“Apa Nona ingin makan atau minum sesuatu?” Pelayan berseragam putih biru dengan celemek berenda di bagian depan menemani Arimbi berkeliling bagian belakang istana Tuan Liem.
“Tidak usah, terima kasih. Oh, ya, panggil saja Arimbi. Jangan terlalu formal.” Panggilan Nona teramat asing di telinga, dan itu membuat Arimbi tak nyaman.
“Baiklah, Arimbi,” sahut perempuan bernama Ermi tersebut.
Jika tak salah perhitungan, Arimbi memperkirakan rumah keluarga Jennifer pastilah dibangun di atas tanah seluas ribuan meter persegi, termasuk halaman depan maupun belakang.
Salah satu yang menarik dari rumah megah tersebut memang terletak di bagian belakang. Ada kolam renang luas yang dikelilingi pohon-pohon rindang. Terdapat pula bukit buatan berselimutkan rerumputan hijau serta berbagai jenis bunga menghias sekitarnya.
“Ini wild rose kesukaan mendiang Nyonya Liem,” tunjuk Bu Ermi.
Sekarang Arimbi berada di tengah kebun mawar mini. Tempat berbagai jenis ratu bunga yang terawat dengan baik. Bu Ermi sibuk menerangkan detail mawar aneka warna dengan sebutan berbeda-beda. Termasuk jenis wild rose tadi, yakni mawar liar putih dengan kelopak tak bertumpuk yang di bagian tengah terdapat putik-putik berwarna kuning. Sederhana, tetapi banyak diburu oleh pecintanya.
“Siapa dia, Bu Ermi?” Keasyikan dua wanita beda usia tersebut terhenti oleh suara yang cukup mengagetkan.
“Oh, ada Tuan Morgan rupanya. Ini Arimbi, pengawal pribadi Nona Jennifer,” jelas Bu Ermi. Arimbi mengangguk melengkapi perkenalan yang diwakili oleh wanita di sebelahnya.
“Oh, kalau begitu biar aku yang menemaninya. Bu Ermi bisa kembali bekerja,” titah Morgan.
“Baik, Tuan. Saya permisi.” Meski setengah ragu, tetapi wanita dengan tatanan rambut disanggul tersebut memilih undur diri.
Kehadiran pria asing yang begitu tiba-tiba membuat Arimbi canggung, meski senyum ramah terus menerus dilayangkan oleh Morgan. Namun, gadis itu lebih banyak menunduk atau mengalihkan pandangan ke tempat lain asal tidak ke wajah lelaki yang belum dikenalnya.
“Sudah lama bekerja untuk Jennifer?” Keheningan itu pun sirna oleh pertanyaan basa basi Morgan.
“Sudah beberapa minggu. Oh, ya, kamu siapa? Apa termasuk anggota keluarga ini?” Tak ingin terlihat kaku, Arimbi berusaha mengimbangi keramahan Morgan.
“Bisa dibilang begitu.”
Sejenak Arimbi termenung mereka-reka jawaban teman bicaranya. Jika Bu Ermi memanggil Morgan dengan sebutan 'Tuan'. Artinya pemuda dengan setelan jas navy itu masih ada hubungannya dengan Tuan Liem. Namun, yang membuat Arimbi ragu, tadi dia sama sekali tak menemukan foto Morgan dalam bingkai besar potret keluarga.
“Apa kamu juga bersaudara dengan Jennifer dan Anthony?” Lelah menerka-nerka, Jennifer memberanikan diri untuk bertanya.
“Seharusnya begitu.” Seutas senyum tersungging di bibir Morgan. Namun, ada setitik rasa sakit setelah dia mengucap jawaban.
“Kalau begitu, bukankah seharusnya kamu ikut dalam pertemuan keluarga di dalam sana.” Lelah membawa kaki berkeliling taman, Arimbi mengajak Morgan mengobrol di kursi santai tepi kolam renang.
“Kehadiranku di sana takkan berarti apa-apa. Kamu tahu predikat saudara tiri di film dan drama? Sosok antagonis dan serakah yang ingin menguasai seluruh harta ayah tirinya. Seperti itulah anggapan Jennifer dan Anthony terhadapku.”
“Kenapa kamu begitu yakin mereka seperti itu?” Arimbi percaya jika yang dimaksud Morgan adalah Anthony. Namun, mustahil untuk Jennifer. Bosnya terkenal begitu penyayang terhadap siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Sendal Jepit(Sudah Terbit)
RomanceCinderella selalu identik dengan sepatu kaca. Apa jadinya jika Cinderella milenial ini memakai sendal jepit? Dan apa sesungguhnya misteri di balik sendal jepit yang tak sengaja mempertemukan dia dengan seseorang? Apakah itu seorang pangeran? Cekidot!