"hai? lo abigail, ya?"
abigail menoleh. dia merasa familiar dengan cewek yang berdiri di hadapannya sekarang ini. tapi, siapa?
"oh, gua alka. lo mungkin pernah liat gua di profile picture-nya gema," ujarnya, seolah membaca ekspresi abigail yang bingung.
abigail tersenyum tipis. "kenapa?"
"menurut lo, gua siapanya gema, sih?"
abigail menatap alka dari atas sampai bawah. cewek itu memang lebih pendek darinya, tetapi auranya cukup mengintimidasi abigail.
"i don't know. lo bisa adiknya, sepupunya, temennya."
alka mengangguk-angguk sambil tersenyum tipis. cewek itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "okay. here's a little tip, ya, bi, jangan pernah jadi terlalu naif dan menggantungkan harapan lo setinggi langit. because i'm not his little sister, cousins, or friends. if you mean girlfriend, then yes. gua pikir lo udah memahami, ya, gimana rasanya kalo pacar lo... em, permisalan aja ya, dirangkul-rangkul, atau nganterin cewek lain pulang hampir tiap hari, em... tunggu, bahkan sampe dipeluk sama cewek lain. gua pikir, nggak ada cewek yang mau cowoknya kontak fisik sama cewek lain."
.
.
"kenalin, cewek gua. namanya alka."
alka tersenyum tipis. meski, tadi dia sudah mengenalkan diri secara privat pada cewek itu, tetapi memang lebih asyik jika gema yang mengenalkannya, ya.
"hai," sapa abigail keki. "langgeng terus ya kalian. masih baru?"
"udah dua taun," ujar gema, meskipun sedari tadi ia tampak sibuk dengan laptopnya, tetapi sebenarnya masih mendengarkan. alka justru membisu.
wajah abigail tampak terkejut selama satu milisekon. cewek itu berusaha memaksakan senyuman kecil sambil menatap alka. "em, sorry, gua harus balik duluan. nggak pa-pa, 'kan, gem?"
alka hendak menjawab, tetapi abigail menghilang dengan cepat, menutup pintu ruangan dengan perlahan.
"you okay, gema?"
gema mengangguk. "of course. mungkin, emang aku nggak ditakdirin buat ngejalanin program ini? it's fine, al. kayak kata kamu, aku ada di organisasi ini nggak hanya bertujuan untuk mengetuai sesuatu, 'kan? i really need to stop being ambitious maybe."
.
.
"oh, oke, mas. iya, nanti gua bantu mind mapping-nya. oke. ya, ya. bye."
"siapa sih, lo panggilnya pake mas segala."
"dih, cemburu ya? mau dipanggil mas juga?" tanya alka setelah memasukkan ponselnya ke dalam tas. "ayo turun."
alka mengurungkan niatnya untuk membuka pintu mobil karena gema yang masih bergeming, dengan wajah cemberut yang tidak terlalu kentara, namun kerutan di dahinya yang menunjukkan bahwa cowok itu sedang tidak ada dalam suasana hati yang baik.
"gem, hey, gema?" alka menarik dagu cowok itu, membuat kepala mereka sejajar. "dia itu temen aku, yang barengin aku pulang juga kemarin. anak organisasi. namanya limas. mau dipanggil apa kalo nggak 'mas'? lim, gitu? jelek banget, 'kan?"
"ya, aku nggak peduli mau jelek apa bagus."
"he's fine. udah punya crush, kayaknya sih, tapi aku nggak tau siapa."
"ya itu kamu, al. masak nggak nyadar sih?"
alka tertawa, membuat gema melepaskan cekalan tangan cewek itu pada dagunya. "apa yang lucu?"
"mending nggak nyadar dong daripada ke-gr-an?"
"al, aku tau aku jauh dari kamu. aku nggak bisa nganter jemput kamu tiap hari. aku bikin kamu kecewa. i'm not good enough for you. tapi, kamu jangan berpaling dulu, ya," ujar gema, sambil tersenyum kecil.
gema mungkin tidak seperti alka yang terlalu overthinking, tapi melihatnya khawatir, cowok itu benar-benar manis.
"curang ya, pake jurus lesung pipi."
.
.
"ini bagus banget, gem, pemandangannya. pengin nangis."
gema mengajaknya ke sebuah kafe yang ada di dago atas. pemandangannya dari sini membuat alka bertanya-tanya, dimana dia bisa mendapatkan pemandangan sebagus ini di jakarta.
"al?"
alka hanya bergumam, masih menatap city lights yang ada di hadapannya. terbentang begitu luas.
"gantari alka adjaja."
akhirnya, alka menoleh, menatap gema yang daritadi masih mengamatinya. meskipun alka sudah menjalani kurang lebih 760 hari bersama gema, rasanya dia masih lemas kalau gema menatapnya seperti itu.
"separuh jalan pernah dilewati
meski ada kecewa
aku yang dulu tak begitu lagi
takkan kuulangi
jangan dulu engkau berpaling
beri ku kesempatan."gema tidak pernah menyanyi. dia sama sekali bukan anak musik. baru kali ini alka mendengar cowok itu menyanyi. suaranya berat dan terlalu rendah.
"aku ingin dirimu
tetap jadi milikku
bersamaku mulai hari baru
hilang ruang untuk cinta yang lain."gema tidak pernah bilang kalau dia cemburu, tapi sebenarnya cowok itu takut. entahlah. mungkin, takut alka berpaling karena dia pernah mengecewakan cewek itu.
"layak untuk cantikmu itu aku."
.
. ⋅ ˚̣- : ✧ : – ⭒ ⊹ ⭒ – : ✧ : -˚̣⋅ .
notes:
sebenernya w mau bikin extra yg agak panjang tp cerita ini udah hampir limit wordnya ss hahshshsh jdi segini aja dulu ya!
masih ditunggu kritik, komenan, kesan pesan, dsb dsb yang pingin disampaikan.
bukan berarti kalo mereka baikan trus gada tengkarnya lagi yhaaaa wkwkw ;)))
cuma, aku lagi pingin membuat scene dimana mereka baikan.
anyway, semoga nggak mengecewakan ya, cerita perdanaku setelah 2 taun nggak nulis. semoga kalian masih suka. huhu. overthinking pars.
buat yang nungguin jana....
sabar.
hehe.
it's time to say goodbye to gema, alka, juli, abigail, bahkan limas!!! ✧
KAMU SEDANG MEMBACA
ilusm
Short Story"i just want to hold u for just long enough so u don't get tired of me telling u i love u so much." [lowercase intended ☾] ©2020