EXTRA PART I

2.5K 96 5
                                    

Tiga hari setelah penyerangan dari Lintang

Fatimah duduk dengan pelan. Ia menatap seseorang yang sedang tertidur pulas. Tenang dan damai. Hati Fatimah seakan menjerit. Sungguh menyiksa mengingat keadaan sekarang. Mata Fatimah terlihat sedikit bengkak dan menghitam.

Fatimah mengusap setetes air matanya. Ia harus kuat. Ia pasti bisa melewatinya. Karena Allah selalu ada untuk hamba-Nya. Segala cobaan dan kejadian adalah qodarullah. Tidak ada yang bisa merubah. Mereka hanya bisa menerima. Dengan segala kelapangan. Dengan cara itulah kita bisa melanjutkan hidup dengan baik.

Fatimah tidak bisa mendefinisikan rasa di hatinya saat ini. Dua rasa yang berlawanan menguasai hatinya. Fatimah bahagia. Karena telah bertemu dengan saudaranya. Saudara yang sangat mirip dengannya dari segi fisik bahkan suara. Lesung di pipi Lintang yang menjadi pembedanya. Lintang begitu manis ketika tersenyum. Fatimah masih belum bisa mengingat masa lalunya. Semakin ia mencoba mengingat. Semakin sakit kepalanya. Fatimah mengalami lupa ingatan permanen. Dan ia juga pobia terhadap bunyi senapan. Ia bisa pingsan karena mendengar bunyi senapan. Kata dokter kemarin. Fatimah memeriksakan diri karena disuruh oleh Ali. Ali sangat khawatir terhadap kesehatan istrinya.

Lintang begitu cantik saat tidur. Senyum Fatimah muncul. Ia bahagia telah mengetahui tentang keluarganya. Ia juga senang karena mengetahui nama aslinya. Wulan. Indah, batin Fatimah. Ali telah menyimpulkan semuanya. Lalu menceritakan kepada Fatimah. Akhirnya ia tahu doa-doa yang ia panjatkan berlabuh kepada siapa. Fatimah bahagia bisa melihat wajah kedua orang tuanya. Walau dari foto.

Namun hati Fatimah juga bersedih. Keadaan menjadai kacau. Lintang dan Hisyam kritis. Dinar,Sinta dan dirinya harus menjalani pengobatan karena tubuh yang terluka. Sedangkan Laksamana dan Arlin harus mengakhiri kisah mereka. Laksamana meninggal di dekapan Dinar saat itu. Laksamana kekurangan darah. Karena tembakan yang ia dapat. Sedangkan Arlin harus mengalami masa kritis. Jantungnya semakin lemah. Dan selang satu hari Laksamana dimakamkan. Arlin. meninggal.

"Mbak.... ",Fatimah segera menghapus jejak air matanya. Ia ganti dengan senyum manisnya. Bu Nyai Ainun membalas senyum Fatimah. Lalu duduk di sebelah Fatimah. Bu Nyai Ainun membelai kepala Fatimah lembut.

"Kehidupan ini milik Allah. Segala sesuatu yang pergi pasti kembali kepada pemiliknya.",Bu Nyai Ainun memandang Lintang. Serasa memandang Fatimah. Mereka sangat mirip.

"Kita hanya seorang pengembara nak. Kita hanya berjalan di dunia ini. Hanya untuk kembali kepada Sang Pemilik. Tugas kita hanya membawa bekal sebanyak-banyaknya. Menjauhi larangannya. Agar kita bisa berjalan di jalan yang sebenarnya. Kembali dengan selamat.",lanjut beliau.

"Kita harus bersiap untuk itu nak. Karena tidak ada yang tahu kapan giliran kita. Kita yang masih diberi kesempatan harus bisa mengelola sebaik-baiknya. Jangan sampai sia-sia waktu kita. Karena penyesalan selalu datang di akhir. Kita juga harus bisa berfikir dengan baik. Hati dan pikiran saling bersambung. Ketika hati kita tenang pikiran ikut tenang. Begitupun sebaliknya. ",Fatimah setia menyimak.
"Ibu harap sampean bisa mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Lapangkan dada karena dunia ini penuh dengan kejutan yang menyenangkan maupun tidak. Beristigfar sebanyak mungkin. Dunia penuh dengan kelalainya. Kita butuh pengingat nak. Agar selalu berfikiran baik. Itu akan mempermudah hidup kita. "

Fatimah tersenyum. Ia akan selalu petuah dari ibunya. Dan berusaha untuk mengamalkannya. Lintang perlahan membuka mata. Membuat Fatimah dan Bu Nyai Ainun tersiap.
Lintang mengaduh pelan karena rasa sakit di pundaknya. Kepalanya masih diperban. Ia telah siuman setelah tertidur satu hari satu malam.

"Aku panggilin dokter ya..., seben-",gerakan Fatimah ditahan oleh Lintang. Fatimah kembali duduk. Dari pandangan Lintang, ia seperti ingin menyampaikan sesuatu.

"Aku mendengar semua ",ucap Lintang pelan. Bekas luka di ujung bibirnya masih belum sepenuhnya pulih. Fatimah dan Bu Nyai Ainun menyimak.

"Aku...., aku minta maaf atas semuanya. ",setetes air mata terjun. Disusuk isakan. Fatimah menggenggam erat jari-jari Lintang. Menyalurkan kekuatan untuk saudaranya.

"Aku telah terbakar dendam konyol seorang anak kecil. Hingga melangkah begitu jauh. Maafkan aku... ",sekarang tangis kedua saudara ini pecah. Kemarin setelah Lintang siuman, ia enggan untuk bicara. Masih terlihat, ia belum bisa menerima segala keadaan. Tapi hari ini, Lintang angkat bicara.

"Aku terlalu berambisi sampai lupa segalanya. Aku lupa dengan kasih sayang Tuhan. Aku lupa kebahagiaan bersama kaluargaku, aku... ",Lintang menangis. Ia tidak bisa melanjutkan ucapannya. Begitu berat apa yang ia hadapi. Bertempur dengan batin sendiri.

"Aku sudah memaafkanmu. Jangan terlalu menyalahkan diri. Inilah proses, dimana kamu akan menjadi seorang yang lebih baik",ucap Fatimah.

"Seperti yang sampean dengar tadi. Mari kita sama-sama bangkit. Kita jadikan pelajaran untuk kedepan. Sampean tidak sendiri nak..., kita ada untukmu",ucap Bu Nyai Fatimah.

Fatimah memeluk Lintang pelan. Bu Nyai Ainun begitu bahagia melihatnya. Beliau yakin bahwa Allah akan selalu memperbaiki semuanya. Allah akan selalu menjaga ciptaan-Nya. Selalu. Karena rasa kasih sayangnya begitu luas.

"Mari kita berdoa bersama, melangkah bersama, saling menguatkan,",Fatimah dan Lintang mengangguk. Menyetujui ucapan ibu mereka.

"Ibu..., bolehkah aku memanggil ibu?",tanya Lintang ragu. Bu Nyai Ainun tersenyum.

"Kalian anak ibu",ucap Bu Nyai Ainun. Udara serasa segar. Ketika keikhlasan memenuhi ruangan.

"Ada satu kabar bahagia lagi",ucap Fatimah tiba-tiba. Membuat penasaran Lintang dan Bu Nyai Ainun.

"Ibu akan menjadi nenek dan Mbak Lintang akan menjadi seorang tante",ucap Fatimah sembari memegang perutnya.

Ucapan sykur tak henti terucap. Senyum bahagia kian mengembang. Kini kebahagiaan akan datang dia antara mereka. Fatimah telah mengandung. Allah tahu cara yang tepat untuk menghibur hamba-Nya. Allah tahu segalanya. Dan segalanya nanti akan kembali pada pemiliknya.

***

4 bulan kemudian





Cerita selanjutnya akan di teruskan di versi bukunya. Buat kalian yang penasaran dengan kisah extra part selanjutnya nantikan kemunculan sang buku nanti.

Doakan ya semoga lancar. Terima kasih.

Salam dari birunya langit dan lautan

Birudya

Kalian bisa menyapa di
Twitter : @birudya_
Email : www.birudya@gmail.com

Assalamualaikum Ya Zaujati [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang