BAB 2

15 5 35
                                    

JUDUL CERITA :
Cincin Itu

"Queen, tumben banget kamu beli sesuatu." Key memperhatikan sebuah kantong plastik yang ditenteng oleh Queen di tangannya. Gadis itu tertawa kecil sebelum berkata, "Iya nih, Key. Tadi aku nemuin barang bagus !"

Key terlihat penasaran, "Apa ?" Queen tersenyum, memperlihatkan bahwa gadis itu begitu bahagia mendapatkannya. "Sebuah cincin !" jawabnya.

Key membulatkan mata, "Cincin ?! Bukannya itu mahal ?" Queen mengangguk, "Iya, seharusnya emang mahal. Tapi, kamu perlu tau kalau cincin ini cuman 10.000 rupiah loh !" Key menggunakan instingnya, sangat tidak mungkin sebuah cincin dijual dengan harga semurah itu, kecuali...

"Queen, kelihatannya cincin itu-" Sebelum Key menyelesaikan ucapannya, Queen tiba-tiba berteriak kaget, "Wah ! Udah jam segini, Key ! Aku udah bilang ke Mama nggak pulang lama-lama !"

Gadis itu memperlihatkan layar ponselnya yang menunjukkan angka 13.00 siang. "Aku harus pulang !" ucap gadis itu cemas.

"Ya udah, Queen. Kamu pulang aja," saran Key melihat Queen yang cemas. Ia tahu sekali jika Queen sangat takut dan benci dengan kata telat atau terlambat. "Oke, kalau gitu aku pulang ya ! Bye, Key !" Queen melambaikan tangannya sambil berlari menjauh. Key membalas lambaian itu.

'Cincin yang Queen beli, sepertinya itu bukan cincin asli ?' Key ingin sekali mengatakan itu, tapi ia sedikit ragu melihat sahabatnya begitu bahagia dengan cincin yang ia beli. Key tak ingin merusak kebahagiaan sahabatnya.

'Udahlah, biarin aja. Toh, Queen juga seneng.' Key beranjak pergi dari sana.

****

"Ma, aku pulang !" Queen membuka pintu rumah tanpa perlu mengetuknya—wajar saja, ia adalah sang penghuni rumah. Queen melepaskan sepasang sepatu nya dan menaruhnya di dekat pintu, tempat yang biasa digunakan untuk menaruh alas kaki.

"Akhirnya kamu pulang juga." Elis menyambut putrinya di ruang tamu, terlihat ia sudah menunggu kepulangan Queen daritadi. "Gimana janjiannya ?? Nggak ada masalah ?" tanya Elis.

Sudah menjadi kebiasaan jika Queen baru pulang dan Elis bertanya mengenai harinya. "Seneng, kok. Key beli kado buat Oma nya." Queen menjawab, Elis ber-oh panjang.

"Terus, kamu ikutan belanja ??" tanya Elis penasaran, ia dapat melihat dengan jelas sebuah kantong plastik yang berusaha Queen sembunyikan di sebalik tangannya. "Soal itu..." Queen tak melanjutkan kalimatnya, ia tak ingin berkata jujur pada Elis bahwa ia baru saja membeli sebuah cincin hanya karena alasan sepele—karena di cincin itu tertempel batu safir yang disukai Pangerannya, Adrian.

Lagipula, Queen tahu jika Elis tak suka kalau Queen menghamburkan uang karena alasan tak berguna. Gadis itu terlalu sering melakukannya tanpa disadari.

"Aku cuman beli makanan kecil kok. Aku pengen ngemil, jadi tadi mampir bentar di supermarket." Queen berbohong, mengikuti otaknya yang membuat sebuah skenario palsu. "Oh, Mama kirain kamu beli sesuatu. Kan jarang-jarang kamu beli sesuatu." Elis terlihat percaya dengan cerita bohong Queen, dan gadis itu begitu lega akan hal itu.

"Ya udah, Ma. Aku ke kamar dulu, ya !" Queen berjalan ke kamarnya biasa, tapi bagi Queen itu justru lebih terlihat seperti kabur dari Elis agar tak ditanyai lagi.

Ceklek ! Queen mengunci pintu kamar, berharap jika Elis tak akan bisa masuk ke kamarnya dan menemukan fakta yang sebenarnya.

Gadis itu menghela nafas dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Ia membuka kantong plastik yang berisikan cincin yang ia beli tadi. 'Ini bener-bener keberuntungan.'

Am I Lucky? ( ON-HOLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang