Jam dinding sekolah menunjukkan pukul 9 pagi pada hari Rabu, dan itu saatnya untuk kelasku olahraga. Sialnya aku tidak bawa baju dan itu membuatku ketakutan setengah mati. you know...gurunya galak banget, namanya Jupri Efendi tukang bawa-bawa tongkat baseball. Untungnya Danzel juga tidak bawa baju jadi aku punya teman senasib yang akan dihukum push-up 100x(jika lagi galak banget) atau kurang. yang penting kena hukuman dari Jupri Efendi si bulldog kampung.
"Randy! Danzel! sini kalian!" panggilan pak Jupri menggelegar seantero lapangan sekolah. Ia sudah menggeret-geret dengan horrornya tongkat baseball yang selalu ia bawa-bawa.
Aku dan Danzel menghampiri bulldog jejadian itu dengan merinding disco. Yah, tatapan mata pak Jupri terlalu ngeri bahkan Nikolai pun tunduk patuh dengannya. "P-Pak! Kami tidak bawa baju! maaf atas kecerobohan kami!" ucapku mantap dengan formalnya.
Pak jupri tersenyum setan, "Hooo...gitu ya anak kesayangan bapak, ya? Masa' udah dibaik-baikin sama bapak, jadi keenakan eh...bertindak nakal."
"Maksudnya? Bapak ini ngomongnya gak jelas. nilai bahasanya nol kali, ya?" bisik Danzel di telingaku. Aku menahan tawa dengan susah payah. Alhasil aku bengek dan masuk UKS ditemani Danzel yang dengan terpaksanya menggendongku keberatan.
-UKS-
Aku diem-dieman di UKS sama Danzel. Danzel sibuk buka-bukain rak UKS karena faktor kurang kerjaan. Sedangkan aku lemah terkapar di atas tempat tidur dengan selang okdigen di hidung yang membuat wajah tampanku berkurang 75%. "Dan, kenapa kamu bisa kenal aku, sih?" tanyaku asal jeblak sambil gede-kecilin oksigen.
Danzel melirik dengan dinginnya, "Karena aku inget kamu."
"Hm? emang kita pernah ketemu?" mendengar itu Danzel menggaruk lehernya. Menatapku dengan tatapan bingung.
"Gini, sepuluh tahun yang lalu kamu temen deketnya Danny, inget? Nah, udah gitu Danny meninggal, ya kan? Nah, kamu inget anak yang kaleeem banget, temennya Danny yang sering kamu tabokin?" Oh my...ingatanku pulih. Dulu aku sering nabokin orang yang kukatain bisu, hoo...jadi Danzel namanya.
"T-Tunggu dulu! kamu si bisu itu, kan?" tanyaku dengan senyum yang merekah.
"Iya."
"Oh, jadi itu kenapa kamu kenal aku? Hmm...ingetanmu kuat juga, ya! ngomong-ngomong kenapa kamu kadang-kadang dingin kayak penjaga jahannam, kadang-kadang riang ceria kayak orgil? kamu punya dua kepribadian, ya?" tanyaku lagi dengan gak beresnya yang membuat Danzel ngakak. Ok, hebat Randy, otak bolongmu ketawan di hadapan manusia setengah dewa wishnu yang punya banyak muka, Danzel Michaelouis.
"Nggak. Aku tetep Danzel sebagaimana aku diciptakan. Sebenernya gini loh Ran, aku tuh humoris, cerewet, dan petakilan. tapi kadang aku suka sok dingin gitu sama orang jadi mohon dimaklumi, kebawa dari SMP." jawab Danzel dengan datarnya membuatku ingin ketawa.
BRAK!
Seseorang mendobrak pintu. Ia adalah Kyle beserta Nikolai dan Davi masuk UKS nandu seseorang. "Eeeh? Ada Randy?" tanya Kyle dengan panik. Ia merebahkan orang yang ditandu di atas kasur dan berlari kearahku. Nikolai dan Davi duduk disampingku.
"Aku bilang apa Ran? Kalo aku liat kamu kayak gini awas aja!" ucap Nikolai Hell's keeper mode: ON nya yang sukses membuat diriku terdiam. begitu pun juga dengan Danzel yang jadi ciut kayak bunga kurang aer.
"Makanya jangan kebanyakan ikut kompetisi! Dibilangin berkali-kali gak ngerti juga! Pasti kamu capek tuh waktu Wicked Gun kemaren, kan?" tanya Kyle.
Aku geleng-geleng, "Nggak kok. lagipula...aku gak jamin aku menang apa kagak. pengumuman ke finalnya belom dikasih tau."
"Aneh, biasanya cepet." kata Davi.
"Tau, tuh! Yah...mungkin ada yang lebih hebat daripadaku sebanyak 10 orang kali!" ucapku asal jeblak. Nikolai bangkit dan membetulkan rambutnya tersayang di depan kaca dengan narsis yang melebihi dewa. "Nik, kamu jangan dandan mulu dong, jadi bencongnya ntar malem aja, jangan sekarang!" kata Kyle dengan santainya.
"Enak aja! Ini bukan aktifitas buat bencong, ya! Ini aktifitas yang dilakukan oleh pria-pria ber-rambut kece layaknya Nikolai Calgary yang melebihi langit dan bumi. Asal kalian tau, aku gak kayak Guilio yang dingin-dingin tapi gak ngurus rambut. Aku ini beda."
"Oh...berarti kamu manusia setengah bencong yang berperilaku layaknya penjaga neraka, sangat dingin, tetapi ramah. Oh ditambah kamu puitis dan sangat narsis. Tapi menurutku kegalakanmu melebihi Guilio, Nik!" ucapku yang membuat Nikolai balik badan dengan muka sangar dan aura yang gelap.
"Kamu bilang apa tadi? Setengah bencong?"
"Iya. kamu kan manusia setengah bencong. Udah rambutnya panjang, kulisnya mulus putih kayak setan, suaranya ngebass, udah gitu tukang ngurus rambut ama kulit lagi!" jawabku lagi dengan polosnya. Nikolai berapi-api, dia mendatangiku dan duduk disampingku dengan tatapan layaknya raja singa yang sedang mengamuk.
"Ok, kalo gitu. liat aja besok Arandria Calabus!" kemudian ia pergi.
Davi dan Kyle menatapku dengan tatapan datar. "Waduh. ngamuk tuh, Ran!" ucap Kyle.
"Nggak. Nikolai kalo ngamuk 1000x lebih ngeriin daripada ini." jawabku.
Davi merapat ke Danzel dan perbincangan kecil-kecilan terjadi diantara mereka, ya mereka berkenalan. Diikuti Kyle yang ikut nimbrung dengan kedua orang RANDOM bernama Danzel Michaelouis dan Davi Jahandar dan saling bertukar nomer handphone.
"Woy! Pulang sekolah maen yok di bomber gamer!" ajakku.
Ketiga makhluk bumi itu langsung nengok. "Ayo!" mereka menjawab dengan serempak. Aku, Kyle, dan DAvi langsung nengok ke arah Danzel.
"Hooo....jadi kamu gamer juga?" tanya Kyle kegirangan.
Danzel hanya tersenyum. Davi dan aku main tos-tosan, berharap Danzel masuk Juggernaut dan menjabat menjadi Marksman tambahan agar dapat ruangan khusus Marksman di markas besar Juggernaut di bekas pabrik yang sudah di renovasi oleh Kyle dari uang tabungan+sumbangan anak-anak Juggernaut dan para gamers yang mendukung Juggernaut. Sayangnya, markas Gangsta Gang lebih besar lagi. mereka mempunyai lapangan sendiri untuk mereka berlatih bela diri. Tapi bicara soal markas itu tak peduli. Tapi kalau bicara teknologi, segala macam console di markas besar Juggernaut ada.
"Kamu jago main apa?" Tanya Davi mupeng.
"Palingan adventure, Action-adventure, fighting, beat 'em up, paling gitu-gitu lah."
"Kamu tertarik ikut kompetisi-kompetisi gituan?" tanya Kyle.
"Tertarik banget. Aku lagi nyari klub buat para gamers." Ahh...Kyle, aku, dan Davi tersenyum mendengarnya.
"Kalo gitu kamu ikut kami aja! Kami adalah Juggernaut, komunitas bawah tanah gamers untuk melindungi gamers yang di-bully Gangsta Gang dan untuk memenangkan kompetisi-kompetisi game nasional maupun internasional sesuai bidang yang kita bisa!" ajak Kyle semangat '45.
Danzel merespon, "Dengan senang hati." Sorakan dari ketiga anggota Juggernaut menggelegar di ruang UKS yang sempit. Tiba-tiba orang yang tadi ditandu itu bangun dan berjalan ngabur keluar, suasana langsung hening kembali.
"Siapa dia?" tanyaku.
"Dia? Dia Gin Toranovski. Dia pingsan tiba-tiba. Kebetulan Nikolai temen sebangkunya dia. Nah, dikira Nikolai dia tidur tapi kok lama banget udah gitu kata Nikolai bentuknya kayak mayat, ngeriin. akhirnya dia minta aku sama Davi buat gotong dia pake tandu." jawab Kyle.
"Oh. Ternyata orang sedingin Nikolai bisa peduli juga ama orang." komentarku.
"Udah gitu dia bilang ngeriin lagi, kan jarang Nikolai takut ama sesuatu." ucap Davi.
"Kesimpulannya dia takut sama mayat." kata Danzel tiba-tiba membuat Kyle dan Davi ngakak. Sedangkan aku? Bengek yang merajalela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juggernaut
ActionSebuah organisasi bawah tanah yang berisikan gamers-gamers di Golden Graham. Untuk menolong gamers-gamers yang di bully dan juga memenangkan championship-championship game ternama di Golden Graham. Aku, Arandria Calabus, akan membuktikan kepada duni...