Wrong Address [Suga - Eunha]

185 15 3
                                    


Suga uring-uringan di kamar kontrakannya. Mulutnya sedari tadi tak henti bersumpah serapah. Pemuda itu dengan geram  menekan-nekan  telepon  genggamnya, menanyakan--mengomplain--sang seller  mengapa figurin yang dipesannya secara online tak kunjung datang.

"Kalian bercanda hah?! Ini sudah lewat dari seminggu dan barang itu belum sampai! Dan kalian mengatakan kalau kalian sudah mengirimnya?! Kalian mempermainkanku?!" hardiknya pada sang lawan bicara. "Kalau kalian tak becus memenuhi orderan pelanggan, jangan buka bisnis online! Dasar sial!"

Tak peduli dengan tanggapan sang lawan bicara yang mungkin telah ciut nyali karena makiannya, Suga membanting handphonenya dengan kasar. Napasnya naik turun karena adrenalin yang masih belum mereda karena amarahnya yang masih diubun-ubun.

"Pe-permisi.."

Suga menoleh tajam mendengar suara feminin dari belakang tubuhnya. Raut wajahnya semakin mengusut ketika mendapati seorang gadis pendek berambut sebahu--yang tak dikenalnya--telah berada di dalam kontrakannya.

Apalagi kali ini?

"Darimana kau masuk?" tanyanya dengan suara rendah nan tajam.

"Eh... pintu Anda terbuka," gadis itu menjawab dengan suara pelan.

"Dan kau masuk tanpa permisi?" Suga kembali mencerca, membuat gadis mungil di depannya semakin mengkerut ketakutan.

"M...ma-maaf. Aku kemari untuk mengantarkan ini," gadis itu, tanpa berani menatap matanya, mengangsurkan bingkisan coklat berbentuk kotak padanya.

Suga masih terdiam. Menatap si gadis dengan raut menyelidik mengintimidasi. Matanya menyipit penuh curiga, menatap penuh-penuh bingkisan yang masih terangkat di depan wajahnya.

***

Eunha berdiri dengan gemetar. Tangannya yang mulai lelah karena terangsur tak berani ia turunkan. Gadis itu menunduk, enggan bertatapan dengan sorot mata yang tak ramah itu. Eunha menggigit bibir. Ia ingin urusannya di sini cepat selesai dan buru-buru pergi. Melarikan diri dari lirikan tajam nan mengintimidasi tetangga kontrakan yang tak pernah ia sapa itu.

"Kenapa paketanku bisa ada padamu?!"

Eunha tersentak ketika pria muda di depannya itu mengambil bingkisan darinya dan menyentaknya dengan kasar. Menangkupkan tangan yang kini menganggur di depan dadanya yang bergemuruh, ia menjawab dengan terbata,

"A-aku tid-tidak tahu. Kemarin aku pulang kerja d-dan mendapati it-itu di depan pin-pintuku."

Well done, Jung Eunbi. Sejak kapan kau bicara gagap begini?

"Kenapa tidak langsung mengantarnya kemari?"

Heh. Memangnya kau membuat pengumuman kalau kau tengah menanti paketan Min Yoongi?

Eunha meremas tangannya yang sedikit gemetar. "Ak-aku baru membaca alamat tujuannya p-pagi tadi. D-dan sadar kalau ternyata s-salah alamat."

Pria muda di depannya mendecih. Ugh, Eunha benar-benar ingin pergi dari sini.

"Lain kali, kalau kau dapat paket tapi merasa dirimu tidak memesan apapun, segera mengecek atau laporkan pada pemilik kontrakan. Karena kecerobohanmu ini, aku baru saja mengomplain pada orang yang salah, kau tahu?!"

Gah! Sifatmu saja yang memang banyak memprotes Min Suga!

"Masih untung aku baru mengomplain dan belum minta pengembalian uang, atau yang lebih parah menuntut mereka. Kalau sampai itu terjadi, memangnya siapa yang harus bertanggung jawab, huh?!"

Eunha menggigit bibir dalamnya gusar. Matanya berair, menahan geram namun tak berani membantah. Memang ini semua salahnya? Bukan dia 'kan yang mengirimkan lantas salah alamat? Sudah baik Eunha mau mengantarkan langsung. Naas sekali nasibnya yang malah dimaki-maki.

"Kau bisa membuatku rugi. Bukan hanya dalam materi tapi juga soal harga diri dan nama baikku. Lantas apa yang bisa kau lakukan seandainya itu ter---"

"Aku sudah minta maaf, oke?!" Lengkingan suara Eunha membuat pemuda yang dari tadi belum berhenti mengoceh itu terdiam seketika.

"Memang ini salahku?! Bukan aku yang salah alamat! Memangnya aku punya kuasa untuk menghindari pengiriman paket sialan itu supaya tidak salah alamat?! Lagi pula ini baru lewat sehari! Kau saja yang tidak sabaran dan tahunya cuma melayangkan protes! Kau...!" Eunha meracau, telunjuknya menunjuk tepat di wajah pemuda itu dengan tidak sopan. Masa bodoh soal tata krama.

"Dasar bujang menyebalkan!" Jeritnya sebelum berlari meninggalkan pemuda yang hanya bisa berdiri mematung di tempatnya.

***

Suga melongo, lantas menggaruk pelipisnya yang tak gatal  dengan canggung. Otaknya yang semula panas mulai pelan-pelan bekerja dengan semestinya. Yang tadi itu...apa?

_the end_

a/n:

Nih, yang kemaren minta EunGa. Gyahahaha kesian deh gak ada adegan unyu-unyu, cipika cipiki *ditabok*🤣
Entah kenapa emang lagi niat nistain ini pair kesayangan sih ya 😅
Lagian bulan puasa, ntar saya dosa kalo bikin ff yg nganu, kan kalo bikin harus pake bayangin juga *plak*
Ini pendek, bukan apa-apa, emang plotnya mentok disitu doang. Sequel? Maybe later, maybe NOT AT ALL. Intinya mah jangan ngarep, gitu aja lah 🤣😅

2020.04.25

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shots of Delutions || BangtanFriend [Unlimited]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang