wajah gema di bawah sinar matahari sore sambil memegang keresek putih, tetapi tidak bisa menyembunyikan lesungnya.
gema mengangguk. "makasih, ya. dalam rangka apa nih?"
"enggak ada. biar lo rapatnya semangat aja."
"wadidaw! so sweet bener sih pa—" "gem!" sebuah panggilan dan rangkulan ringan di bahu cowok itu membuat omongannya terpotong, dan pandangannya teralihkan.
"eh, hai bi," ujar gema, masih memegang ponsel, dan berusaha melepaskan diri dari rangkulan reflek cewek itu.
alka mengeryit melihat cewek yang dipanggil 'bi' tadi melalui layar ponsel. kegatelan banget rangkul-rangkul cowok. terlepas cowok itu sudah punya pacar atau belum.
"eh, gua masih ada urusan, duluan aja."
"oh, oke," ujar abigail sambil melirik ponsel di tangan gema. "see you."
gema tidak menjawab, cowok itu kembali menatap ponselnya, tetapi sambungannya sudah diputus sepihak oleh alka, membuatnya mengembuskan napas ketika melihat pesan baru yang masuk.
g. alka: dimakan sebelum rapat ya, biar punya energi tuh, temen lo yang rangkul-rangkul tadi ngajakin bareng.
