“Katakan di mana sendal itu?” Arimbi kembali mencengkeram kerah jaket Anthony.
Antara bahagia serta geram, mata Arimbi menyorot tajam. Apa yang dicarinya jauh-jauh hingga Jakarta akhirnya menemui titik temu. Tak perlu menyisir tiap sudut kota besar itu, yang membawa lari alas kaki kesayangan sang gadis muncul dengan sendirinya.
Anthony membiarkan wanita yang membuatnya kesakitan meluapkan segala kekesalan. Ingatannya kembali pada peristiwa pelemparan sendal di sebuah kampung tempat peninjauan proyek baru. Jadi, inikah gadis itu?Yang membuat lelaki berkulit putih bersih teramat enggan membuang benda berharga milik Arimbi. Tiba-tiba dia merasa aneh dengan diri sendiri. Calon pewaris CEO harus mengalami kejadian menggelikan seperti ini.
“Bicara apa kamu ini?” Akan lebih baik jika Anthony pura-pura tidak tahu. Sepertinya menarik mengerjai Arimbi.
“Jangan pura-pura lupa, bahkan memoriku masih sangat baik untuk sekadar mengingat ciri fisikmu, Tuan. Termasuk lubang hidungmu!” tegas Arimbi. Kesal mendapat respons santai tanpa rasa bersalah.
‘Shit!’
Anthony merutuk dalam hati, seunik apakah dirinya hingga Arimbi hafal detail lubang hidung lelaki tampan tersebut.
“Sudah kubuang. Kamu puas?” Anthony meraih pergelangan tangan yang masih kuat mencengkeram kerah jaket, lantas menepisnya tak kalah kuat. “Dasar gadis bar-bar!”
“Katakan di mana kamu membuangnya? Hey, Tuan. Jangan lari!” Arimbi ingin mengejar lelaki yang berlalu begitu cepat. Namun, Jennifer lebih dulu mencegahnya.
“Sudah, tidak perlu dikejar lagi. Besok aku akan membawamu menemuinya.”
Ucapan Jennifer seketika memadamkan api kemarahan di wajah Arimbi. “Jadi, kamu tahu di mana rumahnya?”
“Ya, aku tahu.”
__
Perlahan gerbang setinggi 2 meter terbuka, dua security mengangguk hormat dari pos penjagaan setelah Jennifer membuka kaca. Artis multitalenta itu memelankan laju mobilnya memasuki halaman berumput yang terbelah jalanan berpaving.
“Ayo!” ajak Jennifer pada pengawal pribadinya.
Arimbi terdiam di depan bangunan megah yang menjulang di hadapan. Rumah berlantai tiga bergaya Eropa klasik yang didominasi warna krem serta terdapat pilar-pilar besar di berbagai titik. Kini, dirinya dan Jennifer berdiri di depan pintu penuh ukiran rumit setinggi 2 meter. Tak lama daun pintu terbuka, seorang pelayan berseragam mengangguk sopan lantas mempersilakan tamu untuk masuk.
Lagi-lagi Arimbi terkesima dengan interior ruang tamu yang luas. Ada lampu kristal berlapis emas yang menggantung di langit-langit ruang utama. Tempat duduk beserta furniture warna senada cat rumah menghiasi dalamnya. Sementara lantai mengkilat yang dipijaknya berbahan marmer dengan kualitas terbaik di kelasnya.
Lebih ke dalam lagi terdapat ruang keluarga yang tak kalah luas. Beberapa sofa empuk lengkap dengan bantal warna pastel berjajar dekat dinding pembatas ruangan. Terdapat satu TV flat berukuran besar serta bingkai-bingkai foto keluarga yang nyaris mendominasi dinding ruangan santai tersebut.
“Itu—“ Arimbi menunjuk bingkai foto paling besar yang membuat kedua mata indahnya membulat sempurna.
“Iya, kami bersaudara.” Jennifer mengempaskan pinggul di sofa, dan membiarkan Arimbi bermain-main dengan pikirannya.
Setengah tak percaya, Arimbi mendekati pigura bergambarkan empat orang. Dua orang lelaki dan perempuan paruh baya tampak duduk berangkulan, diapit oleh Jennifer dan ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Sendal Jepit(Sudah Terbit)
RomanceCinderella selalu identik dengan sepatu kaca. Apa jadinya jika Cinderella milenial ini memakai sendal jepit? Dan apa sesungguhnya misteri di balik sendal jepit yang tak sengaja mempertemukan dia dengan seseorang? Apakah itu seorang pangeran? Cekidot!