BAB 1

26 8 75
                                    

JUDUl BAB 1
Pasar Loak

"Sayang, ayo bangun! Ini udah pagi!" seru seorang wanita paruh baya dari sebalik pintu kamar. Ia tengah memanggil putrinya yang menurutnya masih terlelap dan dibuai di alam mimpi.

"Aammhh ... 5 menit lagi," jawabnya setengah mengantuk dengan posisi duduk dan mata yang tertutup. Ia mengambil bantal dan menutup telinganya dengan mata tertutup. "Bukannya kamu punya janji sama Key hari ini? Nanti dia nungguin, loh!" seru Elis lagi—wanita paruh baya yang menjadi ibu gadis itu.

'Janji dengan Key !' Gadis itu mengambil posisi duduk. Seolah kalimat yang disampaikan Ibu nya adalah sentruman listrik yang membuatnya bangun seketika. "Aaahh!! Aku mandi dulu!!" teriaknya, membuang selimut dan berlarian ke kamar mandi. Elis yang mendengar teriakan putrinya itu menggeleng-geleng pelan. 'Dasar gadis itu.'

****

"Aaahh!!! Aku telat!!" seru nya lagi. Gadis itu segera mengenakan baju favoritnya secepat kilat.

Nama gadis itu, Queen Febiola Valentina. Ia adalah gadis yang bekerja sebagai pegawai di sebuah restoran, karena ia memutuskan untuk tak melanjutkan pendidikannya.

Keluarga Queen bukan tergolong keluarga kaya, jadi ia memutuskan untuk berkerja. Lagipula, ia berpikir Ibunya sudah terlalu tua juga untuk mencari nafkah—Elis memang sudah berumur kepala empat. Kebetulan hari ini hari Minggu, ia libur untuk bekerja dan memutuskan membuat janji dengan sahabatnya untuk bertemu.

Ia bercermin sejenak, melihat penampilannya mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Aku siap!"

Ia segera membuka pintu kamar yang biasa ia kunci saat malam hingga ia membuka nya pagi ini. Queen adalah anak tunggal di keluarganya, Ayahnya bercerai dengan Elis karena ia mencintai wanita lain. Tapi, Queen tak pernah bersedih akan hal itu. Jutsru, ia senang Elis bisa kembali bahagia bersamanya.

Tanpa memperhatikan Ibu nya yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan, Queen berjalan lurus ke arah pintu depan, ia hendak mengambil sepatu miliknya dan segera menemui Key untuk menepati janji.

Tapi, tak semudah itu.

"Eh! Mau kemana?" tanya Elis sambil menarik kerah baju putrinya dari belakang dan menariknya mundur. Gadis itu cengar-cengir tak bersalah di depan Elis. "Kan mau ketemu Key." Elis kembali menggeleng-gelengkan kepalanya karena tingkah putrinya itu.

"Kamu makan dulu!" Elis menyuruh gadis itu dengan raut muka serius. "Tapi, kan Ma ...." Gadis itu memanjangkan kalimatnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berharap Elis akan mengizinkan nya untuk pergi segera. "Nggak! Sarapan!" tegas Elis sambil menggeleng kuat.

"Nanti maag kamu kambuh, sayang. Kamu harus sarapan pagi ini. Kalau nggak, Mama nggak izinin kamu pergi kemana-mana." Elis melipatkan tangannya di depan dada seolah merajuk di depan putrinya itu. "Iya, deh. Aku sarapan," jawab gadis itu dengan bibir dimajukan satu senti. Tanpa mempedulikan ketidakikhlasan putrinya, Elis hanya tersenyum tipis dan membiarkan putrinya mencomot sarapan yang ia buat.

Tiga menit kemudian ...

"Udah habis!" Gadis itu menyodorkan piring nya yang kosong sebagai bukti pada Elis. Elis melihatnya sedikit tak percaya, "Sangat cepat ...." Gadis itu mengangguk, bahkan segelas air putih penuh yang tadi ada di sampingnya juga sudah tak bersisa.

Elis menghela nafas, ia dapat melihat wajah putrinya yang berharap ia boleh pergi sekarang. "Iya, kamu udah boleh pergi."

'Yes !' Gadis itu mengangkat tangannya ke atas, berseru senang dalam hati.

"Hati-hati di jalan dan jangan pulang terlalu lama. Ingat itu, Ratu!" ucap Elis mengingatkan layaknya seorang Ibu pada umumnya memberikan segala amanat yang ingin ia sampaikan dalam satu kalimat. "Iya, Ma. Mama jangan panggil aku Ratu terus, dong. Nama aku itu bukan sesuatu yang bisa di translate gitu aja!" Elis mengangguk-angguk mengerti, ia sering dinasehati oleh putrinya seperti itu.

Am I Lucky? ( ON-HOLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang