°1•Fatimah Az-Zahra

42.2K 1.2K 69
                                    

Assalamualaikum semua
Yang nggak jawab dosa lo
Selamat datang di dunia hayalanku

Selamat membaca
Semoga bisa menghibur serta menjadi motivasi
Dan meningkatkan tingkat kehaluan kalian
😃😊😀😄😆😃😀😊😄
Jangan lupa vote dan comment
Semoga suka
😇😇😇😇😇😇

Salam cinta dari author
💌💌💌💌💌💌💌💌💌💌💌

Jangan lupa vote dulu sebelum baca
Untuk menghargai jerih payah author
Terima kasih
😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇





🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Perempuan itu sama seperti bunga
Mereka harus diperlakukan dengan lembut, baik dan penuh kasih sayang

~~¦Ali Bin Abi Thalib¦~~

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

***

Hari ini langit sedang menampilkan deretan awan hitam. Menghalangi sinar mentari masuk ke kehidupan di belahan bumi. Menandakan keagungan pemilik semesta. Tak menunggu waktu lama. Rintikan rahmat turun disertai hembusan angin. Hati yang mengingat dengan tasbih yang tak berhenti terucap. Akan damai disetiap detiknya.

"Mbak Fatim.... "

"Dalem bu... "

"Tolong buatkan teh hangat dua mbak...! Ibu tunggu di samping ndalem nggih?! "

Fatim mengangguk pelan. Setelah kepergian Bu Nyai Ainun, Fatimah segera meraih dua gelas di rak piring. Dengan sigap dia memulai aksi membuat teh hangat.

Terlihat di samping ndalem hanya ada Bu Nyai Ainun. Duduk manis dan tenang memandang turunnya hujan.

Rumah milik Kyai Hasbullah memang lumayan besar. Bangunan ini dibangun luas mendatar. Dengan interior dari kayu. Membuat kesan klasik. Ditambah taman kecil di samping ndalem. Dihiasi tanaman-tanaman hias dan bunga yang memamerkan warna juga bau harum. Tenang nan asri.

Di sudut nya terdapat air terjun kecil buatan. Air mengalir melewati batu-batu buatan yang ditempel di dinding. Agar kesan air terjun semakin nyata. Gemercik air terdengar dari kolam di bawahnya. Dihuni ikan-ikan hias milik Gus Hisyam. Sungguh menenangkan jiwa yang penuh dengan kegundahan dunia.

Fatimah mendaratkan tenang nampan berisi dua gelas teh hangat di meja samping Bu Nyai Ainun. Bu Nyai Ainun tersenyum tipis. Fatimah membalas senyum lalu memundurkan langkah pelan.

"Duduk sini mbak.... Rencangi ibu disini! " (duduk sini mbak..... temani ibu disini!) "

Bu Nyai Ainun menepuk pelan bangku yang tersedia di sebelah meja. Fatimah mengikuti arahan bu nyainya.

"Diminum mbak...! Nanti dingin ndak mantap"

Bu Nyai Ainun tertawa kecil. Walaupun bercanda tapi di setiap ucapan beliau terasa karisma seorang bu nyai. Suara yang lembut dan tenang. Menghangatkan telinga yang mendengar.

Assalamualaikum Ya Zaujati [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang